【Berita TBS Seattle】
Tanggal 4 Oktober 2020, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Maha Padmakumara Putih. Pada saat berusia 26 tahun, Mahadewi Yaochi membuka divyacaksu ( mata dewata
) Dharmaraja, malam harinya berkelana mengarungi dasadharmadatu, menyaksikan Maha Padmakumara Putih tanpa wujud dan bersinar terang-benderang, pada saat itu ada suara yang memberitahu di samping telinga Dharmaraja, “Anda adalah titisan Maha Padmakumara Putih.”, oleh karena itu, saat itu di Taiwan beliau bertanya kepada para biksu agung, “Apakah Anda mengetahui Padmakumara ?” Akan tetapi tidak ada yang tahu.
Hingga beberapa tahun belakangan, seorang akademisi dari Lanzhou University di Tiongkok yang melakukan penelitian di Gua Dunhuang menerbitkan “Lianhuatongzi Yanjiu” ( 蓮花童子研究 ) / arti harfiah : Penelitian Padmakuamra, tim mereka menemukan bahwa di dalam Gua Dunhuang terdapat Sakyamuni Buddha, Xiwangmu ( Mahadewi Yaochi ), dan Xiangguang Tongzi ( Padmakumara ) ditampilkan bersama. Hal ini membuktikan asal-usul Dharmaraja Liansheng dan kedudukan Padmakumara, dari sini bisa diketahui bahwa nidana antara Mahadewi Yaochi dengan Padmakumara sangat mendalam, oleh karena itulah Mahadewi Yaochi membukakan divyacaksu Dharmaraja Liansheng.
Di kalangan rakyat Dinasti Tang telah beredar sebuah kidung :
蓮花童子見金仙,
Liánhuātóngzǐ jiàn jīnxiān,
Padmakumara menemui Suciwan Mulia,
落花虛空(隨風)左右旋,
luòhuā xūkōng ( suifeng ) zuǒyòu xuǎn,
Hujan bunga turun dari angkasa,
berputar ke kiri dan kanan terbawa angin
微妙天音雲外聽,
wéimiào tiānyīn yun wài tīng,
Disambut dengan alunan musik surgawi,
盡說極樂勝諸天
jǐn shuō jílè shèng zhūtiān.
Membabarkan Sukhavati yang menggungguli semua surga.
Membuktikan bahwa Padmakumara berasal dari Sukhavatiloka, juga merupakan perwujudan dari Amitabha Buddha. Seiring dengan tradisi dalam kepercayaan rakyat, padma merepresentasikan kesucian, karena tumbuh dari dalam lumpur tanpa tercemari, sedangkan kumara merepresentasikan kemurnian Dharmakaya, pada masa awal Dinasti Tang, keduanya telah berpadu menjadi simbol manggala.
“Kita telah melakukan hal yang sama, namun hasilnya berbeda.” Dharmaraja mengingatkan semua, sama-sama menekuni Sadhana Tantra Zhenfo, namun hasil yang diperoleh setiap orang berbeda, “Di sini letak permasalahannya, bukan setiap orang yang menekuni Sadhana Tantra bisa mencapai keberhasilan, ada sebagian yang bisa berhasil, ada juga yang tidak berhasil. Apa sebabnya ? Ada hubungannya dengan kehidupan lampau.”, sudah ada ketetapannya, ini adalah soal nidana, bersumber dari nidana. Dharmaraja mengingatkan, melakukan hal yang sama, tapi hasilnya belum tentu sama, ada yang berhasil, ada yang gagal, “Apa sebabnya ? Apakah Anda melakukan kesalahan ? Mesti introspeksi diri terlebih dahulu, renungkan apakah ada yang kurang pada diri sendiri ?”
Ada siswa yang mohon petunjuk Dharmaraja : “Adakah sutra atau mantra atau metode meditasi yang bisa lebih cepat membuat kita mencerahi hati dan menyaksikan Buddhata ?” Ini juga persoalan banyak sadhaka, Dharmaraja menjawab : “Untuk mencerahi hati dan menyaksikan Buddhata, tergantung nidana, sudah ada ketetapannya, tergantung nidana Anda, bukan karena Anda membaca sutra tertentu, menjapa mantra tertentu, atau melakukan meditasi sehingga berhasil mencerahi hati dan menyaksikan Buddhata, melainkan di saat nidana telah tiba, maka Anda pun dapat tercerahkan dan menyaksikan Buddhata.”
