2010-12-18 Dharmaraja Liansheng Menerangkan Sutra Altar Patriak VIHati Sendiri Berlindung pada Buddha Sejati dalam Jati Diri
Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa Bodhisattva Akasagarbha Tanggal 18 Desember 2010 di Taiwan Lei Tsang Temple
Kutipan SUTRA ALTAR PATRIAK VI minggu ini, "Kalyana-mitra! Kebijaksanaan ibarat matahari dan bulan, kebijaksanaan selalu terang. Melekat pada kondisi di luar, sehingga jati diri ditutupi oleh awan berarak khayalan dan tidak mendapatkan terang. Jika bertemu Kalyana-mitra, mendengarkan Dharma sejati, dengan sendirinya kesesatan dan khayalan pun sirna, luar dan dalam terang, sehingga berlaksa Dharma muncul di dalam jati diri. Orang yang menyaksikan Buddhata, juga demikian. Inilah Buddha Dharmakaya yang suci." "Kalyana-mitra! Hati sendiri berlindung pada jati diri, itulah berlindung pada Buddha Sejati".
Terlebih dahulu kita sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada adinata homa Bodhisattva Akasagarbha.
Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, Ketua Vihara, para umat se-Dharma, umat se-Dharma di internet, serta tamu agung kita hari ini -- my father Sdr. Er-shun Lu, my older sister Sheng-mei Lu, my third sister and her husband, juru bicara Democratic Progressive Party Bpk. Qi-chang Cai, Ketua Asosiasi Cinta Kasih Bunga Randu Taichung Ibu Hui-mei Chen, anggota parlemen Nantou Zhuang Xu, anggota parlemen Kota Tainan Wang-quan Cai, selamat siang semuanya, salam sejahtera semuanya!
Taiwan Lei Tsang Temple mencetak sebuah buku kalender Tahun Xinmao -- Kelinci, di dalam tercantum banyak data, saya baca sekilas, banyak Dharmaduta kita tercantum di dalamnya, salah satunya, ada Cetiya WH, tertulis Huang-KL, di bawahnya tidak ada gelar. Saya baca sekali lagi dengan seksama, banyak Pandita Dharmaduta ada gelarnya, seperti Pandita Dharmaduta Lianlai dari Jinji Leizang Si, ada lagi banyak Pandita Dharmaduta ada gelarnya, semua tercetak gelarnya, hanya Huang-KL tidak ada gelarnya, saya tidak tahu apakah pabrik percetakan ketinggalan cetak?
Pabrik percetakan sering ketinggalan cetak, malah kadang-kadang bisa salah cetak, saat cetak belum diedit dengan baik, seperti cerita lucu yang dulu saya ceritakan, yaitu "Penasihat XX", tercetak "Penjaga Pintu XX", kurang satu huruf "口" (mulut), lalu protes, "Mengapa Anda kurang satu huruf "口"? Ia berkata, "Baik! Tidak ada masalah, saya cetak lagi". Hasil cetakan keluar, justru "Penjaga Pintu Depan XX", tetap sama, cetak tetap bisa salah cetak, juga bisa ketinggalan cetak. Jika dicetak oleh pabrik percetakan, maklum; jika Taiwan Lei Tsang Temple, oh! Acarya Lianzhe mengatakan "kelalaian", kelalaian, mungkinkah dicetak ulang lagi? Tidak mungkin. Benar tidak? Sudah dicetak, sudah disebarkan, kita semua sudah lihat, mengapa dua kata dari Pandita Dharmaduta ini lalai? Nah, hanya ada satu cara kompensasi, apapun yang terjadi pada dirinya di masa yang akan datang, apapun masalah yang menimpanya di masa yang akan datang, ia pun menjadi Pandita Dharmaduta seumur hidup. (Hadirin tepuk tangan) Ini adalah satu-satunya cara memperbaiki, semua Pandita Dharmaduta dicetak, hanya ia satu-satunya Pandita Dharmaduta yang tidak dicetak, kelak apapun yang terjadi, kelak apapun masalah yang menimpanya, Pandita Dharmaduta seumur hidup, ini kata-kata saya, ucapan Guru Akar, berlaku seumur hidup. (Hadirin tepuk tangan)
