Bab 2. Bag 11.2
Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana
- Sngagsrim Chenmo -
Oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu
2 Agustus 1994
Bab 2. Varga pertama Bagian Ke Dua, Cerdas Dalam Memasuki Berbagai Pintu Tahapan Yang Berbeda Dari Buddha-sasana
Bagian 11.2 Yang Dikatakan Oleh Sastra Guru –guru Lain.
Hari ini kita melanjutkan pengulasan ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’ ( Sngagsrim Chenmo / Mi-zong Dao Ci-di Guang-lun /密宗道次第廣論 ) : Bab 2, varga pertama bagian ke dua, Cerdas Dalam Memasuki Berbagai Pintu Tahapan Yang Berbeda Dari Buddha-sasana ; Bagian 11.2. Yang Dikatakan Oleh Sastra Guru –guru Lain.
Apa yang dibahas dalam bagian ini ? Dapat dikatakan merupakan penjelasan tambahan dari bagian sebelumnya. Yaitu mengenai apa yang dikatakan oleh sastra dari guru-guru lainnya, di sini ada pendapat dari Santipa Upadesacarya, Beliau memiliki 450 sastra, di dalamnya dikatakan : “Hanya menekuni esensi kedewataan tidak akan dapat menjadi Buddha, karena merupakan jalan yang tidak paripurna. Namun hanya menekuni sunyata dan upaya yang lain, tanpa penekunan sarva dewata, maka harus melalui masa kalpa yang tak terhingga baru dapat mencapai Kebuddhaan, sebab jalan yang demikian bukanlah jalan yang cepat. Yang terbaik adalah penekunan lengkap, karena dapat menghasilkan adhistana yang paling unggul, sehingga dapat dengan cepat mencapai Anuttara-samyak-sambodhi.”
Secara singkat dikatakan bahwa hanya menekuni Deva-yoga tidak akan dapat mencapai Kebuddhaan. “Namun apabila tidak menekuni kedewataan, hanya menekuni sunya dan upaya yang lainnya, maka Kebuddhaan hanya bisa dicapai setelah masa berkalpa-kalpa yang tak terhingga.” Harus melalui kurun waktu yang sangat lama.
“Penekunan Deva-yoga dengan Sunyata merupakan jalan yang paling cepat.” Ini merupakan penegasan dari pembahasan yang telah kita ulas kemarin, yaitu apabila Anda menekuni Deva-yoga dengan Sunyata, maka Anda akan cepat mencapai Kebuddhaan. Namun apabila hanya menekuni Sunyata , maka Anda membuthkan waktu berkalpa-kalpa baru bisa mencapai Kebuddhaan. Sedangkan apabila Anda hanya menekuni Deva-yoga, maka sudah pasti tidak akan dapat mencapai Kebuddhaan.
Selanjutnya di sini juga dibahas mengapa perlu melatih ‘kaya’ ( tubuh ) ? Pada baris terakhir dari halaman 21 dikatakan : “Demi memurnikan tubuh yang tidak murni , maka perlu penekunan Buddha-kaya.” Dikarenakan tubuh Anda tidak suci, maka penekunan Buddha-kaya dibutuhkan demi memurnikan rupakaya kita.
Kita simak kembali halaman tiga yang paling belakang dari bagian ini, Upadesacarya Diao-fu-shou (調伏授論師) mengatakan : “Ini telah dibabarkan oleh Shi-qin, bahwasanya menekuni rupakaya dan Dharmakaya pasti dapat merealisasi Bodhi, Dharmakaya diperoleh dari samadhi Buddha, mengapa tidak sekalian menekuni rupakaya ? Padahal rupakaya diperoleh dari sumber daya dan berkah , namun tanpa rupakaya justru akan membutuhkan waktu yang sangat lama, ketahuilah bahwa perbedaan phala berasal dari perbedaan hetu, maka lebih baik tekunilah keitiga macam ‘kaya’ secara bersamaan.”
Dapat dikatakan demikian, bahwasanya penekunan ketiga macam ‘kaya’ : rupakaya, Deva-yoga atau Deva-rupa-kaya dan Dharmakaya dapat ditekuni secara bersamaan ; Yaitu pengolahan tubuh Anda sendiri dengan deva-kaya dan Dharmakaya Buddha, ketiganya ini dapat dilakukan secara bersamaan. Jangan langsung menekuni Sunyata atau hanya menekuni Buddha-kaya, sebab membutuhkan waktu yang sangat panjang. Di sini dikatakan dengan sangat jelas, keseluruhan bagian ini membahas hal tersebut.
