Bab 1. Bag 10.2 dan Bag 11.1

Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana 
- Sngagsrim Chenmo -
Oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu 
1 Agustus 1994
 
Bab 1. Bagian 10.2 Yang Dikatakan Oleh Bhasya ; Bagian 11.1 Yang Dikatakan Oleh Jnanavibhuti-sastra
 
Hari ini kita mengulas : Bagian 10.2 Yang Dikatakan Oleh Bhasya dan bagian 11.1 Yang Dikatakan Oleh Jnanavibhuti-sastra.
 
Jnanavibhuti-sastra ini dibahas oleh Maha-acarya Jnanavibhuti dalam Sastra Upaya Kausalya. Halaman delapan belas, sembilan belas dan dua puluh ini sepenuhnya membahas mengenai anatman dan upaya kausalya, Dharmakaya dan rupakaya. 
 
Menurut Mahaguru Tsongkapa, anatman dan upaya kausalya harus ditekuni secara bersamaan, demikian pula dengan Dharmakaya dan rupakaya.  
  
Dalam risalah ini sering dinyatakan bahwa apabila Anda hendak menuntun semua makhluk dan memberikan manfaat secara luas, maka upaya kausalya sangat dibutuhkan. 
  
Apabila Anda ingin memberi manfaat kepada semua makhluk, maka Anda harus menekuni bhavana rupakaya. Inilah yang terutama hendak disampaikan oleh Mahaguru Tsongkapa. 
  
Dalam risalah ditulis demikian : “
  
Hanya menekuni anatman namun mencampakkan upaya kausalya, sudah pasti tidak akan dapat terbebas dari noda diskriminasi dan tidak dapat membangkitkan Sarva-jnana yang bermanfaat bagi semua makhluk, oleh karena itu hendaknya upaya kausalya harus diupayakan dengan sekuat tenaga.  Yang mampu memberikan manfaat kepada semua makhluk adalah Sarva-jnana Buddha, semua manfaat tersebut muncul secara luas dari Kebenaran Utama.” 
 
Arti dari kalimat ini adalah mengharapkan sadhaka menekuni upaya kausalya, maksud dari kalimat : “Oleh karena itu hendaknya upaya kausalya harus diupayakan dengan sekuat tenaga.” Adalah harus melaksanakan upaya kausalya dengan tekun. Meskipun hanya dengan menekuni anatman dapat menyingkirkan segala noda dan mencapai Kebuddhaan, namun waktu yang diperlukan sangat-sangat lama, yaitu : Tiga Maha-asamkyeya kalpa. Artinya perlu untuk melalui masa yang sangat-sangat lama barulah mencapai Kebuddhaan. Yang hendak disampaikan oleh Mahaguru Tsongkapa adalah supaya sadhaka menekuni anatman dan upaya kausalya, Dharmakaya dan rupakaya secara bersamaan.
  
Dulu saya pernah membahas satu hal, bahwasanya di dunia ini , di antara semua makhluk di enam alam, yang paling baik untuk bhavana adalah alam manusia. Dalam sutra juga sering dikatakan demikian : “Alam manusia adalah yang terbaik untuk bhavana.” Anda semua telah mengetahui bahwa tiga alam rendah, neraka, preta dan hewan, memiliki avidya yang sangat berat, mereka tidak tahu bagaimana harus menekuni bhavana.
  
Seperti hewan, apakah mereka dapat menekuni bhavana ? Sangat sukar ! Seharian penuh Anda melafalkan Nama Buddha untuk mereka, mereka tetap saja kabur. Saat ini banyak siswa yang baik hati, mereka menuliskan surat permohonan bersarana bagi anjing, kucing dan aneka hewan peliharaan di rumah. Dari sekian banyak jumlah siswa Zhenfo Zong, mungkin juga termasuk mereka, banyak sekali anjing, kucing, hewan-hewan peliharaan, karena semua mengetahui bahwa mereka bisa dimohonkan sarana, semua menulis surat kemari memohon Abhiseka Bersarana. 
  
 Adakalanya begitu kucingnya bersin dia langsung menulis surat kemari, “Cepat Mahaguru mengadhistana, siswa kucing sedang sakit, siswa anjing jatuh sakit !” Siswa tersebut sangat baik hati, tapi sesungguhnya kita tahu bahwa alam hewan sangat sukar untuk menekuni bhavana. 
  
