Bag 9. Catur-sarana
Pengulasan Tata Ritual Sadhana Tantra Yang Lengkap dan Mendetail
Bag 9. Catur-sarana
- Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng
- Rainbow Temple, 25 November 1992
Berikutnya adalah penekunan Sadhana Catur-prayoga. Sadhana ini juga terdapat mantra, mudra dan visualisasi. Anda semua harus memperhatikan bahwa Catur-sarana merupakan kekuatan sarana bagi Anda, yaitu Anda bersarana pada silsilah Anda, bersarana pada Guru yaitu Mulacarya yang merupakan sumber silsilah Anda. Kekuatan yang timbul dari Catur-sarana ini disebut 'Saranabala'.
Mantranya adalah : Namo Gu-lu-bei. Namo Bu-da-ye. Namo Da-mo-ye. Namo Sen-jia-ye.
Sebelum menjapa mantra, terlebih dahulu kita bervisualisasi Mulacarya dan Tri-ratna di hadapan Anda berputar menjadi seutas sinar putih dari angkasa melesat mengabhiseka Anda.
Mulacarya, Tri-ratna dan semua sutra manunggal menjadi seutas sinar putih dari angkasa mengabhiseka sadhaka, visualisasikan banyak asap hitam terdorong keluar melalui pori-pori tubuh, sehingga sekujur tubuh sadhaka dipenuhi amrta putih. Jadi , terlebih dahulu bervisualisasi kemudian melafal : Namo Gu-lu-bei. Namo Bu-da-ye. Namo Da-mo-ye. Namo Sen-jia-ye. (3x)
Sadhana Catur-sarana ini merupakan kekuatan sarana, sebab Mulacarya sangat penting, semua Dharma ditransmisikan oleh Mulacarya kepada kita semua, barulah kita bersadhana sesuai metode yang ditransmisikan.
Sekarang kita membahas mengenai Acarya dari Mahaguru sendiri, dulu saat saya berbhavana di Ballard, Guru Padmasambhava muncul di angkasa untuk membawa saya ke Nepal, di sebuah tempat bernama 'pangzhefu' ( lafal ), entah apakah Anda pernah mendengar namanya, di sana Guru Padmasambhava memberikan abhiseka, Beliau terus membimbing Mahaguru. Dalam Tantrayana Nyingmapa, Guru Padmasambhava termasuk Acarya dari Mahaguru.
Sedangkan di Gelugpa, Mahaguru bersarana kepada Acarya Tubten Dhargye, Beliau menganugerahkan vajra dan gantha dari emas, ukuranya tidak besar. Acarya Tubten Dhargye mengatakan kepada Mahaguru : "Vajra dan gantha ini bermakna menganugerahimu Abhiseka Anuttarayogatantra."
Vajra dan gantha itu saya letakkan di kantor saya di lantai atas. Selain itu Acarya Tubten Dhargye menuliskan sebuah gatha yang saat ini tergantung di dapur, beliau menuliskannya sendiri : "Melantunkan gatha melindungi ajaran Bhagavan." Beberapa aksara di atasnya adalah Tubten Zi-ru yaitu Tubten Lhama, merupakan silsilah Tubten Lhama di Gelugpa.
Tubten Zi-ru merupakan Nama Dharma yang dianugerahkan Mulacarya saya kepada saya. Dulu saya pernah menyebutkan Tubten Qi-mo, ini juga tidak salah, sebab pertama kali beliau menulis di secarik kertas dan memberikannya kepada saya, beliau mengatakan : "Dua aksara di atas adalah Tubten, kemudian generasinya adalah 'Qi', di bawahnya Anda suka aksara yang mana, Anda pilih saja." Begitu saya melihat ada tertulis aksara 'Mo', dalam dialek Taiwan disebut 'Mo-ho', saya menyukai aksara 'Mo', sehingga saya menjadi Tubten Qi-mo.