Seseorang berkata, "Sekarang Mahaguru Lu adalah pemimpin militer". Saya bahkan lupa, sekarang saya sudah purnawirawan. Baiklah! Pemimpin militer ya pemimpin militer, memangnya kenapa? (Hadirin tepuk tangan) Sama seperti adik kecil (Mahaguru menyebut diri sendiri), adik tua! Hari ini duduk di sini, ucapan saya adalah keputusan mutlak. (Hadirin tepuk tangan) Kalian dengarkan baik-baik! Mahaguru tidak akan bebas dari masalah, Mahaguru tetap ada masalah, masalah apa? Semua tiada masalah. Saya adalah Mulaguru abadi umat Zhenfo Zong, Mulaguru Buddha Hidup Lian-sheng Sheng-yen Lu yang abadi. (Hadirin tepuk tangan) Walaupun di masa mendatang, Mahaguru jalan kaki, seperti tadi turun menyalakan api, lantai sangat licin, terpeleset! Sekujur tubuh bengkak dan sakit! Seluruh wajah bengkak kemerahan, tetap Mulaguru. (Hadirin tepuk tangan) Ini masalah kecil, masalah yang sangat kecil, suatu hari, Mahaguru terlahir di Buddhaloka yang suci, Mulaguru Zhenfo Zong, mula dari mula, tetap Buddha Hidup Lian-sheng Sheng-yen Lu. (Hadirin tepuk tangan) Ada lagi, bagaimana pun juga, Mulaguru kalian tetap satu, (hadirin tepuk tangan) kalau tidak, bagaimana silsilah ini diwariskan? Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, Buddha Hidup Lian-sheng Sheng-yen Lu -- Thubten Qimo, yakni Mulaguru Zhenfo Zong. (Hadirin tepuk tangan) Saya menyatakan, jika terjadi apa-apa pada Mulaguru, Mulaguru tetap Mulaguru. (Hadirin tepuk tangan)
Hari ini kita mengadakan Homa Bodhisattva Akasagarbha, Bodhisattva Akasagarbha memiliki Bodhicitta agung. Bodhisattva yang maha-bijaksana dan maha-dahsyat, merupakah salah satu dari 8 Mahasattva, kebijaksanaan-Nya sama dengan angkasa raya. Pahamilah! Kebijaksanaan Mulaguru, tetap sama seperti angkasa raya. Saya melihat di luar sana banyak penghargaan, misalnya "Penghargaan Kesuksesan Seumur Hidup", Zhenfo Zong kita ada "Pandita Dharmaduta Seumur Hidup", "Mulaguru Seumur Hidup", bagaimana pun, setiap umat Zhenfo Zong, harus berkeyakinan teguh, akar kita semua, tertancap di dalam Buddhadharma, tidak akan goyah selamanya. (Hadirin tepuk tangan)
Kita mengulas lagi SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga SUTRA ALTAR PATRIAK VI), saya lebih dulu baca satu kutipan Sutra, Patriak VI bersabda, "Kalyana-mitra! Kebijaksanaan ibarat matahari dan bulan, kebijaksanaan selalu terang. Melekat pada kondisi di luar, sehingga jati diri ditutupi oleh awan berarak khayalan dan tidak mendapatkan terang. Jika bertemu Kalyana-mitra, mendengarkan Dharma sejati, dengan sendirinya kesesatan dan khayalan pun sirna, luar dan dalam terang, sehingga berlaksa Dharma muncul di dalam jati diri. Orang yang menyaksikan Buddhata, juga demikian. Inilah Buddha Dharmakaya yang suci". "Kalyana-mitra! Hati sendiri berlindung pada jati diri, itulah berlindung pada Buddha Sejati". Saya jelaskan sampai di sini. Hari minggu lalu, mata kanan melihat sinar matahari, mata kiri melihat sinar bulan, di sini Beliau bersabda, "kebijaksanaan" ibarat matahari dan bulan, ada matahari, ada bulan, kebijaksanaan demikian disebut "selalu terang". Hari itu, Mahaguru melihat matahari dan bulan, apakah melihat bulan di luar? Melihat matahari di luar? Sebenarnya bukan, melainkan melihat matahari dan bulan di dalam diri sendiri, sepenuhnya berasal dari diri sendiri, bukan dari orang lain. Kebijaksanaan kita, kebijaksanaan Buddha, Tathagata ada di dalam hati Anda, "Buddhata" Anda di dalam hati Anda, matahari, bulan yang Anda lihat melambangkan semacam sinar kebijaksanaan! Yakni menyembur keluar dari dalam hati Anda sendiri, bukan diberikan oleh orang lain, bukan orang lain yang bisa memberikannya pada Anda. Beginilah maksud Patriak VI.