Ambil contoh ikan-ikan di dalam laut, Anda memintanya untuk menekuni bhavana, Anda berdiri di tepi pantai atau berenang di dalam laut, memberi abhiseka jarak jauh dan melafalkan Tri-sarana untuk ikan hiu, mantra sarana yang pertama belum selesai dilafal, Anda sudah menjadi mangsa mereka.
 
Sebenarnya mereka tidak paham Anda melafalkan Nama Buddha dan menjapa mantra . Ikan hiu sangat mengerikan, saya lihat dalam film, mereka paling suka makan tuna, benar tidak ? Dulu kita menyebutnya ikan china ( Dialek Taiwan untuk ikan tuna ).
   
Begitu ikan hiu membuka mulutnya, ikan sebesar apapun akan terbelah menjadi dua, darahnya bercucuran, sangat mengerikan ! Inilah yang dikatakan sebagai ikan besar makan ikan kecil, ikan kecil makan udang kecil, udang kecil makan lumpur, demikianlah fenomena di dalam laut.
  
Bagaimana Anda memintanya untuk menekuni bhavana ? Anda juga tahu jumlah ikan di lautan , ada banyak sekali jenisnya. Apakah mereka tahu bagaimana menekuni bhavana ? Sangat sukar ! Oleh karena itu, alam hewan terlampau menderita, sangat sukar untuk bhavana ! Demikian pula dengan neraka dan preta, semua terlampau menderita dan sangat sukar untuk menekuni bhavana, sebab avidya mereka lebih berat. 
  
Alam manusia yang paling baik, sebab di alam manusia terdiri atas separuh penderitaan dan separuh kebahagiaan, saat menderita mendambakan kebahagiaan, timbul niat untuk menekuni bhavana supaya memperoleh buah karma baik ; Manusia mulai membangkitkan tekad untuk bhavana. 
 
Di alam dewa juga dikatakan sangat sukar untuk menekuni bhavana, dulu saya sering mengatakan : Mengapa di alam dewa sangat sukar untuk menekuni bhavana ? Para dewa sendiri memiliki kebijaksanaan lebih dibandingkan manusia, mereka juga memiliki berkah, namun mengapa alam dewa sangat sukar menekuni bhavana ? Ada bhiksu mengatakan : “Sebab kesenangan di surga terlampau pekat, mereka tidak sanggup untuk lepas darinya.” Dengan kata lain mereka tidak sanggup merelakan kesenangan di surga, sebab kesenangan di sana terlampau pekat.
  
Dikarenakan tidak mampu merelakan, maka mereka tidak punya niat untuk terus menekuni bhavana. Sering saya katakan bahwa pemikiran saya berbeda dengan bhiksu sutrayana tersebut.
   
Memang tidak salah bahwa para dewa punya berkah dan kesenangan yang sangat pekat. Namun bukankah mereka punya kebijaksanaan yang cukup ?!  Seharusnya mereka tahu bagaimana melindungi supaya kesenangan di surga dan berkahnya terus berkesinambungan, seharusnya mereka menekuni bhavana dengan sungguh-sungguh. 
  
Pemikiran saya berbeda dengan bhiksu tersebut. Kita sering mengatakan harus menghargai berkah, jangan menghamburkannya. Sedangkan para dewata di surga , demi melindungi berkah mereka, seharusnya mereka juga tahu bagaimana menghargai berkahnya. Apabila mereka tahu bagaimana menghargai berkah, maka mereka juga harus menekuni bhavana, dengan demikian berkah mereka tidak akan habis digunakan, maka seharusnya di surga juga baik untuk bhavana. 
  
Oleh karena itu menurut saya,  jangan dikira hanya alam manusia yang baik untuk bhavana, dan paling sesuai ; Pemikiran saya adalah di alam dewa juga sangat baik untuk bhavana ! Pemikiran saya ini sama dengan pemikiran Mahaguru Tsongkapa.
  
Mahaguru Tsongkapa sungguh istimewa ! Beliau menyatakan bahwa di antara alam manusia dengan Kebuddhaan, di tengahnya disekat oleh alam dewa. Apabila Anda mampu menekuni Deva-rupa-kaya, dipadukan dengan kesunyataan, maka itu akan menjadi Metode Cepat. Dengan kata lain sangat cepat mencapai Kebuddhaan, sebab apabila Anda menggunakan alam manusia untuk menekuni Kesunyataan, maka akan sangat-sangat sukar. Lebih baik menggunakan penekunan Deva-rupa-kaya dipadukan dengan penekunan kesunyataan, dengan demikian lebih cepat mencapai Kebuddhaan.
 
