Bag 6. Mahanamaskara
Pengulasan Tata Ritual Sadhana Tantra Lengkap dan Mendetail
Bag 6. Maha-namaskara
- Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng
- Rainbow Temple, 24 November 1992
Melakukan mahanamaskara, mahapuja dan Catursarana, di dalamnya terdapat urutuannya, ada orang yang setelah melakukan pengundangan langsung menjapa Mantra Catursarana, ada juga yang terlebih dahulu melakukan mahapuja, sebab setelah usai mengundang kita perlu terlebih dahulu menghaturkan pujana, ada juga yang hanya melakukan mahanamaskara, urutannya boleh dibalik, tidak masalah. Tahap Awal dalam Sadhana Tantra, seperti yang saat ini kita bahas disebut Tahap Awal, di antaranya masih ada lagi Tahap Inti dan terkahir adalah Tahap Akhir, ketiganya disatukan menjadi Tata Ritual Sadhana Tantra yang lengkap. Tahap Awal yang saat ini kita bahas, dulu diajarkan untuk melakukan mahanamaskara terlebih dahulu, kemudian menjapa Mantra Catursarana dan terakhir adalah mahapuja, ada beberapa orang yang menempatkannya di urutan depan, ataupun begitu mulai langsung menghaturkan pujana, baru melakukan Catursarana, ini tidak masalah.
Asalkan Anda mampu menjelaskannya, maka Buddha Bodhisattva juga dapat menerimanya, sekalipun dibalik tetap sama saja, ditambahkan semuanya adalah tujuh, ini boleh saja, namun jangan sampai terlewatkan. Sesungguhnya sekalipun tanpa sengaja terlewat juga ada cara menambalnya, penjapaan Sataksara Vajrasattva merupakan cara menambal jika ada yang terlewat.
Mantra Sataksara Vajrasattva mengandung tiga makna, Mantra ini sangat agung dikarenakan di dalamnya terdapat tiga makna yang sangat agung, yang satu adalah pertobatan, mengapa mempunyai fungsi pertobatan ? Sebab pengamatan akan kesunyataan, dalam Mantra Vajrasattva terkandung makna sunya, melambangkan keluasan angkasa, oleh karena itu jika Anda telah melakukan beberapa kekeliruan tersebut, asalkan Anda menjapa Mantra Sataksara Vajrasattva, maka sunya akan menanggungnya, mentransformasikannya menjadi sunya. Semua karma tubuh, ucapan dan pikiran menjadi sunya, oleh karena itu dia mengandung makna pertobatan.
Selain itu, makna yang kedua adalah memperoleh adhistana Pancadhyani Buddha, Mantra Sataksara Vajrasattva adalah Vajradhara Keenam, manifestasi Pancadhyani Buddha, menjapa mantra-Nya berarti memperoleh adhistana Pancadhyani Buddha, di dalamnya terdapat makna yang sangat agung.
Makna yang ketiga, dikarenakan dia mengandung kesunyataan, merupakan mantra kesunyataan akasha, begitu mantra ini dijapakan, semuanya ditransformasi menjadi sunya, oleh karena itu bila dalam tahap sadhana terdapat kekurangan, kekurangan yang kecil, atau kurang bersungguh-sungguh, menjapa mantra kurang sepenuh hati, tidak jelas dalam bervisualisasi atau terlewat beberapa hal, misalnya Anda seharusnya melakukan sesuatu namun tidak Anda lakukan, usai bersadhana baru teringat belum melakukan pujana, ini tidak masalah, japakan Mantra Sataksara Vajrasattva untuk menambalnya.
Mantra ini sendiri dapat menambal semua kekurangan serta pikiran kacau yang timbul saat bersadhana. Saat bersadhana jika pikiran tidak bersih atau bahkan melakukan pelanggaran, saat itu menjapakan mantra ini dapat menambal pelanggaran, rintangan, kekurangan dan keluputan tersebut. Oleh karena itu Mantra Sataksara mempunyai tiga manfaat agung : Yaitu pertobatan, yang kedua adalah adhistana Pancadhyani Buddha, yang ketiga adalah menambal semua keluputan. Inilah kualitas dan manfaat dari Mantra Sataksara Vajrasattva.