Suatu ketika saat saya kembali ke Hong Kong, beliau mengatakan bahwa banyak siswanya yang tidak baik, siswa itu ! Beliau suka menggunakan... Suka menggunakan yang agak kasar ( hadirin tertawa ), beliau mengatakan semua siswa generasi nama 'Qi' tidak baik, semuanya adalah..., sudahlah tidak usah dibahas, sebab begitu dibahas juga sedang memaki saya ( hadirin tertawa ), beliau mengatakan tidak menghendaki lagi mereka, nama saya perlu diganti ulang, sebab beliau mencabut semua generasi aksara 'qi'. Mendadak beliau menuliskan nama baru untuk saya 'Tubten Zi-ru', oleh karena itu saya berganti Nama Dharma, kemudian di bagian belakang beliau menempatkan beberapa aksara 'Zhen-zhu Lian-xiang' ( hadirin tertawa ) jadi dia adalah Zhu ( ketua ), saya menjadi Fu (wakil) ! (Hadirin tertawa), namun masih baik nama saya Tubten Zi-ru, dari kata Zi-zi Ru-ru ( Leluasa ), ketua atau wakil saya tidak peduli ( hadirin tertawa ) yang penting saya ditempatkan di depan ( hadirin tertawa ).
Beliau menulis 'Tuben Zi-ru, Zhen-zhu Lian-xiang' , gatha ini beliau sendiri yang menuliskannya, kemudian meminta pada para siswa di Cetya Xin-fa untuk mengemasnya dengan baik, dengan sangat bersih, juga meminta kita berdua untuk berfoto di depan gathanya, supaya terlihat kita sungguh memasangnya ( hadirin tertawa ), dengan demikian beliau akan senang.
Sedangkan silsilah dari Sakyapa, semua mengetahuinya, Acarya Sakya Zheng-kong ( Dezhung Rinpoche ) seorang Guru senior, setelah saya berjumpa dengannya, beliau memberi saya abhiseka, banyak sekali abhiseka, kemudian menganugerahkan Abhiseka Acarya, Guru Padmasambhava juga menganugerahkan kepada saya Abhiseka Acarya, sedangkan Acarya Tubten Dhargye menganugerahkan Abhiseka Anuttara-yoga-tantra.
Saya juga telah berjumpa dengan Karmapa dari Kagyud, beliau menganugerahkan Abhiseka Panca-dhyani Buddha, abhiseka ini adalah yang teragung. Lebih besar daripada Abhiseka Acarya, bila Anda memahami Ajaran Tantra, Anda mengetahui Panca-dhyani Buddha, yaitu Abhiseka Usnisa Buddha Terunggul Panca-dhyani Buddha, merupakan yang teragung di antara semua abhiseka.
Di atas bersemayam satu Buddha, di dahi satu Buddha, di kedua telinga ada dua Buddha, di bagian belakang kepala ada satu Buddha, ini adalah Panca-dhyani Buddha, ada yang lebih besar dari Panca-dhyani Buddha yaitu Ardarma Buddha, Buddha Asali, Samantabhadra Tathagata, namun Beliau merupakan Buddha Dharmakaya, Vajradhara, manifestasi-Nya yang sesungguhnya adalah Panca-dhyani Buddha, oleh karena itu setelah Anda menerima Abhiseka Usnisa Buddha Terunggul Panca-dhyani Buddha, maka sudah tiada lagi yang lebih agung dari Panca-dhyani Buddha.
Sakyamuni Buddha menjadi satu Adinata dengan Amoghasiddhi Buddha di Utara, jadi ada Aksobhya Buddha di Timur yang disebut juga Buddha Tak Tergoyahkan, Amoghasiddhi Buddha di Utara, Ratnasambhava Buddha di Selatan, Amitabha Buddha di Barat dan Maha-vairocana Tathagata di Tengah, Abhiseka Panca-dhyani Buddha adalah yang teragung, lebih besar dari Abhiseka Acarya, oleh karena itu Karmapa sungguh mengherankan, mengapa begitu berjumpa langsung menganugerahkan Abhiseka Panca-dhyani Buddha, mungkin salah mengabhiseka ( suara tawa hadirin ), akan tetapi saya jugalah yang memohon Abhiseka Panca-dhyani Buddha kepada-Nya, beliau sungguh menganugerahkannya.
Abhiseka ada tingkatannya, kita tahu ada Abhiseka Guhya, ada Abhiseka Rahasya, ada Abhiseka Sadhana Dalam, ada Abhiseka Sadhana Luar, empat tingkatan. Ada banyak, Abhiseka Kalasa, Abhiseka Vajra, Abhiseka Gantha, Abhiseka Mahkota Ratna, Abhiseka Nama, ini semua merupakan Abhiseka yang sangat luar biasa, semua merupakan abhiseka yang mempunyai tingkatan dalam bhavana.