Di barisan paling akhir dalam halaman sembilan belas dalam risalah, Mahaguru Tsongkapa menuliskan, Sastra Bhavana : “Oleh karena itu ketahuilah bahwa penekunan anatman dan vaipulya-svabhava juga harus ditekuni secara tidak terpisah.” Maksud dari vaipulya di sini adalah Deva-yoga.
 
Apa itu Deva-yoga ? Deva-yoga adalah penekunan Deva-rupa-kaya. Yoga adalah yukta, beryukta dengan Sarva-deva. Sadhana dalam Tantrayana secara luas mencakupi Sarva-deva, namun dalam sutrayana pada umumnya tidak mengutamakan puja pada dewata dan penekunan jalan dewata. Mereka menyatakan : “Cukup menekuni Buddha saja, tidak perlu puja pada dewata, tidak perlu jalan dewata.” Namun Tantrayana berbeda ! Dalam bhavana Tantrayana mencakup Sarva-deva, oleh karena itu di dalam Tantrayana ada banyak sekali golongan dewata dan mantra-mantranya.
  
Sebenarnya mantra-mantra golongan dewata sepenuhnya adalah penekunan upaya kausalya. Sebuah upaya kausalya untuk memberikan manfaat universal kepada para dewa dan manusia, menurut saya pada bagian ini membuktikan bahwa dalam bhavana Tantrayana  mencakupi Sarva-deva, menekuni Deva-rupa-kaya langsung mencapai surga, kemudian dari jalan kedewataan ini dipadukan dengan penekunan Kesunyataan, tercapailah Kebuddhaan. Ini juga merupakan sebuah metode yang sangat cepat, tidak perlu untuk secara langsung menekuni Kesunyataan ; Menekuni Deva-rupa-kaya dan Kesunyataan secara bersamaan, inilah letak perbedaan antara Sutrayana dan Tantrayana. Oleh karena itu serangan dari luar yang ditujukan untuk Tantrayana juga berhubungan dengan hal ini, sebab dalam Tantrayana terdapat metode Sarva-deva yang berbeda dengan Sutrayana.
 
Dalam risalah dikatakan : “Dari Svabhava sendiri membuahkan hasil vaipulya-atmakatva, yaitu ditekuni dari Prakrti sendiri.” Di sini ada tiga istilah, apa itu Svabhava sendiri ? Apa itu Vaipulya-atmakatva ? Apa itu Prakrti Sendiri ? 
 
Svabhava sendiri adalah Buddhata ; Vaipulya-atmakatva adalah Sifat Kedewataan ; Prakrti sendiri adalah rupakaya. Ini merupakan bhavana melalui tiga tahapan.
 
Maksud dari Mahaguru Tsongkapa ialah diharapkan kita para sadhaka dapat menekuni bhavana melalui tiga tahapan ini, inilah Metode Cepat, sebuah metode yang sangat cepat untuk mencapai keberhasilan. Mahaguru sendiri senantiasa sangat menghormati Para Dewata. Bahkan Hyang Buddha sendiri mengajarkan kita mengenai Sad-anusmrtayah. Apa yang perlu direnungkan ? Satu diantaranya adalah Perenungan akan Dewa, yaitu kita perlu mengenang para dewa. Buddha tidak meminta kita untuk menyingkirkan para dewa ; Dalam Sad-anusmrtayah, Beliau mengajarkan kita untuk mengenang para dewa.
 
Saya sendiri sangat menghormati para dewata. Menurut saya jalan kedewataan juga dapat ditekuni, asalkan jalan kedewataan selaras dengan Kesunyataan, maka kita akan mencapai Kebuddhaan. Dalam memberi manfaat pada semua makhluk, alam dewa bahkan mempunyai keistimewaan unggul. 
 
Apa maksud ‘Deva’ ini ? Bukan ‘Ya Tuhanku !’ ( tertawa ) dalam Bahasa Inggris sering dikatakan “My God !” Bukan ini. Deva di sini memiliki beberapa versi makna : Yaitu ‘Terang’, deva adalah terang, dibandingkan dengan manusia , mereka memiliki terang yang lebih unggul. Deva juga leluasa, sebab mereka mempunyai abhijna. Deva juga punya kemurnian.
 
