23 Mei 2020 Liputan Dharmadesana Dharmaraja Liansheng

23 Mei 2020 Liputan Dharmadesana Dharmaraja Liansheng


《Berita TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple》

Hari Sabtu pukul 8 malam di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple ( 西雅圖雷藏寺 ), langit di luar masih tampak cerah, Mahaguru dan Gurudara melangkah memasuki bhaktisala. Mahaguru mempersembahkan tiga batang dupa wangi dan bernamaskara kepada para Buddha Bodhisattva Mandala, para Dharmapala Dewa dan Naga. Siaran langsung Dharmadesana Mahaguru tiap hari Sabtu yang sangat dinantikan oleh segenap siswa pun telah dimulai.

Usai prayoga yang singkat dan sempurna, dalam pelimpahan jasa, Mahaguru secara khusus memanjatkan doa kepada para Adinata yang kali ini hadir mendukung, antara lain : Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata, Suryaprabha Bodhisattva, Candraprabha Bodhisattva, Bhaisajyaraja Bodhisattva, Bhaisajyasamudgata Bodhisattva, 12 Yaksasenapati, beserta segenap makhluk suci pendamping Bhaisajyaguru Buddha.

Mahaguru berdoa supaya para makhluk suci memancarkan cahaya adhisthana menyingkirkan wabah, mengadhisthana supaya vaksin lekas rampung dengan baik, supaya para insan dapat segera menerima vaksin, terhindar dari wabah, dan semoga karma penyakit sirna. Dalam pelimpahan jasa, Mahaguru juga memohonkan berkat bagi segenap umat manusia di dunia, serta mengadhisthana supaya para arwah dapat terlahir di alam suci.

Usai pelimpahan jasa, Mahaguru menjawab setiap pertanyaan umat yang diajukan melalui internet.

Siswa bertanya :
Apa itu kebijaksanaan samvrtisatya ( kebenaran nisbi ) ? Apa itu kebijaksanaan paramarthasatya ( kebenaran mutlak ) ?

Mahaguru menjawab :
Dalam Tantra dibagi menjadi utpattikrama ( tahap pembangkitan ) dan Sampannakrama ( tahap sempurna ). Samvrtisatya tergolong sebagai kebenaran dunia saha atau alam manusia. Kebijaksanaan samvrtisatya adalah kebijaksanaan manusia awam di dunia, contohnya adalah hal-hal yang kita pelajari di sekolah, semua tergolong sebagai kebijaksanaan samvrtisatya atau kebijaksanaan duniawi.

Sedangkan paramarthasatya adalah vidya ( pengetahuan mulia ) di dalam diri, kebijaksanaan paramarthasatya adalah kebijaksanaan dari Arhat, Pratyekabuddha, Bodhisattva, dan Buddha, merupakan kebijaksanaan adiduniawi.

Siswa bertanya :
1. Dhumapuja merupakan sadhana persembahan kepada para Buddha Bodhisattva atau kepada penagih utang karma ?

2. Dalam tahap inti Sadhana Dhumapuja, apakah mantra "Om. A. Hum" dan "Rang. Yang. Kang" dijapa bersambung langsung sebanyak 21 kali ? Atau dijapa terpisah, terlebih dahulu japa "Om. A. Hum" 21 kali, visualisasi sarana puja memenuhi angkasa, kemudian baru japa "Rang. Yang. Kang" 21 kali, visualisasi sarana puja berubah menjadi asap, untuk dipersembahkan kepada arwah penjerat ( chanshenling - 纏身靈 ) ?

Mahaguru menjawab :

1. Dhumapuja ibarat persembahan dupa. Seperti halnya saat kita menyalakan dupa, dupa dapat dipersembahkan kepada para Buddha dan Bodhisattva, bisa juga digunakan untuk menghormati leluhur. Sadhana Dhumapuja bisa digunakan untuk mempersembahkan kepada para Buddha dan Bodhisattva. Jika Dhumapuja hendak dipersembahkan kepada Buddha dan Bodhisattva, boleh menggunakan bahan dupa berkualitas.

Bahan dupa biasa digunakan untuk persembahan bagi penagih utang karma. Di dalam Dhumapuja ada makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sarana transportasi yang dilebur di dalamnya, lakukan visualisasi, ini adalah Dhumapuja untuk penagih utang karma.