Saya cerita sebuah joke dari Chuan-fang Chen, ada seorang supir sedang mengendarai bus pariwisata, membawa banyak bapak dan ibu lanjut usia berwisata bersama-sama. Grup dari mancanegara ini disebut "Grup Manula", "Grup Manula" berarti usia agak lanjut. Bapak-bapak tua dan ibu-ibu tua keluar bermain bersama-sama, melihat-lihat Flora Expo di Taipei dengan riang gembira. Setelah berangkat, ada seorang ibu tua membawakan sedikit kacang untuk dimakan, supir sangat senang, sambil menyetir, ia makan kacang pemberian si ibu tua. Menyetir! Menyetir! Si ibu tua ini membawa segenggam kacang dan memberikan padanya, ia makan lagi dengan senang, tak lama kemudian, si ibu tua ini bawa lagi kacang. Supir berkata, "Anda punya begitu banyak kacang, mengapa tidak Anda makan sendiri saja?" Si ibu tua menjawab, "Gigi saya tidak kuat menggigit kacang ini, Anda makan saja semuanya". "Kalau begitu, buat apa Anda beli kacang?" Ia berkata, "Saya hanya makan coklat di luar kacang ini". (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa) Jika supir ini punya kacang, ia pun tidak akan makan kacang dari si ibu tua. Maksud saya adalah, kebijaksanaan yang Anda miliki, hati Anda sendiri ada sinar, ada sinar matahari, ada sinar bulan, maka tidak perlu meminjam sinar; Anda sendiri punya kebijaksanaan, Anda bisa membedakan segala hal, seperti yang tadi saya katakan, kalian berlindung pada siapa? (Hadirin menjawab, "Mahaguru".) Mulaguru itu yaitu Mahaguru, (hadirin tepuk tangan) tidak ada yang lain!
Kalian sendiri harus punya kebijaksanaan untuk membedakannya, banyak hal, kebijaksanaan Anda tidak dapat membedakan, Anda pun akan dibodohi. Sederhana sekali, jika Anda tidak punya kebijaksanaan, Anda akan ditipu oleh kelompok penipu. Sekarang di Taiwan banyak kelompok penipu, mereka membuat barang palsu. Anda kira itu asli, dari luar kelihatan asli, sebenarnya, tetap palsu, Anda harus bijaksana, baru bisa membedakan apa yang asli, apa yang palsu.
Bodhisattva Akasagarbha adalah yidam kebijaksanaan. (Hadirin tepuk tangan) Anda tidak punya kebijaksanaan, kacang yang dibawa tetap kacang, memang benar! Namun, kacang ini milik orang lain, yang salut coklatnya telah dimakan oleh si nenek tua itu, kemudian kacang ini dikumpulkan, karena ia tidak kuat menggigitnya, lalu berikan pada supir untuk dimakan, supir tidak tahu, mengira si nenek tua begitu baik terhadapnya, lalu makan banyak kacang.
