【 Mantra Hati Mula Yamantaka Vajra 】: “Om. Ya-ma-da-ga. Hom Pei.”
【 Mantra Yamantaka Vajra 】:”Om. Chu-li. Ka-la-lu-ba. Hom. Kan. Suo-ha.”
【 Mantra Yamantaka Vajra 】:” Om. Ya-ma-da-ga. Hom Pei. Om. Chu-li. Ka-la-lu-ba. Hom. Kan. Suo-ha.”
【 Mengenal Pratima Yamantaka Vajra 】
Yamantaka, Maha-bhairava-vajra ( Da-wei-de Jin-gang ) – Ekavira Vajrabhairava ( Du-xiong Da-wei-de ) berwajah satu , berlengan dua dan berkaki dua ( kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk ) , tangan kanan membawa belati kartika, tangan kiri membawa kapala, sekujur tubuh berwarna biru kehitaman, rambutnya lurus ke atas bagaikan kobaran api, berwujud krodha, kedua kakinya yang satu di depan bagaikan busur dan yang satu di belakang bagaikan anak panah, berdiri di atas padma.
Yamantaka Vajra ada yang bermuka enam, berlengan enam, berkaki enam mengendarai kerbau biru ; Selain itu ada yang bermuka sembilan, berlengan tiga puluh empat dan berkaki enam belas ; Ada juga yang wujudnya bermuka tiga puluh dua, berlengan tiga puluh enam, di sebut 13 Yamantaka.
【 Kutipan Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu 】
Yamantaka Vajra adalah sasanacakra dari Amitabha Buddha, disebut juga Jigje Dorje, Panca-dhyani Buddha bermanifestasi menjadi Panca Maha-vajra, manifestasi Manjusri Bodhisattva, disebut juga Vajra-bhairava, Maha-teja Vajra, nama sansekertanya adalah Yamantaka yang berarti penakluk semua mara, sebutannya adalah : ‘Mengalahkan Kematian’. Beliau disebut juga sebagai Maha Suci Raja Krodha Yang Mengalahkan Kematian, Penakluk Raja Yama dan lain sebagainya. Di dalam Garbhadhatu Mandala, Adinata ini bersemayam di sisi kiri dari Prajna Bodhisattva di dalam Vidyadharasala.
Yamantaka Vajra merupakan Dharmapala dari Tsongkhapa Guru Leluhur Gelugpa, juga merupakan Mula Dharmapala dari Mahaguru Zhenfo Zong Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu.
【 Silsilah Mulia Sadhana Yamantaka dari Dharmaraja Lian-sheng 】
Tubten Nima – Tubten Dali – Tubten Dhargye – Tubten Qimo ( Dharmaraja Lian-sheng, Sheng-yen Lu )
Kitab Sadhana Yamantaka milik Dharmaraja Lian-sheng berasal dari Guru Leluhur : Tubten Nima.
( Untuk ceramah Dharmaraja Lian-sheng dalam transmisi Sadhana Avenika Yamantaka Vajra , silahkan membaca karya tulis Dharmaraja Lian-sheng buku ke 114 )
Dharmadesana Dharmaraja Liansheng : Dalam buku Cahaya Yamantaka tercatat kekuatan agung dari Yamantaka Vajra. Dharmabala Yamantaka merupakan gabungan dari kekuatan Tiga Pelindung Agung dan banyak vajra. Saat ini Gelugpa memegang politik dan kekuasaan di Tibet, dan Yamantaka merupakan Dharmapala utama dalam Gelugpa, kekuatan-Nya sangat istimewa, Yamantaka sangat dijunjung tinggi dalam Tantra Tibet dan Tantra Timur.
Menurut sejarah Tibet, asal-usulnya adalah saat Yamaraja muncul dalam wujud manusia berkepala kerbau dan mencelakai banyak insan, Manjusri Bodhisattva memasuki Samadhi Yama Dharmaraja dan bermanifestasi dalam wujud Maha-teja yang juga manusia berkepala kerbau, kemudian Beliau menaklukkan Yamaraja, oleh karena itu disebut sebagai Penakluk Raja Kematian.
