《Berita Seattle Ling Shen Ching Tze Temple #TBS》
Pujabakti Sadhana Istadevata Jambhala Kuning (黃財神) hari Sabtu ini bertepatan dengan Hari Jadi Mahaguru dalam penanggalan umum, yaitu 27 Juni. Seattle Ling Shen Ching Tze Temple ( 西雅圖雷藏寺 ) telah menyiapkan kue tar untuk merayakan hari jadi Mahaguru. Meskipun pandemi menyebabkan banyak orang tidak bisa hadir secara langsung, namun tidak peduli di mana pun berada, semua siswa Zhenfo memanjatkan harapan yang terbaik bagi Mahaguru, tiada jarak di antara hati Guru dan siswa.
Pada pukul 8 malam tepat, Mahaguru dan Gurudara melangkah memasuki bhaktisala, pewara menyerukan : "Happy Birthday Mahaguru !", sebuah ucapan tulus mewakil isi hati segenap siswa Zhenfo di seluruh dunia. Setelah Mahaguru duduk di atas Dharmasana, pujabakti Sadhana Istadevata Jambhala Kuning berjalan dengan sangat khidmat. Berkat pancaran cahaya adhisthana para Buddha dan Bodhisattva, pujabakti berjalan dengan manggala dan sempurna.
Mahaguru mengisahkan sebuah cerita humor untuk menyampaikan makna Dharma, Mahaguru memberitahu bahwa dalam mempelajari pustaka Dharma seperti Lamdre ini, kita tidak boleh hanya mengutip satu bagian saja, mesti dipelajari dengan menyeluruh, demikian pula dalam mempelajari Buddhadharma.
Saat sadhaka baru saja mengalami yoga, anubhava akan muncul, tapi jika tidak berbhavana lebih lanjut lagi, maka ia tidak akan bisa menghasilkan cahaya terang. Setelah sadhaka berhasil menghasilkan cahaya, maka cahaya tersebut akan semakin terang, dan pada akhirnya akan menjadi 'drsta' ( pengalaman / pemahaman sejati seiring kemajuan kualitas batin ). Oleh karena itu, di saat memperoleh anubhava yang baik, sadhaka tidak boleh hanya berhenti pada anubhava saja. Di saat muncul cahaya terang, jangan hanya berhenti pada cahaya saja. Mesti bertekad untuk mencapai kondisi yang lebih baik, supaya muncul drsta yang lebih baik, sebab yang paling penting adalah drsta.
Dharmaraja Liansheng menjawab pertanyaan umat yang disampaikan melalui internet :
Siswa bertanya :
Mohon Mahaguru menjelaskan "Sarvadharma sunya dan hening, tidak menetap pada lahir dan mati."
Mahaguru menjawab :
"Sarvadharma sunya dan hening, tidak menetap pada lahir dan mati.", ini adalah paramarthasatya ( kebenaran mutlak ). Seperti yang Mahaguru sering katakan dalam beberapa hari ini, segala sesuatu adalah ilusi mimpi. Hidup sampai saat ini, ibarat sedang bermimpi. Beberapa tahun lagi, tubuh pun akan rusak, tubuh jasmani Gurudara akan tiada, tubuh jasmani saya juga tiada. Rumah, mobil, jam tangan, dan perhiasan juga tiada, semua tiada. "Sarvadharma sunya dan hening." ini dibabarkan oleh Sakyamuni Buddha. Apa yang Anda miliki ? Tiada suatu apa pun. Beberapa tahun lagi, muncul sarvadharma sunya dan hening.