Kebuddhaan melalui bardo bukan Kebuddhaan melalui tubuh saat ini, juga bukan Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini, Dharmaraja memberitahu semua, di saat prana jiwa keluar, Anda masuk tubuh bardo, akan tetapi, begitu tubuh bardo Anda keluar, melalui bardo Anda melihat cahaya bindu, dari cahaya bindu melihat vajrabandha, dari vajrabandha Anda melihat vajrapata, “Begitu cahaya itu bersinar, setelah Anda melihat cahaya terang melalui kesempatan dalam bardo, Anda pun memasuki cahaya tersebut, gunakan tubuh bardo untuk memasuki cahaya terang tersebut, Buddhata dalam tubuh bardo ( roh ) Anda melebur dalam cahaya terang.” Lebih lanjut lagi Dharmaraja menjelaskan, Anda adalah cahaya anak, di saat cahaya induk muncul di tengah angkasa, Anda melebur dalam cahaya terang tersebut, mencapai Kebuddhaan, “Anda telah melebur, Anda mencapai Kebuddhaan melalui bardo, ini disebut cahaya anak masuk cahaya induk, inilah Kebuddhaan melalui bardo.”
Sang Buddha mengatakan, “Semua makhluk adalah orangtua atau saudara di kehidupan lampau.” Setelah Sakyamuni Buddha bernamaskara kepada tulang-belulang, Beliau menjawab pertanyaan siswa : “Oh Buddha, Engkau sangat mulia, namun mengapa bernamaskara kepada tulang-belulang di pinggir jalan ?” Dharmaraja memberitahu semua, asalkan berjodoh untuk berjumpa, semua adalah orangtua atau kerabat Anda di kehidupan lampau, “Orang yang belajar Buddha melatih hatinya, yang dilatih berasal dari hati, maka hati ini harus lapang.”
“Biksu Sutrayana melatih sifat”, Dharmaraja menjelaskan apa itu melatih jiwa, jiwa adalah tubuh, tubuh terdiri dari air, api, prana, nadi tengah adalah jiwa, “Bhavana jiwa, melatih jiwa dapat menghimpun prana menghasilkan wujud, saat Anda muncul, orang lain bisa melihat, saat Anda mengeluarkan roh, orang lain bisa melihat Anda.” Dharmaraja menekankan, melatih sifat adalah tidak berwujud, oleh karena itu, Tantra melatih sifat dan jiwa, keduanya dilatih secara bersamaan, “Jiwa adalah Sadhana Internal, sifat adalah kontak yoga dengan Istadevata, berbhavana sampai kontak yoga dengan Istadevata, Anda pun bisa mencapai Buddhaksetra, tidak ada masalah, Istadevata akan datang menjemput Anda untuk terlahir di Buddhaksetra, saat itu Anda tidak berwujud.”
Ada juga jenis makhluk halus yang hanya memiliki sifat, dia tidak berwujud, Anda tidak bisa melihatnya. Makhluk halus yang memiliki daya lebih besar juga punya nyawa, ia bisa menampakkan diri, sedangkan makhluk halus yang tidak bisa menampakkan diri berarti tidak berwujud, ia hanya punya sifat, sedangkan makhluk halus yang bisa menampakkan diri berarti punya sifat dan nyawa.
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre, dalam teks disebutkan, “Anubhava bertambahnya daya amrta”, Dharmaraja menjelaskan, ini adalah dua metode bhavana dan dua anubhava : “Yang satu adalah melihat matahari trisahasralokadhatu, anubhava berupa sinar merah ; Yang satu melihat rembulan trisahasralokadhatu, anubhava berupa sinar putih melingkar-lingkar.” Oleh karena itu, nadi tengah yang paling penting, ada juga nadi kanan ( Memperoleh bagian darah dari ibu, dan ada di cakra svadhisthana ), yang satu adalah nadi kiri, “Gunakan daya dari nadi kanan Anda untuk meningkatkan prana, air, dan darah ini.” Dharmaraja menjelaskan, darah ini mesti bertambah, kemudian daya adhisthana terus sinambung, anubhava semacam ini bisa melihat matahari trisahasralokadhatu.
“Memperoleh bodhi putih dari ayah”, Dharmaraja melanjutkan, “Apa itu bodhi putih ? Yaitu bindu. Memperoleh bodhi putih dari ayah, ada di cakra ajna : Ini adalah air, di cakra ajna ini menggunakan daya nadi kiri untuk menyerap dan mempertahankan, daya di lokasi ini terus bertambah, saat itu bodhi putih Anda akan bertambah.” Gunakan sembilan tahap pernapasan Buddha dapat meningkatkan dan memanfaatkan nadi, prana, dan bindu, serta meningkatkan bodhi putih dan bodhi merah Anda, “Oleh karena itu, Guru Lu selalu merasa diri sendiri masih berusia 20 tahun, masih ada banyak air liur, banyak bindu, bindu putih dan bindu merah bertambah, tubuh saya memancarkan sinar putih.”
Artikel Dharmadesana lengkap dapat disimak melalui tautan True Buddha News di bawah ini:
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1237.htm