Kemudian adalah Mahanamaskara, dalam Tantrayana mahanamaskara yang dimaksud adalah sekujur tubuh menyentuh bumi, ini merupakan gerakan ketulusan dan penghormatan, mereka suka menyentuh ubun-ubun dengan tangan, bahkan disentuhkan sampai ke punggung, kemudian disentuhkan ke tenggorokan, disentuhkan ke hati, kemudian bernamaskara. Mereka hanya beranjali, sangat jarang menggunakan mudra.
Dari manakah asalnya mudra ? Seperti Mudra Buddha-guha, Mudra Bodhisattva, Mudra Vajra, termasuk dalam Tantra Timur, Tantra Tiongkok. Di Tantra Tibet sendiri mudra lebih sedikit, dalam Tantra Tibet terdapat mudra, namun sangat jarang digunakan, justru di Tantra Timur, Tantra Tiongkok atau Tantra Tiantai lebih banyak menggunakan mudra, disinilah perbedaannya. Mudra ini adalah mudra tantrayana, namun termasuk mudra Tantra Timur dan Tantra Tiongkok. Mudra Buddha-guha, Mudra Bodhisattva dan Mudra Vajra yang digunakan oleh kita Zhenfo Zong, semua merupakan mudra dari Tantra Timur. Cara saya sendiri, begitu mulai bersadhana adalah dalam posisi duduk, dan saat duduk, baru kemudian bangkit untuk melakukan mahanamaskara, sepertinya dapat terbagi menjadi dua bagian, oleh karena itu saat kita terus duduk kita melakukan sadhana Buddha Dharma Tantra secara lengkap.
Mahanamaskara visualisasi sendiri diciptakan oleh saya, sedangkan orang lain pasti perlu bangkit untuk melakukan mahanamaskara. Kita menggunakan mahanamaskara visualisasi, kita duduk dan terus duduk dengan tenang, dengan demikian tidak terpisah lebih baik, bahkan kadang dikarenakan terlampau banyak orang yang hendak melakukan mahanamaskara, adakalanya jadi tidak dapat duduk, banyak faktornya, oleh karena itu barulah mengajarkan mahanamaskara visualisasi kepada Anda semua.
Mengapa ada sebagian orang Tibet yang menyentuhkan tangan di belakang kepala ? itu adalah gerakan olah prana, kepala kita terbungkus tengkorak, terus terbungkus , hanya bagian belakang yang terbuka, dua sisi ‘Taiyang Xue’ ( Titik akupuntur di samping kepala ), bagian otak tak dapat diolahragakan, namun dibelakang leher termasuk bagian otak kecil, disentuh sejenak berarti menstimulasi syaraf otak kecil dalam menyeimbangkan prana sekujur tubuh, ini tidak terpikirkan oleh kalian, namun dulu saya juga tidak mengajarkan kalian untuk demikian, akhir-akhir ini saya perlu untuk menyeimbangkan fungsi lima organ dalam tubuh saya, saya juga tidak mengerti mengapa harus menyentuh bagian ini ? Saya rasa menyentuh bagian ini ( cakra-ajna ) sudah sangat menghormati, mengapa harus menyentuh bagian belakang kepala ? Bukankah mengherankan ? Mengapa mereka melakukan demikian ? Saat ini saya menetapkan satu waktu setiap hari, pagi hari usai menulis saya akan melakukan olah prana, dalam olah prana saya mengundang Namo Wuji Yaochijinmu Datianzun, Namo Sukhavatiloka Amitabha Buddha, Namo Sasanapati Alam Bardo Ksitigarbha Bodhisattva, tentu saja saya tidak menggunakan dialek Tiongkok, saya menggunakan dialek Taiwan. Saya melakukan pengundangan supaya Beliau semua membantu saya dalam olah prana ; Mengundang ( memperagakan dalam dialek Taiwan ) Namo Wuji Jinmu Da Tianzun, mengundang Namo Sukhavatiloka Amitabha Buddhaya, mengundang