Jika sadhaka ingin menyingkirkan rintangan diri, maka mesti mempersembahkan Dhumapuja bagi penagih utang karma, dan Dhumapuja bagi penagih utang karma tidak boleh dilakukan di depan altar, tungku mesti dipindah ke teras, harus di luar ruangan.

2. Makna dari "Om. A. Hum", "Om" adalah alam semesta, Dharmadhatu mahaluas ada dalam "Om".

"A" berarti menjadi satu, dari Dharmadhatu menjadi satu.

"Hum" berarti semua makhluk adalah aksara "Hum".

"Om" adalah besar, "A" sedang, "Hum" kecil, dengan kata lain, bermakna : Dharmadhatu, Istadevata, dan semua makhluk. Tentu saja "Om. A. Hum" mengandung banyak makna, salah satunya adalah Dharmadhatu, Istadevata, dan semua makhluk.

Apa itu "Rang. Yang. Kang" ? "Rang" adalah api, "Yang" adalah angin, "Kang" adalah sunya. "Rang. Yang. Kang" berarti api bangkit, angin meniupnya, menjadi sunya, ini merupakan transformasi dari api, angin, dan sunya.

Terlebih dahulu japa "Om. A. Hum" 21 kali, visualisasi sarana puja memenuhi angkasa, kemudian japa "Rang. Yang. Kang" 21 kali, semua sarana puja menjadi asap.

"Rang. Yang. Kang" ada maknanya, yaitu api, angin, berubah menjadi asap. "Om. A. Hum" membuatnya memenuhi angkasa, Dharmadhatu, Istadevata dan semua makhluk, dengan kata lain, mengubah sarana puja menjadi laksana lautan awan.

Siswa bertanya : Adakah metode untuk mengeluarkan roh asal dengan leluasa ?

Mahaguru menjawab :
Pertama, terlebih dahulu buka lubang puncak kepala, puncak kepala terbuka baru bisa mengeluarkan roh asal. Sesungguhnya, banyak orang mengira roh asalnya sudah bisa keluar, padahal bukan, sebenarnya roh asal itu hanya berkelana di sekujur tubuhnya sendiri.

Syarat pertama adalah berlatih Sadhana Phowa untuk membuka puncak kepala. Kemudian, prana dalam diri mengantar roh asal keluar melalui puncak kepala, ada seutas rantai perak yang mengikuti roh asal, sampai ketika Anda ingin kembali, begitu rantai perak ditarik, barulah roh asal akan kembali ke dalam tubuh.

Risiko bahayanya adalah, jika rantai perak ini putus, maka Anda tidak bisa kembali lagi, dengan kata lain Anda mati mendadak.

Mengeluarkan roh asal sangat berbahaya ! Jika bhavana sadhaka belum bisa membuat roh asal manunggal dengan Guru, Istadevata, dan Dharmapala, maka jangan sampai berusaha mengeluarkan roh asal !

Jika roh asal bertemu dengan Raja Setan berkekuatan besar, maka Anda bisa ditangkap menjadi budak setan.

Jika ada perlindungan dari Guru, Istadevata, dan Dharmapala, barulah Anda boleh mengeluarkan roh asal. Setelah berhasil membuka puncak kepala, visualisasikan Istadevata menetap di puncak kepala, kaki Istadevata menginjak lubang puncak kepala Anda, sehingga roh asal Anda tidak mudah keluar. Roh asal kita keluar untuk yang terakhir kalinya saat mencapai alam suci Buddha.

Siswa bertanya : Jika telah lama bersadhana, namun dalam samadhi masih belum bisa melihat cahaya sunya dari bindu, apakah ada cara lain untuk merealisasikannya ? Atau fenomena mimpi yang muncul dalam Yoga Mimpi bisa dijadikan sebagai pembanding ?

Mahaguru menjawab :
Melihat cahaya sunya bindu berarti melihat cahaya prajna. Rangkaikan cahaya prajna supaya menjadi rantai vajra. Kemudian, rantai vajra dijadikan sebidang menjadi layar vajra. Di dalam layar vajra dapat terlihat Istadevata dan mandala.

