《Liputan TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple》
Hari ini adalah akhir pekan sebelum Natal, nampak pemandangan di luar vihara cikal bakal menjadi meriah oleh balon dan lampu Natal, warna-warni lampu Natal terhampar laksana samudra cahaya, menambah semarak malam hari di Seattle. Istadevata pujabakti hari Sabtu kali ini adalah Cundi Bhagavati.
Berjalan menyusuri cahaya rembulan malam yang penuh kemeriahan Natal, di tengah penantian dan sukacita segenap siswa, Mahaguru dan Gurudara melangkah masuk bhaktisala vihara cikal bakal untuk memulai kegiatan pujabakti malam hari ini.
Usai pujabakti yang berjalan dengan khidmat, seperti biasanya, Mahaguru menggunakan berbagai bahasa dengan ramah menyapa segenap umat di arena dan semua yang menyaksikan melalui siaran langsung internet. Terlebih dahulu, Mahaguru memperkenalkan Istadevata pujabakti malam hari ini, Mahacundi Bhagavati, dahulu sering mengucapkan: "Bernamaskara dan bersarana kepada Susiddhi, sembah puja kepada Mahacundi.", Susiddhi adalah sila yang dibabarkan oleh Sang Buddha. Pada masa akhir Sang Buddha di dunia saha, Y.M. Ananda bertanya: "Kelak Sang Buddha mangkat, kita semua mesti berlindung kepada siapa?" Sang Buddha menjawab: "Berlindung kepada sila.", Susiddhi adalah sila, oleh karena itu, sila sangat penting. Cundi Bhagavati memiliki dua gelar vajra: Vijayavajra dan Parisuddhivajra, kekuatan dan kesucian Cundi Bhagavati paling unggul.
Barusan diputar video singkat publikasi buku terbaru Mahaguru oleh Tbboyeh (Zhenfoboyezang - 真佛般若藏), sekarang penerbitan buku Mahaguru sepenuhnya ditangani oleh Tbboyeh. Pada masa pandemi ini, penerbitan dan penjualan buku menjadi sangat sulit, namun yang mengherankan adalah, penjualan buku Mahaguru justru lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Mahaguru memuji kemampuan publikasi dari Pengacara Zhou Huifang (周慧芳律師). Mahaguru berharap supaya setiap siswa Zhenfo Zong menjadi wiraniaga, semua berupaya menyebarluaskan setiap buku Mahaguru untuk menyadarkan para insan di dunia.
Berikutnya adalah sesi yang paling dinantikan, "Anda Bertanya Aku Menjawab"
Siswa bertanya:
Pertanyaan 1:
Mohon Mahaguru membabarkan fungsi dari delapan hewan di dalam kapala yang dipegang delapan lengan kanan Hevajra, dan bagaimana menggunakannya dalam ritual? (Dalam 8 Kapala lengan kanan Hevajra terdapat hewan antara lain: Gajah putih, kuda hijau, keledai merah, kerbau merah, unta abu-abu, singa hijau, dan kucing merah.)
Mahaguru menjawab:
Hevajra memiliki 16 lengan, semua memegang kapala, di dalamnya terdapat gajah putih, Prthivi Kuning, kuda hijau, Varuna Putih, keledai merah, Agni Merah, kerbau merah, Vayu Hijau, unta abu-abu, Candra Putih, manusia merah, Surya Merah, singa hijau, Indra Hijau, kucing merah, Jambhala Kuning.
Makna utama dari 8 hewan melambangkan sadhaka yang menekuni Hevajra dapat mengundang Hevajra, sehingga 8 hewan itu melindungi dan mendukung, dan sadhaka terbebas dari gangguan binatang liar. Dapat mencegah bahaya binatang buas. 8 Hewan ini tidak digunakan untuk sadhana, namun ia merupakan lambang, hanya dibabarkan mengenai fungsi dari 8 Dewa dan 8 hewan, yaitu menyingkirkan semua penyakit, melindungi dari bahaya binatang buas, menganugerahkan semua harta, mencapai 8 mahaleluasa, menguasai langit, bumi, rembulan, dan matahari.
Pertanyaan 2:
Apa fungsi dari manusia merah di dalam kapala? Bagaimana menggunakannya dalam ritual? Manusia merah ini yang dimaksud adalah siapa? Apakah pawang binatang, manusia liar, ahli mantra, sadhaka, atau orang yang istimewa?