Namo Sasanapati Alam Bardo Ksitigarbha Bodhisattva ( semua dilantunkan dengan dialek Taiwan, serta menggerakan prana sejati ) . Ini sangat cepat, dalam seketika Beliau semua seperti listrik, segera bergerak dengan cepat, asalkan saya melantunkannya dengan tenang, dengan cepat Beliau akan hadir, begitu hadir saya melantunkan dengan sangat khidmat, mengungkapkan suara dari sanubari, saya melantunkannya, saya mengundang Beliau semua, melantunkan pengundangan dari sanubari, begitu Beliau hadir kedua tangan ini langsung beranjali, Beliau menggunakan tangan untuk menekan bagian belakang kepala, saya mengatakan mengapa demikian, mengapa memukul bagian ini dan menekan bagian itu, mengapa demikian ? Beliau memberitahu saya, titik ini mengendalikan lima organ dalam dan enam organ perut di dalam tubuh Anda, menstimulasinya melalui suatu bagian, supaya fungsi organ tersebut menjadi normal kembali, organ tersebut akan diremajakan, wah ! Seketika berubah menjadi 30 tahun ( dialek Taiwan ) tertawa . . . Seketika dengan cepat, bagaikan membangkitkan harimau dan naga, prana dan darah kembali menggelora, ternyata menstimulasi bagian ini ada demikian banyak manfaat, oleh karena itu mereka orang Tibet akan memukul sejenak bagian ini, awalnya saya tidak paham, sehingga tidak mengajarkan kalian untuk memukul bagian tersebut, saya khawatir kalian terlampau keras memukul bagian itu, memukul leher sampai patah ( tertawa . . . ) Inilah yang saya sadari, Beliau memberitahu saya, Yaochijinmu, Amitabha Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva hadir, mengajarkan kunci panjang usia kepada saya.
Setelah menyentuh bagian ini kemudian kembali ke cakra-ajna, disini adalah sinar putih, ingat yidam ada di hadapan Anda, Anda telah mengundang, Beliau telah berada di angkasa di hadapan Anda, begitu Anda menekan bagian ini, maka dahi Nya memancarkan sinar putih menyinari dahi Anda, sinar itu di sini. Ditekan ( tenggorokan ) , sinar merah. Sampai di cakra-anahata adalah sinar biru. Kemudian leraikan mudra ; Demikian juga dengan sesi mahanamaskara kepada Bodhisattva , sinar putih, sinar merah dan sinar biru, kemudian leraikan mudra ; Sesi mahanamaskara pada Vajra : sinar putih, sinar merah dan sinar biru, kemudian leraikan mudra ; Kemudian menundukkan kepala, ini semua divisualisasikan. Kita melakukan mahanamaskara, saat tiga sinar menyinari Anda, Anda harus bervisualisasi, diri sendiri bersujud ke lantai, saat Anda mengangkat tangan untuk meleraikan mudra, Anda perlu bervisualisasi bahwa Anda sedang bersujud dan bangkit lagi untuk melakukan urutan kedua, ini sangat penting. Dalam prosesnya , yidam memancarkan sinar, Anda menerima sinar, saat itu ada fenomena peleburan. Jika sinar menyinari Anda namun Anda tidak dapat menyerapnya, Anda malah memantulkannya, berarti Anda tidak tersinari, sebab kita sedang memurnikan tubuh, ucapan dan pikiran, saat Anda disinari, rasanya seperti disinari cahaya lampu, kemudian melebur ke dalam seluruh tubuh Anda, sinar merah menyinari Anda melebur ke dalam seluruh tubuh, sinar biru menyinari Anda melebur ke dalam seluruh tubuh Anda, mahanamaskara yang kita lakukan ada menggunakan kekuatan pikiran.