Apa yang disebut dengan lahir ? Apa yang disebut dengan mati ? Dalam kondisi yang tertinggi adalah : "Tiada lahir dan tiada mati". Lahir dan mati merupakan fenomena di alam manusia, tergolong sebagai utpattikrama ( tahap pembangkitan / permulaan ). Dalam sudut pandang sampannakrama ( tahap sempurna ) adalah : "Sarvadharma sunya dan hening, tidak menetap dalam lahir dan mati", jika Anda dapat mencerahinya, maka drsta Anda telah sangat tinggi. Setiap malam Mahaguru bermeditasi, begitu memasuki samadhi, berarti memasuki kondisi tiada lahir dan tiada mati. Diri sendiri sepenuhnya tiada, telah melupakan lahir, telah melupakan mati, saat itu disebut tidak menetap dalam lahir dan mati, sepenuhnya telah melupakan mati, sepenuhnya telah melupakan siapa diri ini.
Mudra pertama dalam Mahamudra adalah : "Ekagrayoga". Masuk dalam ekagrayoga, ibarat kemunculan langit jernih tanpa awan, tiada suatu apa pun. Sampai pada "nisprapancayoga" bahkan pikiran pun tiada. Pemikiran yang sering memikirkan sesuatu, "Saya ada karena saya berpikir", karena saya berpikir, maka saya ada. Di saat mencapai kondisi tiada berpikir, inilah nisprapancayoga. Saat mencapai "samarasayoga", tiada akhir, tiada gerak dan tiada diam, tiada lahir dan tiada mati, tiada benar dan tiada salah, semua samarasa, tidak ada yang disebut sebagai baik dan buruk, tidak ada yang disebut kebajikan dan kejahatan, inilah samarasayoga. Dan terakhir, mencapai "abhavanayoga", yaitu sarvadharma sunya dan hening, tak terhingga.
Siswa bertanya : Apakah Mahaguru berkenan mentransmisikan Mudra Hati dalam Hati dari Padmakumara ?
Mahaguru menjawab :
Mudra Hati dalam Hati dari Padmakumara : Bentuk Mudra Padmakumara, kemudian kedua tangan disilangkan di depan dada. Mudra ini mesti dibentuk saat melakukan Sadhana Padmakumara Cepat Terlahir di Mahapadminiloka, kemudian visualisasi sebuah lingkaran, di tengah terdapat sekuntum padma, di atasnya ada Padmakumara, kemudian mematri hati diri sendiri dengan Hati Padmakumara, ini adalah Sadhana Cepat Terlahir di Mahapadminiloka.
Siswa bertanya :
Siswa telah membaca "Apa Itu Rintangan Mara ?" dalam buku berjudul "Xukong wubianyi", di dalamnya disebutkan cara terbaik untuk menaklukkan rintangan Mara hati diri sendiri, yaitu : "Jangan membangkitkan pikiran". Mohon tanya Mahaguru, bagaimana mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari ?
Mahaguru menjawab :
"Sarvadharma sunya dan hening" adalah "Xukong wubianyi" ( arti harfiah : Angkasa Tidak Berubah ), tiada naik Dharmasana, dan tiada turun dari Dharmasana. Mengaplikasikan Dharma dalam kehidupan sehari-hari adalah turun dari Dharmasana, saat bersadhana disebut naik Dharmasana. Saat Anda naik Dharmasana, aplikasikan sampai turun dari Dharmasana atau dalam kehidupan sehari-hari, ini disebut samarasayoga.
Siswa bertanya :
Saat kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan pemikiran orang lain, orang lain akan marah, apakah dengan demikian kita telah menjalin jodoh buruk ? Apakah dengan demikian kita mesti berlaku sesuai dengan kehendak orang lain ? Apakah kerisauan batin muncul karena diri sendiri membangkitkan pemikiran ? Apakah dalam perjalanan membina diri, saat menghadapi hal-hal yang tidak sesuai kehendak, kita mesti mengikuti keinginan orang banyak, supaya orang lain bergembira, atau boleh dengan leluasa ikuti kehendak diri sendiri ?