Guru tempat saya bersarana pada mulanya adalah Tuan San-shan Jiu-hou, beliau mengajarkan banyak mudra kepada saya. Buddha Bodhisattva membawa saya ke angkasa, tiba di Mahapadminiloka.
Sedangkan Qing-zhen Dao-zhang ( Bhiksu Liao-ming ), beliau telah mentransmisikan banyak Sadhana Tantra dan metode Tao kepada saya.
Di Kuil Dewa Indra ( Yu-huang Gong ) saya berjumpa dengan Wanita Berjubah Biru ( Qing-yi Fu-ren ) beliau adalah Bibi Guru Qian-dai, beliau meminta saya untuk berlutut dan beranjali, hanya demikian, dengan segera terjadi pemanunggalan antara manusia dengan devata, dapat membuka Divya-caksu. Mengenai masa lampau saya, saya telah berjumpa dengan banyak Guru, sampai saat ini, dalam lubuk hati saya beliau semua sangatlah saya junjung tinggi. Meskipun Bibi Guru Qian-dai akhirnya juga bersarana pada Zhen-fo Zong, juga bersarana pada Mahaguru. Beliau sering mengucapkan sepatah kata : 'Guru menuntun siswa, siswa menuntun guru.' , pokoknya saling berguru ( tertawa ).
Sedangkan Guru Kesadaran Alam Semesta yang tak berwujud adalah Tuan San-shan Jiu-hou, tiap tengah malam selama tiga tahun hadir untuk membimbing saya, pengajarannya sangat mendetail, ada yang menanyakan mengapa saya tidak menyebut-Nya dengan sebutan 'Guru' ? Misalnya : Guru San-shan Jiu-hou, mengapa Guru dipanggil dengan sebutan Tuan San-shan Jiu-hou ? Sesungguhnya kata 'Tuan' merupakan sebutan yang sangat terhormat pada jaman dahulu. Mungkin sekolahnya kurang belajar sehingga tidak mengetahui makna kata 'Tuan', orang jaman sekarang menulis ' Tuan Sheng-yen Lu', ini sudah menjadi sebutan umum, namun di jaman dahulu yang disebut 'Tuan' sudah sangat luar biasa, sangat terhormat, orang yang Tercerahkan baru dipanggil 'Tuan', oleh karena itu Beliau menyebut diri-Nya sendiri sebagai 'Tuan San-shan Jiu-hou', ada lagi 'Tuan Gu-lian', semua disebut 'Tuan', semua merupakan Buddha Agung yang datang untuk membimbing Mahaguru, ini semua sangat nyata.
Silsilah Mahaguru sangat nyata. Terus terang dalam hidup ini, saya berani menegur siapapun, teguran berarti adhistana untuk Anda ! Benar tidak ? Seorang Buddha menegur insan, juga merupakan kasih, kasih yang mengharapkan kebaikan untuk insan. Sebab mengasihinya ! Jika saya tidak menyukai Anda, buat apa saya menegur Anda ? Benar tidak ? Dikarenakan saya peduli pada Anda ! Demi kebaikan Anda, barulah saya menegur Anda. Oleh karena itu teguran adalah sebuah kasih sayang, sebuah adhistana, kasih yang timbul dari lubuk hati terdalam.
Guru saya juga demikian menegur saya, Acarya Tubten Dhargye juga banyak menegur saya. Saya juga sering dimarahi, namun saya tetap taat. Sesungguhnya dulu Acarya Sakya Zheng-gong juga menegur saya dengan sangat keras, beliau juga menegur saya. Banyak Guru saya yang pernah menegur saya, namun saya sudah pasti tidak akan mendebatnya. Saya Sheng-yen Lu, seumur hidup berani menyatakan demikian, Guru saya boleh menegur dan memarahi saya, namun saya pasti tidak akan memaki Guru saya, mana ada siswa yang mengadhistana Gurunya ? ( Hadirin tertawa ) tidak ada !
Oleh karena itulah saya dengan tenang menerima adhistana Guru, Guru memarahi saya memang sudah seharusnya. Saya tidak akan berani melawannya walau sepatah kata sekalipun. Bagaimana dengan isi hati saya ? Sama saja, juga menerima, sebab itu adalah tanda beliau peduli pada Anda ! Pasti memikirkan Anda, jika Guru tidak menegur Anda, berarti tidak merindukan Anda, Anda tidak mempunyai hubungan apapun dengannya !