Ada yang bertanya kepada Mahaguru, mengapa saat Anda melakukan pengundangan selalu mengundang Yaochijinmu, Amitabha Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva. Kita tidak boleh sama mengikuti Mahaguru melakukan pengundangan demikian, Yaochijinmu, Amitabha Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva. Saya tidak sanggup mengurusi pengundangan yang kalian lakukan , saya hanya mengurusi diri sendiri, sebab pada masa awal, saya mengetahui Tri Raja ini,Yaochijinmu adalah Raja Rsi, berada di kolam Yao di Gunung Kunlun, tempat berkumpulnya Para Rsi, Beliau merupakan Raja dari Para Deva Rsi, sejak masa lampau Beliau telah ada. Sedangkan Amitabha Buddha, saya menghormati-Nya dengan sebutan Raja Buddha, mengapa Raja Buddha ? Sebab saat ini, baik dalam Buddhisme eksoterik maupun esoteric, penuntunan Amitabha Buddha adalah yang paling besar, kita di Tiongkok, Asia Tenggara, telah ditransmisikan setiap orang melafal “Namo Amitabhaya Buddhaya”, tidak hanya bhiksu/ni yang melafal Amitabha Buddha, bahkan Taoist juga melafalnya, Taoist melafalkannya “Wuliang Shou Fo” ( Amitayus / Buddha Usia Tanpa Batas ), sesunggunya Wuliang Shou Fo adalah Amitabha Buddha, Usia Tanpa Batas dan Cahaya Tanpa Batas, semuanya adalah Amitabha Buddha, oleh karena itu penuntunan Amitabha Buddha adalah yang teragung, tentu saja keempat Buddha yang lain juga mempunyai karya penuntunan, namun ikrar yang dibangkitkan oleh Amitabha Buddha sendiri adalah yang teragung, maka Beliau adalah Raja Buddha. Kemudian adalah Sasanapati di Alam Bardo, Ksitigarbha Bodhisattva, namun tentu saja Beliau tidak hanya menuntun insan alam bardo, Beliau juga menuntun semua insan di enam alam, termasuk para dewa, asura, alam neraka, preta, hewan, semua di enam alam gati Beliau memberikan penuntunan. Sebab terhadap tiga alam rendah seperti neraka, preta dan hewan, Beliau memberikan penuntunan, oleh karena itu kita menyebutnya Pimpinan Ajaran di Alam Bardo, yaitu Raja Bumi. Sebab , ikrar agung saya sendiri dimulai dari Yaochijinmu, oleh karena itu jangan hanya karena saya telah menekuni Buddhisme maka melupakan Raja Rsi, ini adalah budi jasa. Pada awalnya saya memulai dari Tao, Yaochijinmu-lah yang menuntun saya, inilah budi jasa, saya tidak boleh melupakannya hanya karena telah menekuni Buddhisme. Kita manusia sering mengatakan harus mengingat budi, budi jasa tidak boleh dilupakan, kita tidak boleh seperti : ‘Perahu berlalu tidak meninggalkan bekas di permukaan air.’ , ‘Setelah menyeberangi jembatan, tongkatpun dibuang.’ , oleh karena itu selamanya saya selalu mengundang Yaochijinmu pada urutan pertama, sedangkan kalian boleh sesuai kehendak masing-masing. Pengundangan yang kedua , saya mengundang Amitabha Buddha, yang ketiga saya mengundang Sasanapati Alam Bardo Ksitigarbha Bodhisattva, Beliau hadir mengajari saya untuk menekan bagian belakang kepala, ini sangat menakjubkan.
Akhir-akhir ini saya sangat rajin melakukan olah prana, setiap hari harus berlatih, Buddha Bodhisattva yang hadir juga berbeda-beda, juga ada Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara Bodhisattva. Saat melakukan olah prana, postur-Nya sangat unik dan beraneka ragam, namun Beliau mengajari saya bagian perbagian, yang demikian untuk menyelaraskan limpa Anda, yang demikian untuk menyelaraskan ginjal, yang demikian untuk menyelaraskan jantung, postur yang itu untuk menyelaraskan liver Anda, kelak saya akan menyusun sebuah teknik lengkap untuk menyelaraskan lima organ dalam dan enam organ perut, saat teknik ini dilakukan, kemana prana tersebut bergerak ke suatu tempat, maka tempat itu akan terbuka, tempat itu akan bekerja, tempat itu terstimulasi, diperkuat dan semakin kokoh, menjadi tak lapuk. Teknik Lima Organ Dalam dan Enam Organ Perut ini sendiri mengandung Dharmabala, memang ada teknik yang demikian, mungkin dulu pernah terlewatkan, memang seharusnya ada teknik semacam ini, saat mencapai tingkatan ini, memang seharunya muncul teknik tersebut, saya