Jika telah berhasil membangkitkan kundalini, maka kundalini terus naik ke atas mencapai puncak kepala, di situ ada cairan candra Bodhicitta atau bindu. Ada bindu cakra ajna, bindu cakra visuddha, bindu cakra anahata, bindu cakra manipura, dan bindu cakra svadhisthana. Saat kundalini naik bergabung dengan bindu, cahaya kundalini bertemu dengan bindu, melebur bindu, dan saat melebur menjadi satu, akan menghasilkan cahaya.

Bagaimana melihat cahaya sunya bindu ? Yaitu kundalini bangkit, menyentuh bindu, bindu lebur dan menjadi satu dengan kundalini. Saat air dan api lebur, akan menghasilkan cahaya sunya bindu. Mata terbuka, bisa melihat, mata tertutup juga bisa melihat, atau melihatnya dalam samadhi, atau melihatnya dalam mimpi. Mata terpejam, banyak titik muncul di hadapan Anda, ada warna merah, ada biru, ada putih, semua berpadu menjadi layar vajra. Ada kalanya berbentuk lingkaran, banyak titik dan sangat rapat. Kemudian, Istadevata muncul di hadapan sadhaka.

Siswa bertanya : Selama satu tahun belakangan saya menekuni Sadhana Vajrasattva, tepat hari pertama di tahun baru saya bermimpi Vajrasattva memancarkan cahaya mengadhisthana saya dan keluarga. Apakah sekarang saya boleh menekuni Sadhana Guruyoga, atau mesti lanjutkan Sadhana Vajrasattva ?

Mahaguru menjawab :
Mahaguru sendiri, atau Padmakumara sendiri adalah Vajrasattva. Adharma Buddha adalah Vajradhara pertama, Pancadhyani Buddha adalah Vajradhara kedua. Jika semua anggota Pancadhyani Buddha disebut Vajradhara, jika diurutkan setiap nama, akan menjadi Vajradhara kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Maka Vajrasattva menjadi Vajradhara ketujuh, dan Mahaguru adalah Vajradhara kedelapan.

Anda boleh lakukan Sadhana Gabungan antara Guruyoga dengan Vajrasattva. Guru memasuki Vajrasattva, Vajrasattva memasuki Guru, ini adalah Sadhana Gabungan antara Guruyoga dan Vajrasattvayoga.

Kuncinya adalah terlebih dahulu visualisasi Vajrasattva menetap di puncak kepala, kemudian visualisasi Guru memasuki Vajrasattva, kemudian Vajrasattva memasuki hati sadhaka, berarti Guru dan Vajrasattva telah memasuki hati sadhaka, Mantra Hati Guru dijapa bersama dengan Mantra Vajrasattva, ini adalah sadhana gabungan. Saat Vajrasattva menjadi diri sendiri, Guru juga menjadi sama dengan diri sendiri, semua ada dalam hati sadhaka. Diri sendiri adalah Guru sekaligus Vajrasattva. Ini adalah Sadhana Yoga Guru dan Vajrasattva.

Siswa bertanya : Apakah umat yang baru menerima Abhiseka Sarana boleh langsung menekuni Sadhana Caturprayoga Vajracitta Bodhisattva dan Sadhana Guruyoga ? Atau perlu abhiseka khusus sebelum mulai menekuni Sadhana Caturprayoga Vajracitta Bodhisattva dan Abhiseka Sadhana Guruyoga ?

Mahaguru menjawab :
Setelah Mahaguru memberi Abhiseka Sarana, siswa boleh langsung menekuni Caturprayoga. Sedangkan Sadhana Guruyoga dan Sadhana Dharmapalayoga memerlukan abhiseka khusus.

Ada Sadhana Sadprayoga, yaitu Sadhana Guruyoga, Sadhana Dharmapalayoga, dan Sadhana Caturprayoga.

Mahaguru melanjutkan pembacaan teks Lamdre :

6.2, Dvicaryamarga
Dua prayoga marga : 5 marga sambhara, dan prayogamarga hangat ( dibagi menjadi hangat prayoga awal, hangat himpunan 9 loka, hangat himpunan peningkatan bindu )

Puncak ( luar dan dalam )
Ksanti.