Karena beliau peduli pada Anda, kasihnya melindungi Anda, beliau memikirkan Anda, maka itu pantas Anda peroleh. Oleh karena itulah Guruku sering memarahi saya, beliau sangat suka memarahi saya. Namun begitu saya sungguh menghadap kepadanya, beliau sama sekali tidak melontarkan kemarahan, justru memeluk dan mencium saya ( hadirin tertawa ) sungguh ! Saya katakan bahwa di luaran saya mendengar bahwa Guru memaki saya, baiklah, hari ini saya akan menghadap beliau, saya datang bernamaskara, beliau sangat bahagia, beliau mengatakan bahwa meskipun saya telah dimaki namun saya masih datang mengunjunginya. Mengapa beliau merasa bahagia ? Beliau mengatakan : "Aduh, siswa ini sungguh baik, dimaki bagaimanapun ia tidak luntur, siswa ini masih tahu merindukan Gurunya."
Di dalam peristiwa ini terdapat kekuatan, yaitu kekuatan sarana. Anda bersarana pada Guru itu, maka Anda harus taat pada-Nya, sadhana yang ditransmisikannya harus Anda hargai, mantra yang dijapakan oleh-Nya jangan Anda ubah-ubah, Sadhana yang ditransmisikan oleh-Nya juga jangan Anda ubah-ubah, mengapa ? Sebab di dalamnya terdapat kekuatan adhistana silsilah, ada kekuatan sarana.
Apakah Anda berpendapat bahwa hal-hal milik Anda, yang Anda pelajari di luaran lebih baik daripada Guru Anda ? Misalnya Anda mengatakan : Sadhana yang diajarkan Guru ada kekurangannya, mantranya ada yang kurang ! Tentu saja lafal mantra saya ada kekurangan ( hadirin tertawa ) mengapa ? Sebab saya 'Fan-shu' ( lafal Taiwan ) sebab orang Taiwan ! Tentu saja mantra yang saya lafalkan mengandung dialek Taiwan ! Namun apakah jika Anda memakai pelafalan orang Tibet yang mengandung dialek Tibet, sudah pasti seratus persen tepat ?
Anda harus tahu, dialek Tibet ada tiga macam, di Tibet sendiri tidak hanya menggunakan satu bahasa, jangan salah, ada tiga macam bahasa. Mantra yang dilafalkan oleh Rinpoche dari tiga tempat yang berbeda, maka pelafalannya juga berbeda pula.
Di Himalaya sendiri ada dua ratus lebih macam bahasa, dialek yang ditransmisikan oleh Guru di tiap daerah tidaklah sama. Menurut Anda, mana yang tepat ? Apalagi lafal mantra Tibet merupakan terjemahan dari sansekerta, asalnya dari India. Sedangkan mantra dari India sejak permulaan Buddhisme asalnya juga dari sansekerta mula-mula, oleh karena itu Anda menggunakan lafal mantra yang ditransmisikan oleh Guru, Anda menjapa mantra tersebut karena Guru sendiri memperoleh Siddhi melalui pelafalan tersebut. Anda menjapa sesuai pelafalan Guru Anda, maka Anda tidak akan keliru. Kekuatan apakah ini ? Inilah kekuatan sarana. Bukan kekuatan-kekuatan yang lain.
Apakah di dalam Sadhana tantra yang ditransmisikan Mahaguru terdapat perbedaan dengan Buku ritual di luaran ? Ada, tentu ada perbedaan. Apakah mudra ada perbedaannya ? Ada. Apakah mantranya ada yang berbeda ? Ada. Apakah visualisasinya ada yang berbeda ? Ada. Namun manakah yang Anda pilih ? Anda harus memilih silsilah langsung, yaitu memilih yang langsung ditransmisikan kepada Anda, itulah yang tepat ! Kekuatan apakah ini ? Inilah yang disebut dengan 'Kekuatan Sarana'.
Jangan katakan bahwa setelah Anda menerima transmisi mudra dari Guru, kemudian Anda pergi ke tempat ibadah lain. Ah ! Yang mereka bentuk berbeda dengan saya ! Mungkin saja mereka yang benar ! Mudra dari Mahaguru Lian-sheng ini dikuatirkan ada kekeliruan, kemudian Anda menggunakan yang lain, ini salah. Sebab ini adalah persoalan kekuatan sarana.