Maka, Mantra Hati dari Yamantaka Vajra adalah : “Om. Chu-li. Ka-la-lu-ba. Hom Kan. Suo-ha.” Bisa juga menjapa : “Om. Chu-li. Ka-la-lu-ba. Hom Kan. Suo-ha. Om. Ya-man-de-jia. Hom Pei.”
Boleh juga ditambahkan : “Om. A-la-ba-zha-na-di.” “Om. Chu-li. Ka-la-lu-ba. Hom Kan. Suo-ha. Om. Ya-man-de-jia. Hom Pei.” Dalam penjapaan ini mantra-mantra tersebut dirangkai, bermakna bahwa Manjusri Bodhisattva bermanifestasi menjadi Yamantaka Vajra untuk menaklukkan Raja Yama Mara Kematian.
Yamantaka Mahateja nampak sangat agung, sangat mulia, Beliau mempunyai 6 wajah, 6 lengan dan 6 kaki ; Selain itu ada juga yang berwajah 9, berlengan 34, berkaki 16 ; Ada juga yang bermuka 32, berlengan 36, disebut sebagai 13 Yamantaka Vajra, mempunyai banyak muka, banyak lengan, membentuk Tarjani Mudra, mempunyai banyak kaki.
Wujud-Nya sangat banyak, ada Ekavira Yamantaka, satu tangan memegang kapala, satu tangan memegang belati kartika, kaki depan membusur kaki belakang membentuk panah, kaki depan membentuk langkah busur, kaki belakang membentuk langkah panah, memiliki atribut krodha, rambut berdiri tegak.
Yamantaka Vajra mempunyai Mandala 13 Yamantaka, Mandala 13 Adinata menunjuk pada yang terakhir, Dharmabala dari Yamantaka sangat dahsyat.
Yama Dharmaraja dalam Tantra Tibet berwujud memiliki sepasang tanduk, wujudnya seperti kerbau. Adakalanya orang dapat salah mengenali, sebab dalam Tantra Tibet, yang mengendarai seekor kerbau, wujudnya juga memiliki sepasang tanduk, memegang sebuah Dharmadanda, merupakan wujud dari Yama Dharmaraja, jangan salah mengenalinya sebagai Yamantaka.
Yamantaka adalah Yamantaka, Yama Raja adalah Yama Raja, namun keduanya sangat mirip. Wujud Yamantaka dalam Tantra Tibet sedikit berbeda dengan Tantra Timur, kita berpedoman pada Yamantaka Vajra dari Tantra Tibet sebagai Vidyaraja yang utama.
Sembilan wajah dari Yamantaka Vajra melambangkan 9 Bagian Mahayana Sutranta, 34 lengan dan tubuh – ucapan – pikiran melambangkan menguasai dan menembusi Sapta-trimsa-bodhi-paksya-dharma, 16 kaki melambangkan Mencerahi 16 Sifat Sunya, kobaran api vajra krodha melambangkan kemurnian dan kewelasan dari penaklukkan.
Sekujur tubuh Yamantaka Vajra berwarna biru kehitaman, postur tubuhnya sangat besar, sekujur tubuhnya adalah kobaran api, berwujud Maha Krodha, oleh karena itu mampu menaklukkan semua mara, naga beracun, menyingkirkan segala rintangan, membuat semua mara menghindar dan timbul rasa gentar. Titah dari Yamantaka Vajra mengandung kekuatan besar, dapat meraih keberhasilan santika ( tolak bala ), vasikarana ( keharmonisan ), paustika ( meningkatkan berkah dan usia ) dan abhicaruka ( penaklukkan ). Mampu menaklukkan dewa mara, mara penyakit, mara klesha dan mara kematian, oleh karena itu kekuatan agung-Nya setara dengan Buddha.
Sadhaka yang hendak menekuni Sadhana Yamantaka Vajra harus terlebih dahulu menekuni Sadhana Manjusri Bodhisattva, sebab Manjusri merupakan akar mula dari Yamantaka Vajra, inilah manifestasi dari batin Manjusri Bodhisattva, dengan demikian akan lebih mudah untuk beryukta, apabila sadhaka telah matang dalam Sadhana Manjusri Bodhisattva, maka saat itu mula telah kokoh dan Bodhi akan timbul, dengan alamiah memiliki afinitas yang sangat erat dengan Yamantaka Vajra, kemudian barulah menekuni Sadhana Vajra, dengan demikian akan sangat cepat beryukta.