Jati diri kita jangan ditutupi oleh awan berarak khayalan. Jadi, saya beritahu Anda, keyakinan Mahaguru, Mulaguru Anda paling teguh. (Hadirin tepuk tangan) Saya pribadi! Saya pernah melihat Mahapadminiloka di Sukhavatiloka, saya pribadi! Menyaksikan sendiri Padmakumara. (Hadirin tepuk tangan) Siapapun tidak tahu Padmakumara, alhasil, di dalam Gua Seribu Buddha di Dunhuang, ada banyak Padmakumara. Lanzhou University bahkan meneliti Padmakumara, ada "Penelitian Padmakumara", Acarya Yu-cun Liao (Acarya Lianjie) mendatangi Lanzhou University di Dunhuang, tahu ada "Penelitian Padmakumara", ternyata Padmakumara benar-benar ada! Padmakumara itu saya saksikan sendiri, Mahapadminiloka juga saya saksikan sendiri, setelah saya buktikan sendiri, saya transmisikan lagi silsilah Padmakumara kepada Anda semua. (Hadirin tepuk tangan)
Kalian jangan karena kondisi, desas-desus di luaran, "melekat pada kondisi di luar!" Keyakinan Anda ditutupi oleh "awan berarak khayalan" di luar, ini sangat penting, keyakinan tentu harus teguh! Ketahuilah, jika saya tidak pernah melihat Mahapadminiloka, tidak menyaksikan Padmakumara, hari ini Sheng-yen Lu berbohong, nah! Saya menyatakan, di hadapan Buddha, Bodhisattva, Vajra, Dharmapala, Dakini, saya menyatakan, "Jika Sheng-yen Lu berbohong, masuk 3 alam samsara, selamanya tidak akan terlahir di alam yang lebih baik lagi". Ini adalah ikrar saya yang terbesar! Selamanya tidak akan terlahir di alam yang lebih baik lagi! Bahkan kriteria menjadi manusia pun tidak akan ada lagi, di hadapan Buddha, Bodhisattva, Vajra, Dharmapala, Dakini, "Saya benar-benar menyaksikan Padmakumara", (hadirin tepuk tangan) "Benar-benar pernah pergi ke Mahapadminiloka", (hadirin tepuk tangan) Keyakinan saya tidak berubah selamanya. (Hadirin tepuk tangan) Semua keyakinan bisa berubah, itu karena "melekat pada kondisi di luar", "sehingga jati diri ditutupi oleh awan berarak khayalan dan tidak mendapatkan terang". Pandangan Anda tidak jelas! Anda tidak punya kebijaksanaan, sehingga pandangan Anda tidak jelas, oleh karena itu, bisa terjadi fenomena yang tidak benar.
Ada seseorang, ketika di jalan, melihat sekerumunan orang, seperti terjadi kecelakaan lalu lintas, banyak orang sedang melihat keramaian, ia tidak bisa menerobos kerumunan. Tiba-tiba, ia terpikir satu cara, ia berkata pada orang-orang, "Itu ayah saya". Orang-orang pun memberikan ia jalan agar ia masuk untuk melihat, begitu masuk dan melihat, ternyata yang tertabrak adalah seekor babi. Jadi, apakah ini? Ini disebut "berbohong", ia tidak jelas melihat apa yang terjadi di dalam, ia tiba-tiba terpikir ide, lalu berkata pada orang, "Itu ayah saya". Semua orang pun memberikan jalan agar ia masuk dan melihat, ternyata yang mati adalah seekor babi. Wah! Apakah ini? Inilah "tidak mendapatkan terang". Seperti yang dilihat Mahaguru, adalah Padmakumara yang sejati, Mahapadminiloka yang sejati.
Mahaguru juga tidak memarahi orang, juga tidak akan memarahi orang lain, karena memarahi orang lain sama dengan memarahi diri sendiri. Setiap orang memiliki Buddhata! Sama-sama adalah "Nirmanakaya" Buddha, mana boleh Anda memarahi orang lain? Minggu lalu saya pernah bercerita satu cerita lucu, benar tidak? Mengatakan babi banyak manfaatnya, bulu babi bisa dijadikan sikat, kulit babi bisa dijadikan sepatu, kuping babi pun bisa dimakan! Apalagi daging babi, semua benda di dalamnya boleh dimakan; "babi" bahkan punya satu kegunaan lagi -- bisa memarahi orang. Orang yang memahami hati dan menyaksikan Buddhata, tidak memarahi orang, tidak menggosipkan orang di belakang. Lihat, siapa yang menggosipi orang di belakang, pasti adalah "tukang gosip". Orang yang benar-benar memahami hati dan menyaksikan Buddhata, tidak menggosipi orang di belakang. Memarahi orang juga tidak boleh! Sekarang memarahi orang itu tidak boleh, dosa menfitnah! Tidak boleh sembarangan memarahi orang lain. Seperti ada satu orang memarahi orang lain, ia memarahi, "Kamu seperti babi (li ka na di)". Presiden Amerika "Kennedy", orang yang dimarahi menuntutnya, menuntut orang ini menfitnah, lalu didenda 50 ribu. Orang ini biasanya suka memarahi orang, "Li ka na di le", kamu babi, ia memarahi orang lagi, orang lain menuntutnya lagi, kali ini didenda lebih besar, didenda 70 ribu. Orang ini pun berkata pada jaksa, "Tidak adil, sebelumnya saya memarahi orang babi, jaksa itu vonis saya denda 50 ribu, mengapa Anda vonis saya denda 70 ribu? Lebih mahal 20 ribu, tidak adil! Jaksa tidak adil." Jaksa pun berkata, "Apa boleh buat, akhir-akhir ini harga daging babi melonjak, jadi Anda dihukum lebih berat". Kita tidak boleh memarahi orang.