Pada suatu kesempatan saya menyambut kedatangan siswa, dia mengatakan : "Mahaguru !", Saya menjawab : "Ada apa !". Dia mengatakan : "Di tempat lain saya telah bersarana pada seorang Guru." Saya menjawab : "Baik sekali ! Apa yang dia ajarkan kepadamu ?", Ia menjawab : "Aku lihat mudra Ucchusma Vajra yang dibentuk olehnya tidak sama dengan mudra Anda.", saya katakan : "Benarkah ? Jadi bagaimana ?" , ia menjawab : "Mahaguru, sepertinya usia guru tersebut lebih tua daripada Anda.", saya katakan : "Jadi apa maksud Anda ?" ( Hadirin tertawa ) maksudnya adalah, usia yang lebih tua pasti menang ( tertawa ), sebab guru tersebut menekuni Sadhana Ucchusma Vajra. Maka saya katakan kepada siswa tersebut, silahkan bentuk mudranya biar saya lihat. Dia membentuk mudranya... ( Hadirin tertawa ) dia membentuknya dengan cepat dan segera meleraikannya. Apa maksudnya ? ( Hadirin tertawa ). Dia mengatakan bahwa tidak boleh mengajarkan mudra tersebut kepada Mahaguru. (Hadirin tertawa ) ini merupakan hasil yang saya peroleh bagaimana boleh diajarkan kepada Anda, benar tidak. Ah, diam-diam saya tertawa dalam hati.
Sesungguhnya saya telah lama mempelajari mudra Ucchusma Vajra, sangat lama, saya belajar dari Bhiksu Senior Hui-san (慧三老和尚), beliau adalah Guru saya, beliau menekuni Sadhana Ucchusma Vajra. Saat ini beliau telah parinirvana, beliaulah satu di antara tiga bhiksu yang memberikan sila Bodhisattva kepada saya. Bhiksu Hui-san menekuni Sadhana Ucchusma Vajra dan beliau mengajarkan mudra ini kepada saya, demikian cara membentuk mudra ini ( Mahaguru memperagakan mudra ) inilah mudra Ucchusma Vajra.
Namun siswa tersebut pergi belajar ke tempat lain kemudian dia juga kuatir saya mempelajarinya diam-diam. Maka dia membentuknya dengan cepat , segera meleraikannya, kuatir saya mempelajarinya ( tertawa ), sesungguhnya yang demikian juga bukan apa-apa.
Sesungguhnya yang telah dipelajari oleh Mahaguru sangat luas, Anda lihat berapa Guru saya ? Ada dua puluhan, saya telah belajar selama dua puluh tahunan, jadi berapa banyak yang telah saya pelajari ? Apakah saya tidak mengerti satu mudra Ucchusma Vajra yang Anda bentuk itu ? Namun dikarenakan demikian cara dia membandingkan, bahkan mempelajarinya dari orang lain. Dengan demikian, mungkin saja dia tidak dapat memperoleh Sadhana Tantra Vajra yang sesungguhnya, mungkin juga jika kelak dia belajar dengan baik-baik kepada Mahaguru, maka saya akan mentransmisikannya.
Seperti Sadhana Acalanatha Vidyaraja yang saya transmisikan, Anda semua tahu bahwa di dalamnya ada banyak kiat, banyak rahasia, namun jika Anda menekuninya sesuai dengan yang saya transmisikan, maka Anda memperoleh kekuatan sarana, yaitu kekuatan adhistana silsilah. Tapi jika Anda mempelajarinya sesuai dengan orang lain, ataupun dari sini satu kalimat, dari sana satu kalimat. Akhirnya Anda sendiri yang merubahnya, maka kekuatan sarana telah tiada.
Anda telah membaca sebuah buku yang judulnya sepertinya adalah 'Mahabhiksu di Gunung Himalaya', saya sudah pernah membacanya di Taiwan. Kalian membacanya di Amerika, sesungguhnya sepuluhan tahun yang lalu saya sudah membacanya. Ditulis oleh Arya Lhama. Di dalamnya ada satu artikel yang sangat penting, apakah kalian memperhatikannya ?
