【Liputan TBS Seattle】
Pada hari Sabtu, tanggal 13 Juni 2020, usai pujabakti singkat, Mahaguru Dharmaraja Liansheng Lu Shengyan memberikan Dharmadesana, terlebih dahulu Mahaguru mengungkapkan bahwa saat ini maysarakat sedang menghadapi tiga persoalan besar, yaitu : Pandemi Covid-19, resesi ekonomi, dan diskriminasi rasial. Mahaguru menegaskan, manusia dilahirkan setara, diskriminasi rasial adalah prasangka. Setiap bentuk kehidupan memiliki Buddhata, semua setara.
Berikutnya, Dharmaraja menjawab pertanyaan siswa :
Siswa bertanya :
Apakah Sadhana Chod dari Machig Labdron ada tata ritual lengkapnya ? Sebab di internet hanya ada Dharmadesana dan cara visualisasinya, tidak ada tata ritual yang lengkap.
Mahaguru menjawab :
Sadhana Chod Machig Labdron ditransmisikan oleh Mahaguru, ada tahapan mantra dan visualisasi, ada mudra, sehingga dapat disusun menjadi tata ritual yang utuh. Mahaguru pernah mengungkapkan bahwa Machig Labdron menjelma menjadi Krodha Kali yang memegang kartika , kemudian memenggal kepala, tangan, dan kaki. Berikutnya, tempurung kepala sadhaka membesar, tulang sadhaka dijadikan sebagai penyangga, kemudian menyalakan api, tubuh sadhaka dimasukkan ke dalam kapala, dibakar menjadi amrta merah, dan amrta ini dipersembahkan kepada Dasadharmadhatu.
Ini adalah metode untuk memotong ego, Anda telah merelakan tubuh, memasuki kondisi anatman, saat itu tiada lagi hati dan kesadaran, mahaluas, sebuah kondisi tiada menetap, kesadaran diri manunggal dengan kesadaran semesta, ini adalah Buddhata, mulabodhi, mahamudra, sekaligus Atiyoga. Semestinya ada tata ritual yang lengkap. Ada di situs Rainbow Temple (彩虹雷藏寺).
Siswa bertanya :
Bolehkah saat masuk samadhi dalam Sadhana Istadevata yang lain kita tambahkan visualisasi Sadhana Chod kemudian menjelma menjadi sunya ? Atau tiap saat batin tenang boleh lakukan visualisasi Sadhana Chod ?
Mahaguru menjawab :
Untuk Sadhana Istadevata, Anda mesti lakukan berdasarkan tata ritual Sadhana Istadevata, jangan ditambah dengan visualisasi Sadhana Chod, sebab Sadhana Istadevata adalah Sadhana Istadevata, berbeda dengan Sadhana Chod Machig Labdron, keduanya jangan dicampur.
Siswa bertanya :
Saat ini banyak kuil di kota-kota besar dan kuil Dewa Bumi yang menutup tungku pembakaran kertas mulia, beberapa gedung di perkotaan juga telah melarang pembakaran kertas mulia, bahkan membakar sedikit kertas mulia ramah lingkungan pun juga bisa dilaporkan. Menyikapi kondisi ini, bagaimana seorang sadhaka bisa menjelmakan sumber daya atau harta bardo untuk dipersembahkan kepada Dewa Bumi dan para arwah ?
Mahaguru menjawab :
Asalkan Anda buka secarik cek ini ( harta bardo ), yang telah diakui dalam Zhenfo Zong, maka secarik kertas sudah cukup. Oleh karena itu, kita mesti pikirkan jalan keluarnya, boleh juga gunakan cek ( harta bardo ), dengan demikian juga ramah lingkungan.
Siswa bertanya :
Jika negara, serta penduduk setempat di tempat tinggal saya menolak pembakaran kertas mulia, maka sebagai persembahan di hari raya Qing Ming ( Ceng Beng ) dan Ullambana, atau di hari manggala untuk penyeberangan arwah, apakah sadhaka boleh menggunakan pahala sadhana, atau baca sutra untuk melimpahkan jasa sebagai persembahan bagi mendiang ?
Mahaguru menjawab :
Bagi kita seorang Tantrika, jika tinggal di wilayah yang menolak pembakaran kertas mulia, maka adalah tepat jika kita gunakan sadhana dan baca sutra untuk melimpahkan jasa pahala. Bisa ditambah dengan membakar secarik cek bardo, maka akan lebih istimewa.
Siswa bertanya :
Pada saat upacara agung, Mahaguru pernah menganugerahkan Abhiseka Kolektif 21 Tara. Namun akhir-akhir ini juga ada pemberitahuan berisi penjelasan bahwa walau telah menerima Abhiseka Kolektif 21 Tara, namun setiap Sadhana Adinatayoga bagi tiap Tara masih memerlukan abhiseka khusus secara terpisah.