Mahaguru menjawab :
Kenapa harus mengikuti kehendak orang lain ? Lakukan saja sesuai dengan Buddhadharma, segala sesuatu adalah ilusi mimpi, buat apa takut ? Mengapa harus menganggap sesuatu itu penting ? Semua tidak penting ! Jadi, apa itu Mara ? Apa yang bukan Mara ? Mara dan bukan Mara sama belaka. Sampai pada samarasa yang sejati, Mara dan Buddha adalah sama. Baru saja saya beritahu Anda, bukan kebajikan juga bukan kejahatan, bukan rintangan Mara, bukan jodoh buruk. Tidak ada jodoh buruk, juga tidak ada jodoh baik, bukan kebajikan, bukan kejahatan, semua diseberangkan, inilah kondisi tertinggi.
"Boleh ikuti kehendak diri sendiri dengan leluasa." Ini adalah Buddhadharma. "Jalani sesuai dengan Buddhadharma.", inilah jawabannya. Jika harus selalu mengikuti kehendak orang banyak, jika orang lain mengajak Anda bergabung dengan organisasi maling, jika teman Anda adalah seorang maling, apakah dengan demikian Anda mesti ikuti kehendaknya untuk jadi maling ? Dalam kehidupan sehari-hari, jalani sesuai dengan Buddhadharma tanpa rintangan. Jika orang lain marah, itu urusan mereka pribadi, sedangkan diri sendiri tidak marah, ini urusan pribadi, apa yang pantas untuk kita sikapi dengan kemarahan ?
Kadang Gurudara mengatakan : "Siswa itu tidak menghormati Anda." Saya menjawab : "Sebuah ilusi mimpi." Tidak perlu dimasukkan dalam hati. Dia tidak hormat kepada saya, berarti itu ketidakhormatan dia sendiri, akan tetapi, dalam pandangan Mahaguru semua setara dalam Buddhata, semua patut diseberangkan dengan setara. Sekalipun Anda tidak menghormati saya, saya tetap seberangkan Anda, sekalipun Anda menganggap saya sebagai musuh, saya tetap menyeberangkan Anda. Sekalipun Anda mendendam kepada saya, saya juga tetap seberangkan Anda. Sekalipun Anda membunuh Mahaguru, Mahaguru tetap akan menyeberangkan Anda. Ini adalah "penghormatan universal". Oleh karena itu, mari kita berbhavana dan hidup sesuai dengan Buddhadharma, jangan marah.
Siswa bertanya :
Jika kita tanpa sengaja telah melukai orang lain, tapi diri sendiri sama sekali tidak ingat, atau bahkan tidak menyadarinya, apakah masih menghasilkan sebab dan akibat ?
Mahaguru menjawab :
Jika Anda tidak berniat untuk mencelakainya, sehingga Anda sama sekali tidak ingat dan tidak peduli, dalam hati juga tidak ada niat tersebut, tapi ucapan dan perilaku Anda telah melukainya. Ini merupakan : "Tidak ada niat untuk berbuat jahat, maka tidak akan memperoleh hukuman." Anda tidak ada niat untuk mencelakai orang lain, namun tanpa sengaja telah melukai orang lain, kejahatan semacam ini tergolong tidak terhukum, Langit tidak akan menghukum Anda, sebab Anda melakukan tanpa niat. Demikian halnya : "Berbuat kebajikan dengan pamrih, walau telah berbuat namun tiada berkah." Saya berbuat kebajikan untuk dipamerkan kepada orang lain, saya sengaja berdana untuk diperlihatkan, supaya surat kabar dan televisi menyiarkannya. Berbuat kebajikan tapi tiada berkah, kebajikan semacam ini hanya menghasilkan pahala kecil, para Devata tidak bersukacita, Buddha juga tidak bersukacita, Langit tidak akan menganugerahkan berkah kepada Anda, sebab Anda sengaja berbuat untuk dipamerkan ke orang lain, ini disebut munafik.