Kita tahu bahwa di dunia fana ini penuh kekotoran ; Sedangkan dewata mempunyai kemurnian, mereka sendiri alamiah. Kehidupan devata sendiri sangat dekat dengan alam, sangat alamiah dan sederhana. Deva juga istimewa. Kita mengetahui bahwasanya kehidupan di surga sangat istimewa, lebih unggul daripada alam manusia. Deva juga bermakna berkah. Berkah mereka sangat baik ! Oleh karena itu ia diliputi dengan kesenangan, sebuah alam yang penuh kenyamanan.
  
Untuk apa meremehkan para dewa ? Mengapa harus menyingkirkan para dewa ? Menurut sepengetahuan saya, sesungguhnya banyak Sravaka dan Arahat yang berada di surga, mereka berada di Tri-visuddha-deva.
  
Dulu saya telah mengatakan bahwa Mahavairocana Tathagata tidak tergoyahkan, tubuh – ucapan dan pikiran sepenuhnya murni, berada dalam kondisi Nirvana. Buddha sendiri adalah sunyata. Namun yang muncul secara eksternal, disebut sebagai empat pengiring Mahavairocana Buddha, saya pernah mengatakan :  Vajragita ( Vajra Nyanyian ), Vajranrta ( Vajra Tarian ), Vajralasya ( Vajra Permainan ) dan Vajramala ( Vajra Atribut Keindahan ), secara sederhana nyanyian dan tarian dapat merepresentasikan fenomena sukacita Tathagata.
  
Pengungkapan melalui suara adalah gita ( nyanyian ) ; Pengungkapan melalui postur tubuh adalah nrta ( tarian ) . Pengungkapan melalui wujud adalah lasya ( permainan ) . Pengungkapan melalui keagungan adalah mala ( atribut keindahan ).
 
Menurut Anda apakah kesenangan tertinggi di dunia manusia ? Dulu saya pernah nonton film, para kaisar mengenakan jubah yang sangat berharga, rompi naga, mirip pakaian opera. ( tertawa ) Mengenakan mahkota yang terbuat dari mutiara, akik, emas dan perak. Tandu, ranjang dan istananya, sangat megah ! Semua dibuat dari tujuh jenis batuan berharga.
  
Apa kesenangan tertingginya ? Di film nampak saat dia duduk di depannya disajikan banyak sekali tonik yang lezat,  Acarya Lian-han paling suka tonik. Kasiar Tiongkok selalu dijamu dengan makanan paling berharga.
  
Kemudian, apa yang dia nikmati ? Tentu saja adalah nyanyian ( gita ), tarian ( nrta ) , pakaian yang indah ( mala ) dan pertunjukan sandiwara atau permainan ( lasya ). Inilah kenikmatan tertinggi bagi manusia, masih adakah hal lain yang istimewa ? Saya bertanya pada Anda sekalian, selain musik dan tarian, keindahan dan sandiwara atau permainan, masih adakah sesuatu yang spesial ?
  
Sesungguhnya  banyak hal tercakup dalam permainan. Misalnya Anda hari ini sangat gembira karena baru saja membeli limosin yang sangat indah. Akhir-akhir ini Fo-qi menangis, menitikkan air mata, sebab di showroom mobil dia melihat sebuah mobil yang sangat disukainya, hingga dia menitikkan air mata, terharu, menyukainya hingga menteskan air mata. Mengapa dia meneteskan air mata ? Sebab belum dibeli untuknya. Ternyata demi sebuah mobil bisa menangis, apa ini ? Inilah mala ( atribut keindahan )
 
Demikian pula dengan pakaian, saat Anda mengenakan pakaian yang indah, itulah ‘mala’, saat Anda berdandan dengan sangat rupawan, itulah ‘mala’, saat Anda menata rambut dengan sangat indah dan mengenakan giwang yang besar, itulah ‘mala’. Anda mengenakan jam tangan yang sangat mahal, permata, kalung dan berdandan dengan sangat rupawan, semua tergolong ‘mala’, ini memberikan sukacita bagi diri sendiri dan orang lain.
  
Main mahjong juga tergolong sebagai lasya , demikian pula dengan permainan poker, video game dan tamasya, semua tergolong dalam ruang lingkup lasya. Bahkan saat Anda berkencan dengan pacar, ini juga tergolong lasya. 
 
Semua kesenangan di dunia manusia dan surga tercakup dalam gita, nrta, lasya dan mala, berbagai kesenangan tertinggi tidak lepas dari empat hal ini.
  