Metode nomor satu di dunia ( Metode terbebas dari samsara, dan berbagai metode jalan menuju nirvana yang sempurna )

Darsanamarga ( tanda pembuktian luar, tanda pembuktian dalam, tanda pembuktian Tathata )

Bhavanamarga.
Abhavanamarga.

37 Bodhipaksika lokiyamarga ( Loka himpunan awal : Catvararddhipada ; Loka himpunan menengah : Catvarismrtyupasthanani ; Loka himpunan akhir : Catvarisamyakprahanani. )

Lokuttaramarga ( Abhiseka Kalasa : Saptabodhyangani ; Abhiseka Guhya : Panca indra ; Abhiseka Prajna : Pancabalani ; Abhiseka Tingkat Empat : Delapan jalan kebenaran. )

Terlebih dahulu mengajarkan marga seperti bhumi spiritual sebelumnya, dibagi menjadi 2 metode pelaksanaan : Sesuai dengan pintu Dharma metode pelaksanaan lima marga. Seperti metode pelaksanaan 37 Bodhipaksika. Keduanya bisa dijadikan satu, sebab Bodhipaksikadharma juga tergolong dalam pancamarga dari Paramitayana.

Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre :

Mahaguru menjelaskan, apa itu Dvicaryamarga ? Di sini sama dengan yang disebutkan dalam teks Lamdre, terlebih dahulu adalah sambharamarga, prayogamarga, kemudian darsanamarga, bhavanamarga, dan terakhir adalah Lokuttaramarga atau Parayana.

Dvicaryamarga juga merupakan tahapan, pada awalnya adalah Catursarana, kemudian Guruyoga, Dharmapalayoga, Istadevatayoga, yoga sadhana internal, yoga Anuttaratantra, yoga Sadhana Vajra, dan yoga Mahapurna.

Sambharamarga adalah : "Jangan berbuat jahat, perbanyak berbuat kebajikan."

Prayogamarga adalah sadhana awal yang ditekuni dalam Tantra.

Darsanamarga adalah pencerahan, setelah menekuni prayogamarga dalam waktu lama, sadhaka mencapai pencerahan atau Darsanamarga.

Setelah mencapai Darsanamarga, berarti : "Setelah pencerahan, mulai berbhavana.", inilah bhavanamarga.

Berikutnya adalah Lokuttaramarga, yaitu Parayana, mencapai tingkat spiritual tertinggi seperti : Arhat, Pratyekabuddha, Bodhisattva, dan Buddha.

Sesungguhnya Dvicaryamarga, pancamarga, dan 37 Bodhipaksika adalah Ekacaryamarga, keduanya bisa berpadu, semua adalah bhavana, hanya saja ada tahapannya.

Terakhir, melalui kisah humor, Mahaguru membabarkan makna Buddhadharma : metode dari Patriark ke-6 Huineng adalah metode "seketika", langsung merealisasi Buddhata, langsung mengimplementasikan Buddhata.

Sedangkan Guru Sesepuh Zen, Mahabiksu Shenxiu (神秀大師) menggunakan metode bertahap, yaitu bhavana secara bertahap untuk mencapai Kebuddhaan, tidak langsung mengungkapkan Buddhata, tekun membersihkan diri sendiri, secara bertahap melatih mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, setelah semua bersih, barulah Buddhata muncul, ini adalah metode bertahap.

Kedua metode tersebut sama-sama merupakan Buddhadharma. Jika sadhaka tidak bisa langsung memunculkan Buddhata seperti yang dilakukan oleh mereka yang memiliki akar sangat baik, maka lebih baik sadhaka tekun berlatih metode pembersihan diri secara bertahap.

Usai Dharmadesana yang sangat menarik, Mahaguru berwelas asih mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani, segenap relawan dan semua yang menyaksikan secara daring.

Seperti salah satu kisah humor yang diceritakan oleh Mahaguru, di dunia ini, hanya ada satu yang abadi, yaitu manunggal dengan Buddha dan Bodhisattva. Saat Buddhata diri sendiri manunggal dengan Samudra Buddha, inilah yang disebut keabadian. Satu-satunya hal yang abadi adalah perjumpaan kita di alam Atas.

Terima kasih atas Dharmadesana Mulacarya yang sangat berharga, demi keabadian yang kekal, kita mesti semakin tekun dalam bersadhana, supaya kelak berjumpa lagi di Mahapadminiloka.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。