Sadhaka yang melatih diri, setelah memahami hati dan menyaksikan Buddhata, dengan adanya kebijaksanaan, ia tahu, memarahi orang berarti memarahi diri sendiri, jangan memarahi orang lain, insan setara, tidak ada perbedaan, tidak boleh sembarangan memarahi orang. "Dengan sendirinya kesesatan dan khayalan pun sirna, luar dan dalam terang", berlaksa Dharma muncul semua, orang yang melhat "Buddhata", juga demikian, orang yang melihat Buddhata, ia tahu, justru demikian. Jika Anda dapat "berlaksa Dharma muncul", melihat "Buddhata", ini disebut "Buddha Dharmakaya yang suci", Anda sudah menjadi "Buddha Dharmakaya yang suci".
Patriak VI melanjutkan, "Kalyana-mitra! Hati sendiri berlindung pada jati diri", yang Anda benar-benar berlindung, saya telah mengatakan, yang Anda benar-benar berlindung, yaitu berlindung pada Buddhata sendiri, bukan berlindung pada yang lain. Lihat! Orang yang banyak kesesatan dan khayalan, setelah melihat pratima, "Saya berlindung pada pratima yang satu ini", "Saya berlindung pada Yaochi Jinmu yang satu ini", "Saya berlindung pada Acalanatha yang satu ini", Anda pergi ke vihara lain, juga ada Acalanatha, "Saya bukan berlindung pada yang satu ini, tetapi pratima yang satu itu". Itu masih tidak mengerti. "Buddhata" yang sama, berasal dari jati diri. Itu hanya lahiriah saja, Acalanatha, Yaochi Jinmu, semua adalah nama Mereka.
Anda mengatakan berlindung pada Yaochi Jinmu, "Saya berlindung pada Yaochi Jinmu yang satu ini". Yaochi Jinmu yang di Seattle bisa marah, berkata, "Dulu Anda berlindung pada Yaochi Jinmu yang di Seattle, kenapa, sekarang berubah menjadi Yaochi Jinmu di Taiwan Lei Tsang Temple?" Kedua Yaochi Jinmu bisa bertengkar. Tidak benar, julukan yang sama! Nama saja!
Minggu lalu saya juga menceritakan sebuah cerita lucu, sepertinya dulu sekali pernah cerita. Ada seorang pria mengejar seorang wanita, ia pergi ke mana pun wanita ini pergi. Wanita ini tiba-tiba masuk ke dalam kedai bakmi, ia pun ikut masuk, si pria ingin sekali tahu nama wanita ini, wanita ini duduk di depan, ia duduk di belakang, ia pun berdiri, tiba-tiba dengan berani menghampirinya dan bertanya, "Anda panggil apa?" Wanita itu tiba-tiba tertegun sebentar, berkata, "Saya panggil bakmi". Memang benar, ia panggil semangkuk bakmi untuk dimakan, sebenarnya ia menanyakannya, "Siapa nama Anda?" Ia bermaksud menanyakan namanya, ia berkata, "Saya panggil bakmi". Si pria juga mengatakan setengah, si wanita juga menjawab setengah, mereka saling salah paham.