Di sini dikatakan bahwa Buddha-kaya atau Dharmakaya diperoleh dari penekunan samadhi. Samadhi diperoleh dari dhyana. Sedangkan rupakaya diperoleh dari berkah dan sumber daya, di sini dibahas dengan sangat jelas.
Dalam bagian ini banyak sekali pembahasan mengenai Deva-yoga. Apakah itu Deva-yoga ? Yaitu beryukta dengan deva. Metode ini tidak terdapat dalam Sutryana. Satu-satunya perbedaan antara Tantrayana dengan Sutrayana ada pada : Sadhana Tantra Mencakupi Yoga Para Devata.
Mahaguru Tsongkapa menunjukkan bahwa ada sangat banyak Upadesacarya dan sadhaka yang menekuni Deva-yoga dan Sunyata secara bersamaan hingga pencapaian Kebuddhaan. Bagaimanakah cara menekuni Deva-yoga ? Hari ini akan dibabarkan kepada Anda bagaimana menekuni Deva-yoga. Sadhana Deva-yoga ini membutuhkan abhiseka, ini merupakan sebuah sadhana yang sangat rahasia.
Bagi yang tidak menerima abhiseka hari ini, kelak harus datang memohonnya secara langsung, namun kelak tidak akan dibabarkan lagi.
Saya jelaskan secara singkat, yang disebut dengan Deva-yoga adalah penekunan untuk mencapai realisasi Deva-kaya ; Apabila Anda mampu mencapai keberhasilan Deva-kaya, maka dijamin Anda dapat terlahir di surga. Selanjutnya , setelah Anda terlahir di surga, barulah menekuni Sunyata, atau bisa juga saat ini juga secara bersamaan menekuni Sunyata, menekuni Buddhata, maka dengan cepat akan mencapai Kebuddhaan.
Dulu Guru saya mengajarkan demikian : Pada waktu dini hari, saat matahari belum terbit, namun juga hampir terbit, menghadap ke arah Timur, ke arah matahari hampir terbit. Untuk lokasi lebih baik di teras Anda, atau di luar ruangan, ataupun jendela yang menghadap arah matahari terbit, di dalam rumah juga boleh , asal membuka jendela Anda.
Visualisasikan muncul awan lima warna di angkasa, kemudian awan tersebut turun tepat di hadapan wajah Anda, menutupi wajah Anda ; Kemudian hiruplah awan lima warna tersebut. Awan lima warna itu masuk ke dalam tubuh Anda.
Setelah visualisasi Anda ini usai, berikutnya visualisasikan di angkasa di atas kepala Anda juga muncul lapisan awan lima warna, di tengah awan terdapat sebuah istana yang berbentuk lancip, kemudian pintu istana terbuka dan terlihat di dalamnya duduk seorang Deva Rsi.
Bagi sadhaka pria tentu saja visualisasikan Deva Rsi pria ; Bagi sadhaka wanita tentu saja visualisasikan wujud dewi. Untuk dewata pria, ia mengenakan mahkota dan rangkaian bunga, serta jubah surgawi yang berlapis, Anda harus memvisualisasikannya nampak sangat agung.
Alis dan lain sebagainya mirip dengan tiga puluh dua tanda keagungan Buddha. Alis melengkung bagaikan bulan sabit ; Matanya bagaikan bintang ; Di dalamnya di tepi bintang tersebut bagaikan samudra yang berwarna biru langit. Seperti mata Amitabha Buddha, di bagian tengah bagaikan bintang, di sekelilingnya adalah samudra biru, hidungnya berisi, nampak sangat agung ! Hidung yang berisi dan menonjol bagaikan Gunung Sumeru.
Bibir seorang dewi tentu saja harus lebih kecil, sedangkan untuk dewa lebih besar. Seperti ungkapan ‘Bibir pria berukuran besar melambangkan kemampuan meraih berkah di empat penjuru.’ Sedangkan bibir wanita kecil bagai buah ceri.
Bagaimana dengan telinga ? Anda tahu telinga Buddha adalah telinga yang menjuntai panjang. Ubun-ubunnya juga sama dengan Buddha, ia juga mempunyai usnisa-sirsa dan jalinan rambut yang melingkar.
Jadi, memiliki telinga Buddha, alis bagai bulan sabit, seperti alis Buddha, hidungnya berisi, mata berwarna biru laut dan bibirnya indah, parasnya sangat sempurna. Kemudian ditambahkan dengan perhiasan untuk tubuh, namun kita tidak dapat menyatakan bahwa orang jaman sekarang mengenakan jam rolex maka Buddha juga berhiaskan jam rolex.