Ada seorang Acarya yang naik ke atas pohon, di sana terdapat sebuah sarang lebah, Acarya itu mengatakan kepada para lebah : "Kalian jangan menyengat saya. Kalian jangan menyengat saya." Dia turun dari pohon, lebah itu juga tidak menyengatnya. Padahal lebah itu sangat mudah menyengat orang. Siswanya keheranan melihat sang guru memanjat pohon dan lebah di sarang tidak menyengatnya, maka ia bertanya : "Mantra apa yang Anda japa sehingga lebah tidak menyengat Anda ?", Acarya itu mengatakan : "Hanya ada satu kalimat yang perlu Anda ingat, saat memanjat di atas katakanlah pada lebah di sarang itu : Jangan menyengat saya. Maka mereka tidak akan menyengat Anda." Siswa itu sungguh memanjat pohon dan berkata kepada lebah : "Guru saya mengajari saya, untuk meminta supaya kalian tidak menyengat saya." Wah, lebah-lebah itu jinak dan tidak ada yang menyengatnya. Akhirnya dia merasa sungguh baik sekali, dia segera turun mengajarkan kepada orang lain : "Jika Anda memanjat pohon itu dan mengatakan kepada lebah : Jangan menyengat saya. Maka mereka tidak akan menyengat Anda." Orang yang lain mendengar ucapannya, benar-benar memanjat pohon dan mengatakan kepada lebah-lebah di sarangnya : "Kalian jangan menyengat saya." Akhirnya ia tersengat sampai mati ( hadirin tertawa ) , sama halnya ! Saya beritahu Anda, mengapa ada yang berfungsi dan ada yang tidak ? Yang berfungsi dikarenakan ada kekuatan adhistana Guru, sedangkan yang tidak berfungsi adalah karena sama sekali tidak ada adhistana Guru.
Oleh karena itu dikarenakan terdapat kekuatan adhistana dari Guru, maka sadhana tantra menjadi berfungsi. Jika ada orang yang mempelajari sadhana dari Mahaguru, mempelajarinya dari buku sadhana, namun dikarenakan tiada Bersarana, tiada kekuatan adhistana Guru, maka dia akan kehilangan fungsinya, tidak akan ada hasilnya. Oleh karena itu di dalam pengajaran sadhana tantra, setiap visualisasi, tiap mantra dan tiap mudra memerlukan transmisi dan abhiseka dari Guru. Apakah sebabnya ? Sebab menerima abhiseka berarti menerima kekuatan adhistana Guru, Anda akan mudah memperoleh yukta dalam penekunan sadhana tersebut.
Milarepa tidak dapat mencapai yukta dari penekunan sadhana yang dipelajarinya dari Er-ba La-ma. Akhirnya begitu Acarya Marpa memberinya abhiseka, dia menekuninya sampai akhirnya memperoleh yukta. Sadhana yang dipelajari sama, namun sebabnya adalah Er-ba La-ma merupakan siswa dari Marpa. Sadhana yang sama mengapa ditekuni tiada yukta, kecuali Mulacaryanya memberikan abhiseka, dengan adanya Kekuatan Sarana barulah dapat beryukta, oleh karena itu di sini melafal : "Namo Gu-lu-bei. Namo Bu-da-ye. Namo Da-mo-ye. Namo Sen-jia-ye." Demikianlah kemunculan Kekuatan Sarana, kekuatan ini merupakan pemanunggalan total antara siswa dengan Mulacarya, merupakan Kekuatan Sarana yang menyatu kokoh, muncul dari empat kalimat mantra ini.
Acarya mengabhiseka Anda, Tri-ratna mengabhiseka Anda, semua teks suci tantra mengabhiseka Anda, kemudian saat Anda menjapa mantranya, sepenuhnya memohon abhiseka Guru, Tri-ratna dan semua teks tantra. Jika tidak demikian, tanpa Kekuatan Sarana, maka tidak akan berfungsi, maka mantra ini harus dijapa satu juta kali ; Mantra ini perlu dijapa satu juta kali barulah benar-benar menghasilkan Kekuatan Sarana, mantra ini merupakan satu bagian yang sangat penting dalam Catur-prayoga.
Banyak siswa tidak memahami mantra ini : "Namo Gu-lu-bei. Namo Bu-da-ye. Namo Sen-jia-ye." Keutamaanya di sini, sepenuhnya memohon adhistana dan abhiseka Guru, Tri-ratna dan semua teks tantra.
Saat kita melakukan Catur-sarana, terlebih dahulu bervisualisasi baru menjapa mantra, visualisasi juga harus sangat jelas, yaitu : Guru, Buddha, Dharma, Sangha, juga semua teks Buddha Dharma, manunggal menjadi cahaya putih agung yang mengabhiseka Anda, kemudian menjapa Mantra Catur-sarana.