tidak pernah mempelajarinya, namun saat saya melakukan olah prana, Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara Bodhisattva mengajari saya satu jurus, kemudian Cundi Bhagavati juga mengajari satu jurus, Yamantaka Vajra juga mengajari saya satu jurus, Trailokavijaya Vidyaraja juga mengajari satu jurus, sungguh luar biasa, tiap postur yang diajarkan oleh Buddha Bodhisattva tersebut sungguh luar biasa, namun bagaimana mengungkapkannya ? Bagaikan ‘Badak Memandang Bulan’ , tahukah Anda bagaimana badak memandang bulan ( memperagakan dan tertawa ), seluruh tubuh miring, berbaring dan meliuk, ‘Badak Melihat Bulan’, ‘Rsi Menunjukkan Jalan’, ‘Ular Putih Memuntahkan Surat’, wah ! Ada banyak gaya. Tiap kali Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara Bodhisattva tiba , Beliau mengajarkan Anda untuk menjulurkan tangan demikian, kemudian memindahkan seribu lengan, memindahkannya sampai paling tinggi, mengajari Anda teknik ini, kemudian diturunkan, dinaikkan, dipertahankan rata, dileraikan, ini adalah ‘Turun, angkat, tahan, leraikan.’, bagaimana menurunkan, bagaimana mengangkat, bagaimana mempertahankan dan bagaimana meleraikan. Ada banyak gaya yang menakjubkan, sekarang sedang populer bahasa tubuh, bahasa tubuh adalah untuk menggerakkan tubuh Anda. Kelak akan diajarkan pada Anda. Sesungguhnya ini merupakan olah prana, menembus nadi dan mempertahankan bindu, sepenuhnya merupakan sebuah olah prana – nadi dan bindu. Sesungguhnya melakukan mahanamaskara juga merupakan olah tubuh, orang Tibet melakukan mahanamaskara menyentuhkan sejenak ke bagian belakang, kemudian sinar putih, merah dan biru dan bersujud ke bawah, ini juga sedang mengolahragakan tubuh.
Selain itu, dalam mahanamaskara selain visualisasi sinar putih, merah dan biru, apakah ada visualisasi lainnya ? Tentu saja ada, kebanyakan namaskara dalam aliran eksoterik adalah bernamaskara pada altar tanpa melakukan visualisasi. Dalam tantrayana perlu melakukan visualisasi, saya pernah menuliskan gatha mahanamaskara, sama dengan penghormatan universal, penghormatan universal adalah namaskara kepada semua. Kita dalam bervisualisasi, selain dengan jelas memvisualisasikan diri sendiri, Yaochijinmu, Amitabha Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva, di belakangnya semua Buddha di sepuluh penjuru dan tiga masa, para Bodhisattva Mahasattva, semua dapat divisualisasikan di hadapan Anda, bagaimanakah caranya ? Bagaimana mungkin dapat memvisualisasikan semuanya ? Tentu saja tidak akan ada habisnya.
Ada banyak orang yang bahkan tidak sanggup memvisualisasikan satu Adinata-pun, setelah berusaha seharian penuh, aduh ! masih kurang bagian telinga ( tertawa ), ada yang begitu memvisualisasikan kepala, bagian tubuh langsung sirna, ada yang memvisualisasikan pakaiannya namun kepalanya hilang, bagaimanapun tetap tidak dapat memvisualisasikannya, sesungguhnya ada sebuah metode visualisasi mendetail, yaitu terlebih dahulu memvisualisasikan alis, kemudian mata, hidung, bibir, telinga, wujud kepala, kemudian tubuh, tangan dan kaki, jubah surgawi, saat semua telah divisualisasikan , langsung sirna, bukan meminta Anda untuk mempertahankannya di sana, harus di sana, Anda tidak boleh melepaskannya, bukan demikian.
Demikianlah visualisasi saya, misalnya saya memvisualisasikan Amitabha Buddha, langsung dapat memvisualisasikannya, misalnya Beliau berdiri di atas padmasana, mengenakan jubah surgawi yang indah, kepalanya, kemudian telinganya sangat panjang, di atas kepala terdapat usnisa-sirsa, satu tangan membentuk mudra varada, satu tangan membentuk mudra memegang Padma, setelah Anda memvisualisasikannya dengan jelas, dapat segera dilepas, biarkan Dia sirna, cukup demikian. Kemudian setelah Anda melatihnya dalam waktu lama, dalam sekejap mampu memvisualisasikannya, misalnya begitu Anda memejamkan mata, Beliau langsung hadir di hadapan Anda sangat jelas, ini memerlukan pelatihan dalam waktu lama, dulu saya sendiri belum tentu demikian jelas.