Mereka juga mempunyai abhijna, apakah itu abhijna ( kekuatan spiritual ) ? Abhijna juga tergolong dalam lasya. Cahaya terang yang Anda hasilkan tergolong dalam ‘mala’, demikian pula dengan jubah surgawi Anda. Demikian pula dengan bunga yang disematkan dalam mahkota. Di alam Amitabha Buddha terdapat  Burung Jivamjivaka, Burung Kalavinka dan nuri, mereka melantunkan suara merdu, ini semua tergolong dalam Vajragita.
  
Semua istana di Sukhavatiloka yang terbuat dari  emas, perak dan sapta-ratna, tergolong sebagai ‘mala’ ( atribut keindahan ). Astangopetapaniya ( Kolam Delapan Kualitas di Sukhavatiloka ) dan deretan pohonnya, semua tergolong ‘mala’. Kemudian di sana Anda akan merenungkan Buddha, Dharma dan Sangha, dapat dikatakan itu adalah permainan atau lasya, alam yang tertinggi sekalipun juga demikian. 
  
Sunyata dalam Kebuddhaan adalah tak tergoyahkan,  sedangkan kenikmatan surgawi tersebut menampilkan atribut eksternal dari Tathagata, semua sepenuhnya bersifat surgawi.
 
Dalam pandangan saya, melalui Buddha-caksu nan murni memandang dunia svaha, tiga alam rendah, alam dewa dan Empat Alam Suci, semua makhluk adalah murni adanya. Tiada yang kotor. Namun berbagai fenomena yang timbul semata-mata hanya merupakan perubahan dari berbagai sensasi : bahagia, marah, sedih dan kesenangan.
 
Apakah Jalan Kedewataan mudah ditekuni ? Sebenarnya Deva-rupa-kaya perlu untuk ditekuni. Dalam Jnanavibhuti-sastr banyak sekali membahas hal ini. Dalam halaman sembilan belas baris pertama dikatakan : “Apabila tidak menekuni penembusan Prajna Kesunyataan, namun hanya menekuni upaya luas, maka tentu saja tidak akan dapat merealisasi rupakaya Buddha.” Apabila Anda tidak menekuni realisasi sunyata, hanya menekuni alam dewa, tetap saja tidak akan dapat mencapai Kebuddhaan.
 
“Maka, ketahuilah bahwa Kebuddhaan adalah berakhirnya segala noda, merupakan hasil dari penekunan sunyata.” Seorang yang telah mencapai Kebuddhaan telah mengakhiri semua noda, ini dinamakan penekunan sunyata. “Sedangkan yang mampu memberikan manfaat pada semua makhluk adalah hasil dari penekunan upaya kausalya secara luas.” Apabila Anda ingin menolong semua makhluk, maka diperlukan kedewataan untuk menolong semua makhluk. 
 
Dalam Tantrayana sangat jelas bahwa saat saat kita menekuni bhavana, kita memerlukan dukungan dari Para Dewa dan naga pelindung Dharma, mengandalkan perlindungan golongan dewata. Dalam Tantrayana ada Vajra, Dharmapala, Daka Dakini dan Sarva-deva, ini semua teristimewa untuk memberi manfaat pada semua makhluk. Oleh karena itu dalam penekunan Tantrayana terdapat Dewa dan naga delapan bagian, Dewa Vajra, Dakini, Sarva-deva dan Dharmapala, oleh karena itulah kita menghormati mereka semua.
 
Sesungguhnya yang memberikan bantuan pada umat luas adalah Vajra Dharmapala, Para Dewata, Daka dan Dakini, ini sangat jelas.
  
Dalam Tantrayana dikatakan : “Ditekuni dari Prakrti sendiri” Apakah itu Prakrti sendiri ? Kita perlu menekuni rupakaya, yaitu penekunan untuk beryukta dengan Sarva-deva, bahkan juga dapat merealisasikan yukta dengan kemurnian Tathagata.
 
Penekunan menggunakan tubuh kita ini adalah “Prakrti”, sangat jelas diungkapkan. Kebanyakan orang tidak menghargai tubuh jasmani, mereka hanya menitikberatkan pada rohani, “Kita menekuni Buddhisme adalah penekunan batin, selain batin, seperti jasmani ini, sama sekali tidak penting bagi kami.” Sesungguhnya, tubuh jasmani Anda adalah sebuah fondasi, apabila tubuh jasmani Anda saja tidak dirawat dengan baik, maka sudah tentu mempengaruhi rohani Anda.
  