Di dunia ini sudah tidak mudah untuk memperoleh Guru maupun siswa yang sangat baik, namun asalkan Anda memiliki Bodhicitta, Anda mengarah pada Kebenaran, Kesadaran Tertinggi Semesta, mempunyai niat untuk mencapai keberhasilan, asalkan Anda berdoa dengan tulus, maka Guru akan mentransmisikan sadhana kepada Anda, pasti memberikan abhiseka, bahkan setiap saat di dekat Anda, oleh karena itu asalkan seorang siswa yang sejati telah siap, maka Guru pasti akan hadir, maka jangan kuatir tidak memperoleh Guru sejati yang mentransmisikan Dharma kepada Anda, sebab asalkan siswa segalanya telah siap dengan baik, maka Gurunya pasti akan hadir di hadapan, ini sangat penting. Namun seorang siswa yang memiliki akar keagungan juga sangat jarang. Seorang Guru yang benar-benar mencapai realisasi juga sangat jarang, di dunia ini Guru yang sejati tidaklah banyak.
Sebelum bersarana terlebih dahulu Anda harus mengenali Guru Anda, namun setelah bersarana Anda jangan mencari-cari kekurangan Guru Anda sendiri, jangan dikira saya tidak ada kekurangan, saya punya kekurangan, saya juga tidak berpendapat bahwa Guru saya tidak punya kekurangan, Guru saya juga punya kekurangan. Jangan dikira karena Guru Anda telah marah, Anda menyangka bahwa Guru ini tidak baik, ini tidak boleh. Juga jangan berpendapat bahwa karena Guru ada melakukan kesalahan, maka berarti Guru tidak baik. Setelah Anda bersarana, tidak dapat diubah lagi.
Tahukah Anda, bahwa dalam Tantrayana anatara Guru dan siswa terdapat sila, yaitu Sila Samaya. Antara Guru dan siswa sepenuhnya manunggal, oleh karena itu jika Anda menjelek-jelekkan atau memfitnah Guru Anda sendiri, berarti Anda sedang memfitnah diri sendiri. Sebab Sila Samaya sangat kokoh dan tak dapat terhancurkan, oleh karena itulah sebelum bersarana Anda harus mengenal dengan jelas, jangan sampai usai bersarana baru menyesalinya.
Saya beritahu Anda, sebelum bersarana harus mengenalinya dengan jelas, setelah bersarana jangan sekali-kali melanggar sila, sebab dalam Tantrayana terdapat Sila Samaya, sila ini sangat berat, tidak boleh melanggar.
Semua orang punya kekurangan, Guru saya juga mempunyai kekurangan ! Hanya saja tidak enak hati untuk mengungkapkannya, benar tidak ? Sementara kita bukan hendak mempelajari kekurangannya. Kita sedang belajar sisi baiknya, sesungguhnya kita hanya hendak belajar Buddha Dharma darinya, beliau memahami Buddha Dharma dan mengajarkannya kepada kita, sehingga kita memperoleh Kekuatan Sarana, hanya demikian sederhana jika kita ingin berhasil, buat apa mengurusi Guru hendak bagaimana ? Apakah Anda hendak mengurusi Guru Anda yang menyanyi, mengurusi Guru Anda yang menari, mengurusi Guru Anda yang minum arak, hal-hal semacam ini jangan diurusi, sebab Anda bukan hendak belajar hal-hal tersebut, yang hendak Anda pelajari adalah Buddha Dharma ! Jangan salah.
Guru saya sangat banyak, namun mereka mempunyai cara hidup masing-masing, saya tidak memperdulikan hal itu, saya hanya belajar Buddha Dharma, saya menghormatinya, menghormati Buddha Dharma darinya, dengan demikian memperoleh Kekuatan Sarana, kedua belah pihak memperoleh Kekuatan Sarana, kekuatan ini saling berhubungan, saling menambah, sangat kokoh tak terhancurkan, begitu Anda bersarana langsung timbul Sila Samaya, merupakan Kekuatan Sarana yang sangat agung, jika Anda benar-benar mendengar Buddha Dharma darinya dan menekuninya, pasti akan timbul manfaat dan hasil, ini merupakan kekuatan adhistana silsilah yang diberikan olehnya kepada Anda !
Hendaknya semua memahami bahwa antara Guru dan siswa sesungguhnya bersifat langsung dan merupakan hubungan yang sangat erat, demikianlah Mantra Catur Sarana, dengan menekuninya, maka kekuatan adhistana akan terus bertumbuh dan makin kokoh.