Mahaguru melanjutkan pengulasan Lamdre :
Langsung ke inti ajaran, Mahaguru mengatakan, batin menetap di mana ? Kenapa batin bisa menjadi tenang ? Perumpamaan ini sangat menakjubkan : Seseorang memanah dan mengenai bahu Anda, terasa sangat sakit, saat itu di mana kah batin ? Pasti ada pada titik sakit, batin Anda menetap di sana, terus fokus di sana, ini disebut : "Sebab yang baru saja terjadi menyebabkan batin menetap".
Ada tiga macam : "Batin menetap berkat angin balik mentransformasikan prana.", prana dan manunggal mencapai kondisi ketenangan. "Batin menetap berkat adhisthana prana hati.", prana hati menerima adhisthana sehingga menjadi tenang. "Batin menetap berkat kesetaraan." Semua yang diandalkan setara sehingga membuat batin menjadi tenang dan menetap.
"Batin menetap berkat angin balik mentransformasikan prana." Mengerahkan supaya kekuatan sepenuhnya ada pada pengendali. "Kuda lari bertemu kekang", kuda terus berlompatan tanpa henti, ini menggambarkan batin manusia "Batin bagaikan kuda liar", saat Anda melontarkan sebuah laso dan berhasil menangkap kuda tersebut, kemudian mengikatnya pada tiang kayu, maka timbullah samadhi, pikiran diri sendiri telah diikat, kekuatan ini disebut : " Batin menetap berkat angin balik mentransformasikan prana.". Ibarat "Membendung aliran air, mengakhiri sungai." Sungai Yangtze semula mengalir, kemudian dibangun tiga bendungan ngarai untuk membendung airnya, air itu pun menjadi tenang, samadhi yang demikian merupakan batin yang menetap berkat metode "Membendung aliran air, mengakhiri sungai.", bisa timbul fenomena demikian dalam dhyana-samadhi.
"Batin menetap berkat adhisthana prana hati.", dalam novel persilatan sering ditulis mengenai setelah terkena racun, tubuh tidak bisa digerakkan, atau setelah terkena totok, tubuh tidak bisa digerakkan dan tidak bisa berbicara, ini adalah : "Batin menetap berkat adhisthana prana hati." Anda sendiri mengadhisthana prana hati, supaya ia tidak bisa bergerak seperti terkena totok, atau seperti : tidak bisa bergerak karena terkena racun.
"Batin menetap berkat kesetaraan.", anubhava sukha dan sunya adalah pergerakan prana hati dalam tubuh Anda, saat ia bergerak ke atas dan ke bawah akan menimbulkan sukha, tapi saat ia diam menetap ia akan menghasilkan sunya. Pergerakan menghasilkan sukha, diam menghasilkan sunya, menjadi dhyana-samadhi perpaduan sukha dan sunya, yang merupakan "Batin menetap berkat kesetaraan." di saat gerak dan diam, sukha dan sunya, harmoni dan setara, yang juga merupakan : air memasuki air, minyak memasuki minyak, sukha dan sunya, gerak dan diam, semua saling setara, ini merupakan kondisi dhyana-samadhi.
Di akhir, Mahaguru mengisahkan beberapa cerita humor untuk menyampaikan makna Dharma, Laozi mengatakan : "Kesalahanku ada pada tubuh jasamani", kesalahanku ada pada aku memiliki tubuh jasmani, menderita karena adanya tubuh jasmani ini, jika tiada tubuh jasmani, dari mana datangnya penderitaan ? Oleh karena itulah yang pertama dibabarkan oleh Sang Buddha adalah penderitaan, kebenaran mengenai penderitaan, sebab kita memiliki tubuh jasmani ini.
Usai Dharmadesana yang menarik dan berharga, Mahaguru mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani dan mengabhiseka rupang Buddha. Kemudian, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Mahaguru, memanjatkan doa semoga Mahaguru senantiasa sehat sentosa, penuh vitalitas, berkah dan usia semakin bertambah, senantiasa menetap di dunia.