Jika demikian, sadhaka yang pernah menerima Abhiseka Kolektif 21 Tara boleh menekuni sadhana apa saja ?
Mahaguru menjawab :
Mengenai Abhiseka Kolektif 21 Tara, jika Anda telah sepenuhnya memahami kiat utama dari 21 Tara, maka Anda boleh tekuni tiap Adinata dari 21 Tara, namun sadhana mesti dilakukan satu-persatu untuk tiap Tara.
Jika Anda ingin menekuni sadhana dari tiap Tara, dan ingin mengetahui kiat utama dari tiap sadhana, maka Anda boleh mohon abhiseka dari Mahaguru, kemudian menanyakan kiat sadhana tersebut. Jika Anda benar-benar telah kontak yoga dengan Syama Tara, maka Anda juga bisa kontak yoga dengan tiap Tara.
Teks Lamdre :
4. Atribut nyata yang final dalam sambhara-marga
Yang paling tinggi, tiga visualisasi mengadhisthana nandam, dimulai dari Vidyarajni yang memiliki 12 tanda padma, dan yang paling bawah, prana hati berhimpun pada bagian benang sari, perpaduan hetu pandangan kebijaksanaan terunggul dari sunya dan sukha mahasuci, ini merupakan : “Sambhara-marga Tathata final.”
Singkat kata, hetu untuk menghimpun dhyana-samadhi, yaitu : sambhara-marga, jika telah menekuni marga ini namun tetap tidak berhasil membangkitkan dhyana-samadhi, berarti telah memihak dan terjerumus dalam sambhara-marga, sehingga menjadi tiada berbeda dengan Paramitayana.
Pengulasan Dharmaraja Liansheng :
Mahaguru mengatkan, di sini ada bagian Anuttaratantra, karena belum ada yang memperoleh Abhiseka Anuttaratantra, maka bagian ini tidak boleh diulas untuk Anda semua, boleh dijelaskan sedikit, tapi tidak boleh terlalu detail. Dalam Anuttaratantra ada tiga macam visualisasi, yang pertama adalah visualisasi padma untuk lokasi ; Yang kedua, visualisasi Istadevata, sadhaka laki-laki visualisasi diri sendiri adalah Istadevata laki-laki, sadhaka perempuan visualisasi diri sendiri adalah Istadevata perempuan ; dan visualisasi yang ketiga adalah bagian rahasia, ini disebut : “Tiga visualisasi adhisthana bagi nandam”.
Vidyarajni dengan 12 tanda padma, ini tergolong sebagai Anuttaratantra dan tidak akan diulas. Prana hati adalah pikiran dan prana Anda. Perpaduan hetu pandangan kebijaksanaan terunggul dari sunya dan sukha mahasuci, merupakan Anuttaratantra, menghasilkan kondisi mahasuci, sukha yang paling unggul, ditransformasikan menjadi Buddhata, menyaksikan mulabodhi, merealisasi mulabodhi, menyatu, ini merupakan sambhara-marga Tathata final.
Hetu himpunan dhyana-samadhi merupakan sambhara-marga, segala sesuatu yang disiapkan demi memasuki dhyana-samadhi disebut sebagai sambhara-marga. Jika sadhaka telah melatih sambhara-marga namun belum menghasilkan dhyana-samadhi, jika sadhaka telah melatih hetu tersebut namun tak kunjung menghasilkan dhyana-samadhi, berarti Anda terlalu memihak kepada sambhara-marga, berarti tidak menekuni Sadhana Tantra, hanya menekuni Mahayana.
Sambhara-marga final yang diperoleh melalui Anuttara-tantra adalah Tantrayana, tanpa melalui jalan ini, Anda hanya mengumpulkan hetu dari dhyana-samadhi, berarti adalah Mahayana.
Usai Dharmadesana, Mahaguru memanjatkan permohonan kepada para Buddha dan Bodhisattva : Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir, semoga pereknonomian dunia bangkit dan berkembang baik, semoga tiada lagi diskriminasi rasial, setiap insan setara, leluasa, dan berdemokrasi.
Mulacarya Dharmaraja Liansheng yang mahamaitri dan mahakaruna senantiasa mengasihi semua makhluk, segenap siswa berbasuh cahaya welas asih beliau, dengan tulus mengamalkan bimbingan dari Mahaguru, tekun bersadhana, membimbing diri sendiri dan para insan, ke atas membala empat macam budi jasa, ke bawah menolong semua makhluk di tiga alam derita, dan seumur hidup mempraktikkan Sadparamita.