15 November 2020 Upacara Agung Homa Vajrasattva di Rainbow Temple
【Liputan TBS Lianhua Renhe】
Vajrasattva Dharmarajaputra Pancadhyani Buddha Merepresentasikan Vajradhara
Pada tanggal 15 November 2020, bertempat di Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat, Dharmaraja Liansheng Lu Shengyan memimpin Upacara Agung Homa Vajrasattva (Jingangsaduo), usai upacara, saat Berdharmadesana, Dharmaraja mengungkapkan, dahulu di India Selatan Nagarjuna Bodhisattva membuka stupa besi dan secara langsung melihat Vajrasattva, kemudian Vajrasattva mentransmisikan Vajradhatu Mandala dan Garbhadhatu Mandala kepada Nagarjuna Bodhisattva, semenjak saat itu Tantra tersiar ke alam manusia.
Vajrasattva merupakan pemimpin spiritual Tantra, merupakan perwujudan Bodhicitta Pancadhyani Buddha, Dharmakaya adalah Vajracitta Bodhisattva (Jingangxin Pusa), dan sambhogakaya adalah Vajrasattva. Menekuni Caturprayoga sampai kontak yoga dengan Vajrasattva berarti juga kontak yoga dengan semua makhluk suci Tantra.
Dharmaraja Liansheng pernah langsung berjumpa dengan Vajrasattva, yang menganugerahkan gelar: "Pemimpin Tantra Vajra Mantraloka". Ikrar Vajrasattva adalah: "Apabila insan yang telah berbuat lima pelanggaran tak terhingga, merusak sumpah samaya, begitu mereka mendengar Nama-Ku, tulus kepada-Ku, menjapa Mantra Sataksara, maka semua karma buruknya akan bersih tanpa sisa."
Setelah Kontak Yoga Dengan Guru Boleh Mohon Abhiseka Istadevata, Dharmapala, dan Sadhana Internal
Berikutnya, Dharmaraja menjawab pertanyaan siswa. Siswa dari Malaysia bertanya, setelah kontak yoga dalam Sadhana Guruyoga (Sadhana Padmakumara Yoga), bolehkah memohon Abhiseka Dharmapala?
Dharmaraja menjawab: "Boleh, setelah kontak yoga dengan Guru, tidak hanya boleh menekuni Sadhana Dharmapala, namun juga boleh memohon abhiseka tingkat kedua, yaitu untuk Sadhana Internal."
Siswa dari Taiwan bertanya, saat memasuki samadhi, di manakah letak perbedaan antara bersamadhi pada satu dan sunya? Dharmaraja menjelaskan menggunakan matematika sebagai contoh, bersamadhi pada satu adalah satu, sedangkan sunya adalah nol, saat bersamadhi pada satu dan bahkan satu pun tiada, itulah sunya.
Ada siswa dari Taiwan yang menanyakan 3 pertanyaan: 1. Saat tahap "Memasuki Aku dan Aku Memasuki", bolehkah mendengar musik untuk membantu merilekskan diri supaya bisa masuk samadhi? 2. Sarana puja bagi Kurukulla Bhagavati diutamakan berwarna merah, bolehkah menggunakan sarana puja berwarna merah muda atau magenta (merah keunguan)? 3. Jika lokasi menekuni Sadhana Dhumapuja menghadap Kuil Hantu Youyingong, apakah akan bermasalah?
Dharmaraja menjawab:
Saat tahap: "Memasuki Aku dan Aku Memasuki" atau sesi meditasi, boleh mendengarkan suara hujan, suara air, maupun suara musik untuk membantu mempermudah masuk samadhi, saat telah masuk samadhi bahkan suara musik pun akan tiada.
Sarana puja untuk Kurukulla Bhagavati boleh berwarna merah, merah muda, maupun magenta.
Saat Sadhana Dhumapuja, jika di depan ada Kuil Hantu Youyingong, asalkan sadhaka berhasil mengundang Caturbhujalokesvara dan melakukan simabandhana dengan baik, maka tidak akan ada pengaruh, selain itu, Dhumapuja bisa digunakan untuk memberikan persembahan kepada para Buddha dan Bodhisattva, gunakan bubuk dhumapuja yang berkualitas baik, maka kelak dalam jalan bhavana tidak ada rintangan dan mudah mencapai keberhasilan.
Empat Jenis Dhyana Rupadhatu Bhavana Bertahap Melampaui Sukha
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre "Bersamadhi pada Om", Dharmaraja membabarkan anubhava caturdhyana.
Pada dhyana pertama, ada 8 sensasi: gerak, gatal, dingin, panas, ringan, berat, halus, kasar, ada rasa nikmat, hilang sensasi pengecap dan penciuman. Pada dhyana kedua, ada rasa nikmat dan bahagia, tidak merasakan dingin dan panas, tidak goyah, tidak terpengaruh segalanya. Pada dhyana ketiga, mulai meninggalkan rasa kenikmatan, mencapai kondisi ekagra, meninggalkan rasa nikmat tubuh, menghasilkan sukacita dari Buddhata. Pada dhyana keempat, samadhi suci upeksha sempurna, melampaui sukha, dalam kondisi fokus, telah merealisasi samatajnana, tiada cinta dan benci, tiada musuh, orang baik maupun orang jahat semua dibimbing.
Dharmaraja mengingatkan siswa, sampai pada dhyana keempat mesti hati-hati, jika tidak mengetahui apa itu nirvana, maka akan sangat mudah membangkitkan kesombongan, dan kesombongan adalah mara, yang paling parah akan langsung terjerumus ke alam neraka.
Dharmaraja mengingatkan umat manusia, Acarya yang diikuti nomor satu atau malah nomor buntut, gunakan kebijaksanaan untuk mengamatinya dengan sebaik-baiknya. Yang memiliki kemampuan, yang memiliki pencapaian rohani, dan yang ajarannya sangat jelas barulah merupakan Acarya yang baik, jangan ikut dengan membuta. Di Tibet, seorang siswa yang hendak mencari Guru, atau Guru yang hendak menerima siswa, mesti saling mengamati selama 3 tahun, dan setelah bersarana mesti belajar dengan sebaik-baiknya kepada Guru, tidak boleh ragu.
Artikel lengkap Dharmadesana, dapat disimak melalui True Buddha News (Bahasa Mandarin):
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1301.htm