Seperti saya saat ini, pagi hari ini di Zhenfo Miyuan saya melakukan pujana di depan jendela, melakukan pujana di luar altar, ada yang melihatnya, di luar ada beberapa orang yang melihat saya, sesungguhnya saya memvisualisasikan diri sendiri menjadi Amitabha Buddha, tubuh keemasan setinggi 16 kaki, sangat tinggi sampai di awan-awan, kemudian air jernih yang saya bawa, berubah menjadi amrta, menjadi ribuan bahkan puluhan ribu amrta, begitu ditebarkan semuanya memenuhi. Diri sendiri telah berubah menjadi Amitabha Buddha dengan tubuh keemasan 16 kaki, sangat tinggi, menjulang ke awan, melakukan visualisasi yang demikian, saya mampu memvisualisasikannya dengan sangat jelas. Visualisasi yang Anda lakukan bukan hendak mempertahankannya dalam waktu sangat lama, atau Amitabha Buddha ini harus ada di hadapan saya, bukan demikian.
Bagaimana memvisualisasikan sepuluh penjuru Buddha dalam tiga masa ? Anda memvisualisasikannya sebagai sinar bintang-binitang, Anda visualisasikan Adinata Utama di hadapan, kemudian di belakangnya adalah titik-titik sinar bintang yang tak terhingga banyaknya, menghaturkan penghormatan pada sepuluh penjuru Buddha dalam tiga masa, semua Bodhisattva Mahasattva, melakukan mahanamaskara. Visualisasikan diri sendiri melakukan mahanamaskara di hadapan Buddha Bodhisattva dan sinar bintang-bintang, pahalanya sangat besar.
Ini adalah bagian ketiga, yaitu mahanamaskara. Penghormatan universal adalah bernamaskara pada semua, Buddhisme eksoterik tidak bervisualisasi demikian, juga tidak melakukan adhistana sinar, hal ini baru ada dalam tantrayana, tentu saja pahala Penghormatan Universal sangatlah besar, sebab dia mengundang sepuluh penjuru Buddha dalam tiga masa di hadapan Anda , begitu Anda bernamaskara satu kali, bagaikan namaskara yang harus dilakukan bertahun-tahun dalam Buddhisme eksoterik, sebab namaskara mereka hanya kepada satu atau beberapa Adinata saja. Namaskara kita kepada ribuan bahkan puluhan ribu, inilah sebabnya tantrayana dapat mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga, dalam Buddhisme eksoterik harus melalui tiga maha asamkhyeya kalpa barulah mencapai Kebuddhaan, tantrayana dapat mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga karena pahalanya sangat besar, keberhasilannya sangat melampaui, ia mengandung Prajna Anuttara, Dharma Anuttara, penghormatan tertinggi untuk mencapai keberhasilan Mahadharma Anuttara ini, kemudian mencapai Kebuddhaan, oleh karena itu mahanamaskara dalam tantrayana adalah Penghormatan Universal, yaitu satu kali langsung rampung.
Seperti halnya dengan homa dalam tantrayana dengan pembakaran dupa dalam Buddhisme eksoterik. Dalam Buddhisme eksoterik satu tungku ditancapkan satu atau tiga batang dupa, sedangkan api homa kita , dalam seketika langsung ribuan bahkan puluhan ribu batang, kita melakukan satu kali api homa bagaikan puja yang dilakukan oleh Buddhisme eksoterik selama bertahun-tahun. Dalam eksoterik mana ada api homa, hanya tantrayana yang ada, homa dalam tantrayana adalah pujana yang terbesar, mengumpulkan semua pahala.