Singkat kata, Anda memvisualisasikannya mengenakan permata, gelang, untaian perhiasan, serta jubah surgawi berlapis, semua untuk memperagung rupa-Nya. Demikian juga dengan dewi, Ia mengenakan mahkota bunga dan untaian bunga, wajahnya sangat cantik, bagaikan dewi khayangan. Dengan demikian semua atribut telah lengkap, nampak sangat agung.
Setelah Anda dapat memvisualisasikannya dengan sangat jelas, yaitu : Di tengah awan lima warna terdapat sebuah istana ratna, di dalamnya duduk seorang dewi, kemudian Anda menghembuskan prana lima kali ; Hirup satu kali, hembuskan satu kali, sinar putih terbang menuju ke arah dewata tersebut yang berada di angkasa, prana yang dihembuskan dari mulut Anda memancarkan sinar lima warna, mengabhiseka dewata tersebut, ini berarti Anda memancarkan cahaya mengabhisekanya. Awan lima warna yang dihirup dari langit dikembalikan kepada langit, prana lima warna dikembalikan kepada langit. Yaitu prana yang berwarna merah, putih, kuning, hijau dan biru, semua dikembalikan kepada-Nya. Visualisasikan setelah menerima prana lima warna dari Anda, Ia menjadi semakin terang dan kokoh.
Setiap pagi lakukan visualisasi ini dengan sangat jelas, Anda memasuki samadhi, saat Anda telah memvisualisasikan dewata maupun dewi tersebut dengan sangat jelas, barulah Anda memvisualisasikan dewata yang kedua, kemudian selanjutnya adalah yang ketiga, dilanjutkan keempat dan kelima, bahkan hingga seratus delapan, seribu delapan puluh, semua divisualisasikan satu persatu berbaris, berlapis-lapis. Kelak itu semua menjadi manifestasi Anda.
Kelak saat Anda hendak melakukan apapun, misalnya hendak menolong insan, Anda cukup memvisualisasikan dewi tersebut muncul, kemudian berdoa kepada-Nya untuk melakukan hal yang hendak Anda lakukan, maka Ia akan keluar untuk melakukannya, Ia adalah penjelmaan Anda.
Metode inilah yang dulu pernah diajarkan oleh Guru saya, ini adalah Deva-yoga. Lafalkan Mantra Pancaksara, Pancavidya yaitu : “Om. Hom. Ban. Huo. Xie”, ingat Anda harus menjapa Pancavidya ini dengan sangat jelas, gunakan seratus delapan mantra ini untuk mengadhistana Deva-yoga Anda.
Mengapa perlu menekuni sadhana ini ? Ini adalah Sadhana Deva-rupa-kaya. Hal yang penting ada pada pemilihan waktunya, yaitu saat matahari belum terbit namun sudah nampak sedikit putih, visualisasikan awan lima warna hadir memenuhi hadapan Anda, kemudian hiruplah awan lima warna sampai ke dalam hati, berikutnya visualisasikan di angkasa terdapat awan lima warna yang di tengahnya terdapat sebuah istana nan megah, manifestasi kedewataan Anda sendiri berada di dalam istana, wujudnya sangat agung, mengenakan mahkota, untaian bunga, perhiasan, jubah surgawi berlapis, dilanjutkan dengan menghembuskan prana lima kali, lima hembusan prana itu adalah awan lima warna yang sebelumnya telah Anda hirup, memancarkan cahaya mengabhiseka ; Kemudian dewata tersebut nampak semakin jelas dan kokoh, setelah semua telah sangat jelas di hadapan Anda, saat itulah ia telah menjelma menjadi mayakaya ( tubuh penjelmaan ) Anda, dengan kata lain merupakan Deva-rupa-kaya Anda.
Setelah visualisasi dewata telah sangat jelas dan kokoh, maka lakukanlah visualisasi untuk menciptakan dewata yang kedua, kemudian ketiga, keempat , kelima, satu persatu, hingga seratus delapan, seribu delapan puluh, sampai tak terhingga banyaknya, inilah metode bhavana Deva-yoga.
Apakah Anda telah menguasai mantranya ? Mantra Pancaksaravidya : “Om. Hom. Ban. Huo. Xie.” Mengadhistana Deva-rupa-kaya. Demikian bisa tidak ? Saya telah membabarkanya dengan sangat jelas. Ada mantra, ada visualisasi, ada mudra. Dulu saat Guru mentransmisikan kepada saya, Beliau tidak membabarkan mudranya ; Namun apabila Anda menyatakan Anda ingin melatih diri sendiri, tidak ingin menekuni Deva-kaya, Anda boleh langsung menekuni Buddha-kaya. Seperti halnya yidam Anda, Anda menyatakan Anda ingin menekuni yidam Anda di surga, maka tekunilah yidam Anda, bentuklah mudra yidam Anda, inilah mudra.
Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.
2 Agustus 1994