Nama, hanya sebuah tanda lahiriah, melambangkan kerangka manusia atau wujud luar Anda, juga tidak sejati. Mahaguru pernah mengatakan, saat saya baru lahir, juga tidak seperti saya yang sekarang; ketika saya duduk di bangku SMA, kalian lihat foto itu, juga bukan seperti ini; ketika saya sekolah di akademi militer, ketika saya kuliah, juga tidak seperti ini. Kerangka manusia bisa berubah, nama hanya mewakili kerangka manusia Anda ini, orang yang berada pada waktu dan lokasi tersebut, juga tidak abadi. Bahkan, wajah manusia pun bisa berubah. Jadi, pada akhirnya, Anda berlindung pada Buddhata sendiri.
"Mula-yidam" Mahaguru adalah Yaochi Jinmu, Buddha Amitabha, dan Bodhisattva Ksitigarbha. Semua Ksitigarbha, semua Yaochi Jinmu, semua Buddha Amitabha, semua saya berlindung. Namun, Yaochi Jinmu, Buddha Amitabha, Bodhisattva Ksitigarbha, semua di dalam hati saya sendiri, muncul di dalam hati saya, muncul dan menjelma dari dalam Buddhata. (Hadirin tepuk tangan) Inilah yang saya lihat, saya benar-benar melihat sinar matahari, sinar bulan, saya benar-benar melihat Yaochi Jinmu, saya benar-benar melihat Buddha Amitabha, saya benar-benar melihat Bodhisattva Ksitigarbha, semua di dalam tubuh saya.
Kita harus jujur! Orang yang belajar Buddhadharma tentu harus jujur, apa adanya, jadi, kita menyebutnya, "Berlindung pada Buddha Sejati!" Lihat! Nama Zhenfo Zong ada di sini, Patriak VI di sini menyebutkan "Berlindung pada Buddha Sejati". Zhenfo Zong kita benar-benar sangat indah, Anda justru harus "berlindung pada Buddha Sejati", tak tertandingi! (Hadirin tepuk tangan) Zhenfo Zong adalah "Buddha Sejati", yang disabdakan Patriak VI "Berlindung pada Buddha Sejati", "Buddha Sejati" ini berasal dari kejujuran, apa adanya, asli, sama sekali tidak munafik, tidak jujur itu tidak diperkenankan.
Orang Inggris pun bertanya, "Mengapa Anda menangis?" Orang Amerika pun berkata, "Saya teringat ibu saya". Ia berkata, "Bagus! Anda teringat ibu Anda, Anda menangis! Masih bolehlah!" Orang Inggris pun menyumpit sebuah cabai, ia juga makan, air matanya juga mengalir, Orang Amerika pun bertanya pada Orang Inggris, "Mengapa Anda juga menangis?" Orang Inggris pun menjawab, "Saya teringat ibu Anda". Orang Amerika berkata, "Hah! Anda menangis, apa hubungannya dengan ibu saya?" Orang Inggris pun berkata, "Saya menangis karena teringat ibu Anda, saya teringat ibu Anda mengapa bisa melahirkan seorang anak yang tidak jujur. Anda termasak cabai yang pedas, ya bilang saja cabai! Masih mengatakan teringat ibu Anda".
Sebagai umat Buddha, kita harus jujur, jujur terhadap apa yang kita perbuat, Anda boleh bertobat! Apa yang Mahaguru lakukan belum tentu benar semua! Saya juga pernah salah, saya juga harus bertobat! Salah ya salah, benar ya benar, benar dan salah dibedakan dengan jelas, kalau bersalah ya tanggung jawab. Begini, sebagai pemimpin militer, salah ya salah, benar ya benar, jangan ngotot, kalau salah, ya tanggung jawab! Jika saya bersalah, saya tanggung sendiri, saya juga bersedia bertanggung jawab. Namun, Buddhadharma yang saya sampaikan pada Anda semua, adalah Dharma "Buddha Sejati", "Buddha Sejati", mutlak tidak salah, mutlak tidak ada yang tidak jujur. (Hadirin tepuk tangan) Ceramah Buddhadharma mutlak tidak ada yang salah, menyaksikan Padmakumara multak tidak ada yang salah, menyaksikan Mahapadminiloka mutlak tidak ada yang salah, memahami hati dan menyaksikan Buddhata mutlak tidak ada yang salah. Jadi, Buddhadharma multak tidak ada yang salah. (Hadirin tepuk tangan) Sikap individu, lain cerita, tentu saja pernah berbuat salah, itu sikap. Namun, dalam Buddhadharma, kita "berlindung pada Buddha Sejati", kelak, yang kalian tekuni adalah "Sadhana Yoga Padmakumara", alam suci yang kita tuju adalah Mahapadminiloka, Buddhadharma kita adalah "Buddha Sejati", mutlak tidak ada yang salah, Buddhadharma yang paling jujur dan paling apa adanya.