 Tantrayana menggabungkan penekunan jasmani dan batin. Batin sendiri sesungguhnya mencakupi rupakaya. Tanpa rupakaya mana mungkin ada batin ? Di manakah batin Anda ? Pada dasarnya dia tiada, tidak di dalam dan tidak di luar, juga tidak di tengah, saat rupakaya Anda eksis, maka barulah batin Anda juga eksis.
  
Batin luas tak bertepi. Namun apakah Anda pernah terpikirkan bahwa tubuh Anda juga sangat luas tak bertepi. Saat Anda mencapai keberhasilan dalam penekunan tubuh, maka batin Anda juga akan mencapai keberhasilan. Oleh karena itu inilah yang disebut dengan “Ditekuni dari Prakrti sendiri”, dengan kata lain bhavana tidak dapat mencampakkan tubuh.
 
Tanpa tubuh ini, aktivitas apa yang hendak diperbaiki ? Oleh karena itu banyak orang mengatakan : “Saya mengutamakan batin, bukan mengutamakan tubuh.” Tubuhnya menjadi sangat kacau, batinnya juga ikutan kacau, sebab batin dan tubuh telah menyatu. Saat tubuh Anda dalam kondisi tidak baik, bagaimana cara untuk memperbaiki aktivitas ?  
 
Anda tidak dapat menyatakan bahwa Anda telah melatih batin dengan sangat baik, sementara tubuh Anda sangat celaka. Bhavana Tantra sepenuhnya merupakan pemanunggalan bhavana tubuh dan batin. 
 
Dalam halaman dua puluh , baris kedua : “Dalam Kebuddhaan, atribut keagungan ada pada tubuh dan batin tiada yang diperoleh, dua hal ini tiada berbeda dan berada pada saat yang sama.” Batin tiada yang diperoleh adalah Buddha, Buddhata. Batin Sejati Tathata yang tak tergoyahkan disebut batin tiada yang diperoleh.
  
Dua jenis tubuh ini adalah : Tubuh Dengan Atribut Keagungan dan Batin Tiada Yang Diperoleh ; Keduanya tiada berbeda, ada bersamaan pada saat yang sama. Artinya adalah Dharmakaya dan rupakaya Anda ada pada saat yang bersamaan. Di sini juga dikatakan : “Para Guru juga harus dipandang merupakan upaya kausalya atribut tubuh Tathagata, manunggal dengan Prajna tiada berinti, Prajna dan upaya tidak dapat dipisahkan.”
   
Dapat dikatakan bahwa maksud utama bagian ini adalah bahwasanya Dharmakaya dan rupakaya harus ditekuni bersamaan. Rupakaya dapat memberikan manfaat kepada semua makhluk, sedangkan Dharmakaya adalah Prajna Tathagata, ditekuni bersamaan dengan tubuh Anda, keduanya ditekuni secara manunggal.
  
Dari atribut keagungan, Anda dapat menyaksikan tiga puluh dua tanda utama keagungan Tathagata dan delapan puluh tanda-tanda kecil lainnya, demikianlah atribut tubuh Tathagata, kemudian digabungkan dengan Prajna. Kita mengetahui bahwa tanda-tanda keagungan tersebut tergolong sebagai wujud upaya kausalya dari Tathagata. 
   
Prajna Kesunyataan di alam semesta ini atau Prajna Sunya adalah Prajna Sejati Tathagata. Oleh karena itu Prajna dan upaya tidak terpisahkan.
 
Oleh karena itu rupakaya kita sangat penting ! Penekunan bhavana rupakaya juga sangat penting ! Dapat dikatakan keseluruhan tiga halaman ini membahas persoalan yang ada pada Jnanavibhuti-sastra.
   
Upaya kausalya dan Prajna, Dharmakaya dan rupakaya, anatman dan upaya, semua harus ditekuni secara selaras ; Demikianlah keutamaan yang hendak disampaikan oleh Mahaguru Tsongkapa. Selain itu Mahaguru Tsongkapa juga membahas perihal Deva-rupa-kaya, kelak saya akan membabarkan banyak hal mengenai Deva-rupa-kaya. Mengupas lebih banyak lagi mengenai Tubuh Dewata, supaya Anda semua dapat memahaminya dengan jelas.
 
Om Mani Padme Hum.
 
 
1 Agustus 1994
慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。