Demikian juga dengan mahanamaskara tantrayana, sekali namaskara sama dengan Penghormatan Universal ribuan bahkan puluhan ribu kali. Kalian jangan meremehkan mahanamaskara ini, sebab ini sepenuhnya sedang mengajarkan kepada Anda bagaimana menaklukkan diri sendiri, menaklukkan keangkuhan diri, Anda dapat melakukan mahanamaskara di hadapan Buddha berarti sedang bersujud di hadapan Buddha, sedang bertobat, menyerahkan tubuh-ucapan dan pikiran sepenuhnya kepada Buddha Bodhisattva, sepenuhnya berserah kepada Yidam, sekali bernamaskara berarti bernamaskara pada semua, menghormati semua, ini hanya ada dalam tata ritual tantrayana, pahala kebajikan yang dihasilkan sangat agung, oleh karena itu jangan asal-asalan dalam melakukan mahanamaskara, banyak orang yang melakukan mahanamaskara demikian : Ah puja bhakti dimulai, melakukan mahanamaskara, dengan cepat dapat dirampungkan, bukankah ini hanya membutuhkan sedikit gerakan saja, bukan merupakan olah raga, juga tidak dilakukan dengan agung dan khidmat, Anda harus tahu bahwa keagungan harus berasal dari kekhidmatan dalam hati. Dalam batin harus sangat khidmat dan agung, walau secara nampak luar banyak orang. Seperti puja bhakti bersama sadhana tantra yang Anda lakukan, begitu saya memasukinya, dua atau tiga hari sudah menguasainya, sangat mudah untuk mempelajari mudra pujana dan lainnya, namun tidak mengetahui bahwa di dalamnya ada sebuah ajaran yang sangat agung, oleh karena itu harus dijabarkan supaya semua mengetahui dimanakah letak keagungan tantrayana, bukan hanya melakukan gerakan kulit luar belaka.
Banyak orang melakukan puja bhakti bersama dengan cepat, cukup dua puluh menit sudah usai, namun saat ditanya : Apakah barusan Anda telah menyelesaikan satu kali sadhana ? Apakah Anda memperoleh anubhava ? Aku tidak peduli anubhava, yang penting sudah usai satu kali sadhana ! Mahaguru minta saya menyelesaikan dua ratus kali sadhana ! Sehari saya mampu beberapa kali sadhana, dengan demikian dua ratus kali sadhana dapat dengan cepat dirampungkan. Akhirnya ia bertanya kepada saya : “Apa yang terjadi ? Mengapa rintangan karma saya masih demikian berat ?” Tentu saja rintangan karma Anda masih berat ! Sebab hati Anda tidak menyerap manfaatnya, sebab sesungguhnya itu semua untuk memperagung hati, hati yang bernamaskara merupakan suatu hal yang sangat agung, Anda harus melakukan penghormatan yang sangat agung. Para Buddha Bodhisattva sangat agung, kesadaran tertinggi alam semesta ini sangat agung, Anda menghaturkan penghormatan universal, Anda merendahkan diri, Anda bertobat, mengerahkan usaha nyata dalam bhavana, bukan asal-asalan. Oleh karena itu hanya bagian ketiga, mahanamaskara, sudah demikian mendalam, semoga semuanya memperoleh pemahaman.
Mengapa dalam Caturprayoga : Catursarana, Mahanamaskara, Mahapuja, Vajracitta, harus ditekuni secara terpisah, coba Anda renungkan, mengapa mahanamaskara perlu ditekuni secara terpisah, sebab besarnya pahala yang dihasilkan tak terhingga ! Tiap hari begitu mulai bersadhana , Anda setiap hari cukup melakukan mahanamaskara, melatih tubuh sendiri, melakukan penghormatan yang tulus, Buddha Bodhisattva menyinari mengadhistana, Anda sepenuhnya menerima adhistana dari puluhan ribu bahkan tak terhingga Buddha Bodhisattva, metode visualisasi ini berbeda dengan namaskara biasa, lahir batin melepas, yaitu saat Anda melakukan mahanamaskara dapat menyadari samasekali tiada ego, melepaskannya, menerima sinar yang dipancarkan oleh Para Buddha Bodhisattva yang tak terhingga banyaknya kepada ANda, saya menghayati semua budi jasa Buddha Bodhisattva, saya rela berserah segalanya, mengikis semua rintangan karma, mahanamaskara yang dilakukan demikian, barulah sungguh yang teragung dan paling berpahala.
Saya amati, hari ini kita membahas bagian ketiga, besok kita melanjutkan pengulasan lagi, kita akan mengulas tata ritual lengkap dalam beberapa hari ini, semua akan dibabarkan kepada Anda.