Hendak menekuni sadhana ini, harus menguasai pemutaran Dharma, yaitu membentuk Mudra Sasanacakra Yamantaka Vajra, kaki kanan berdiri tegak, kaki kiri ditekuk diangkat dan berputar, dari batin krodha menjadi wujud krodha, pahala sadhana ini sangat besar, semua musuh dan penjahat tidak akan sanggup mencelakainya, semua preta dan dewa harus mendengar titahnya.
Tiap kali Dharmaraja Lian-sheng memimpin upacara di Taiwan Lei Tsang Temple, keluar untuk menyalakan api homa, kemudian saat kembali di atas podium, kaki kanan berdiri tegak, kaki kiri dijulurkan terbuka, berputar tiga ratus enam puluh derajat, dan tangan membentuk Mudra Yamantaka Vajra.”
Dalam Sadhana Yamantaka disebutkan, asalkan kedua tangan Anda membentuk Mudra Yamantaka, kaki kanan berdiri tegak, kaki kiri dijulurkan terbuka, kemudian berputar tiga ratus enam puluh derajat, maka semua mara di sepuluh penjuru tersapu bersih. Semua rintangan mara dan semua dewa sesat makhluk halus jahat dalam jangkauan tiga ratus enam puluh derajat di arena tersapu bersih.
Semua sadhana Vajra bertujuan untuk menaklukkan mara dan menyingkirkan kejahatan, supaya insan yang berhati jahat tidak sanggup mencelakai, terlebih kekuatan dari Sadhana Yamantaka Vajra merupakan yang paling ditakuti oleh para mara, Dharmabala dan titahnya dijuluki sebagai yang nomor satu. Sadhaka yang menekuni sadhana ini pasti mencapai Kebuddhaan.
Amitabha Buddha, Manjusri Bodhisattva, Yamantaka Vajra dan Yama Dharmaraja merupakan satu garis, satu garis, satu sistem.
Yidam dari Dharmaraja Lian-sheng adalah Amitabha Buddha, tentu saja Dharmapalanya adalah Yamantaka Vajra ; Manjusri Bodhisattva juga sangat berafinitas dengan Dharmaraja Lian-sheng, saat Dharmaraja Lian-sheng berada di Shambala, Adinata Prajna Manjusri Bodhisattva adalah seorang ayah yang memiliki putra ‘Pundarika’ ( Raja Teratai Putih / Bai-lian-hua-wang ) Selain itu Yamantaka Vajra merupakan emanasi dari Manjusri Bodhisattva saat memasuki tubuh Yamaraja.
【 Berikut di bawah ini merupakan beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan dan ditaati oleh sadhaka yang hendak menekuni Sadhana Yamantaka Vajra Zhenfo Zong 】
1. Di antara catur mahabhuta : tanah, air, api dan angin, Yamantaka Vajra merupakan manifestasi dari cakra angin , merupakan manifestasi dari aksara ‘YANG’ yang terdapat dalam Tri-aksara Mantra : “Rang, Yang, Kang” ; Oleh karena itu bagi yang bermarga ‘Yang’ (楊), boleh menerima abhiseka, boleh mendengar Dharma, namun tidak boleh menekuni sadhana ini.
2. Menekuni Sadhana Yamantaka Vajra harus sangat ketat mentaati sila, barangsiapa melanggar sila berat maupun melanggar pancasila tidak boleh menekuninya ; Kecuali memohon pertobatan kepada Vajrasattva, menjapa 21 kali Mantra Sataksara Vajrasattva, setelah menjapanya menyatakan pertobatan, menekuninya hingga muncul fenomena manggala dari buah pertobatan, maka barulah boleh menekuninya.
3. Penekun Sadhana Yamantaka Vajra harus mempunyai pembawaan dan kualitas agung, sadhaka penekunnya harus mentaati Sila Samaya.
◎ Perhatian : Penekunan sadhana tantra Zhenfo harus sesuai kaidah Dharma, yaitu memiliki tekad Bodhicitta, bersarana kepada Dharmaraja Liansheng, menaati sila, menguatkan fondasi Catur-prayoga dan Guru-yoga, kemudian barulah memohon abhiseka sadhana adhinatha ini.