Setiap orang pasti pernah berbuat salah, saat saya kecil juga sering berbuat salah, ayah saya di sini, saya dipukul ayah saya sangat ganas, saat itu, bokken, pedang kayu, pedang kayu yang dipakai 2 orang Jepang untuk saling pukul itu, dipakai untuk pukul saya sampai patah, saat itu, ayah saya sangat gagah perkasa, saat itu, saya sangat kurus kecil. Dipukul sampai meraung-raung. Setiap kali, jika mau pukul adik tertua saya, ia pasti lebih dulu berlutut dan berkata, "Lain kali saya tidak berani lagi". Atau ia lari jauh-jauh. Kalau saya, bersabar, maju terus pantang mundur, tidak pernah mengaku salah. Jadi, saya dipukul paling ganas, 3 hari satu pukulan besar, 2 hari satu pukulan kecil. Saya juga ada pangkalan rahasia, yaitu parit perlindungan di belakang rumah saya, saya selalu sembunyi di sana, sembunyi semalaman, sembunyi sampai semua orang tertidur, saya baru keluar. Saat kecil sering dipukul, pasti berbuat salah! Atau mencuri uang ayah saya, uang ayah saya jatuh di lantai, ia tidak melihat, saya pun pungut, dipungut dari lantai, mana mencuri? Beda jauh! Saya lebih dulu sengaja menjatuhkan uang di dalam sakunya ke lantai, kemudian pungut dari lantai, saya pungut dari lantai, loh! (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa) Benar tidak? Inilah kisah saya dipukul waktu kecil.
Saya juga dipukul ibu! Saya pergi ke Sungai Baozhu di Kaohsiung untuk "menangkap kodok" dan menangkap ikan, jinjing sebuah ember, di dalam ada ikan, juga ada "kodok", jinjing pulang, ingin mengatakan malam ini boleh minum "sup kodok". Pulang ke rumah, ibu saya duduk di depan pintu, galak, ia hanya tersenyum, "Masuk, saya tidak akan pukul kamu". Waktu itu kami sangat jujur, alhasil, yang tidak jujur adalah ibu saya (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa), begitu saya masuk, wah! Disabet rotan....dipukul sangat ganas dengan rotan, parah sekali!
Saya adalah anak yang dipukul ibu, juga anak yang dipukul oleh ayah, itu saat masih kecil. Juga ada sebuah joke, ada seorang anak dipukul hebat oleh ibunya, pukul, pukul, pukul, ayahnya ingin menghiburnya, "Kamu dipukulnya, bagaimana perasaanmu?" Anak itu pun berkata pada ayahnya, "Mengapa dulu kamu mau menikahi istri segalak ini?" Ayahnya berkata, "Itu gara-gara kamu!" (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa)
Sudah sampai mana? Setelah dewasa, ayah saya menjadi kaum pengincar Buddha, ibu saya juga bersarana pada saya, ayah saya juga bersarana pada saya, adik saya juga bersarana pada saya, mereka bukan bersarana pada "saya", melainkan bersarana pada Buddhadharma yang saya sampaikan, (hadirin tepuk tangan) melainkan bersarana pada "Buddha Sejati". (Hadirin tepuk tangan) Terakhir, setelah mereka berhasil, punya kebijaksanaan, bisa melihat Buddhata sendiri, setelah diri sendiri bersih, terang muncul, seluruh Buddhata pun muncul dengan sendirinya di dalam terang, saat ini, Anda pun mengerti, bahwa Anda bersarana pada "Buddha Sejati", "Buddha Sejati" ini adalah hati Anda sendiri. Om Mani Padme Hum.