Mahaguru menjawab:
Manusia merah adalah orang yang melakukan abhicaruka. Dalam Tantra ada pujana merah, yaitu persembahan berupa darah hewan, digunakan sebagai pujana bagi Dewa Vajra saat melakukan abhicaruka. Ada juga pujana lima daging segar, di dalamnya masih terdapat darah merah, di dalam pancamrta juga ada darah. 8 Dewa dan 8 Hewan dalam kapala ini bukan digunakan untuk bersadhana satu-persatu, melainkan dalam kehidupan bhavana sadhaka, 8 Dewa dan 8 hewan ini bisa membantu sadhaka untuk menyingkirkan semua penyakit, melindungi dari bahaya binatang buas, menganugerahkan semua harta, mencapai 8 mahaleluasa, menguasai langit, bumi, rembulan, dan matahari.
Siswa bertanya:
Dalam buku Mahaguru: "Jīn Gāng Nù Mù Jí" (金剛怒目集), disebutkan kelak akan membabarkan sadhana dari Kumarakadeva, Padmakumara, dan Pingalakumara, sekarang Mahaghuru telah mentransmisikan Kumarakadeva dan Padmakumara, apakah Mahaguru mempertimbangkan kelak akan mentransmisikan Pingalakumara?
Mahaguru menjawab:
Pingalakumara adalah Kumara Daun Seroja, yaitu putra dari Hariti, disebut juga Pingaladeva. Beliau ada dalam jajaran 20 Dewata di sala luar Persamuhan Siddhikaya Vajradhatumandala, posisinya ada di selatan, wujud samaya adalah lidah api. Ada persembahan khusus, yaitu: keju, nasi keju, buah yang manis dan renyah, dan onde sukacita (onde yang terbuat dari tsampa yang dibentuk bulat). Pujana yang sesuai tata Dharma mesti membakar gaharu, dan menjapa Dharani sebanyak 100,000 kali, barulah Kumara ini akan datang menampakkan diri.
Menjapa Dharani ini tidak akan diganggu oleh semua roh jahat. Mantra-Nya: "Om. Biezha. Piniyunjia, Suoha" mesti dijapa 100,000 kali. Pahat pratima-Nya, bagian kepala ada banyak kucir, berwujud kumara, tangan memegang bilva, tangan satunya membentuk mudra varada, kumara ini duduk di atas daun seroja. Kadang dibuat dengan satu kucir sudah cukup, satu kucir merepresentasikan ia adalah seorang kumara. Wujudnya, di bagian atas kepala ada lima kucir, berparas sempurna, tubuh berhiaskan aneka permata, duduk dengan kaki bersilang di atas daun teratai, tangan kanan memegang bilva, tangan kiri mudra varada.
Asalkan Kumara Daun Seroja menampakkan diri, persoalan apa pun yang Anda tanyakan kepada Beliau, Beliau akan menjawab Anda, pada umumnya adalah persoalan di dunia saha. Memuja Kumara Daun Seroja juga perlu menghimpun berkah kebajikan, berkat berkah kebajikan ini, kelak dapat mencapai keberhasilan bhavana. Kumara Daun Seroja cenderung mudah menampakkan diri, sebab Beliau tergolong dalam tingkat Dewa. Hariti tergolong dalam golongan Dewata. Hariti adalah Dewi Ibu Makhluk Halus, putranya adalah Kumara Daun Seroja, namanya adalah Pingala, oleh karena itu mantranya: "Om. Biezha. Piniyunjia. Suoha", ini tergolong dalam sadhana lokiya biasa, bukan Sadhana Lokuttara. Jika hendak belajar sadhana lokiya ini, mesti datang kemari menerima abhiseka, Mahaguru akan babarkan untuk Anda.
Siswa bertanya:
Memohon kepada Mahaguru, supaya dalam Dharmadesana selanjutnya dapat mengupas isi dari "Y.A. Atisa, ajaran yang terunggul di antara semua ajaran." Terima kasih Mahaguru!
Mahaguru menjawab:
Menurut Y.A. Atisa, ajaran yang terunggul di antara Buddhadharma adalah: "Bodhicitta". Y.A. Atisa memiliki sangat banyak Guru, tiap kali Y.A. Atisa akan menyebut nama setiap Guru-Nya, Beliau akan beranjali, namun begitu menyebut nama Suvarnadvipa Dharmakirti, Y.A. Atisa tidak hanya beranjali, bahkan juga menempatkannya di puncak kepala. Di antara Guru-Guru, Beliau paling menghormati Suvarnadvipa Dharmakirti yang mentransmisikan ajaran Bodhicitta kepada Beliau. Apa itu Bodhicitta? Yaitu, ikrar Bodhicitta, pengamalan Bodhicitta, dan Bodhicitta sempurna.
Y.A. Atisa dan Sakyamuni Buddha pernah mengatakan, tanpa hati welas asih, segala metode yang dipraktikkan tidak akan berarti apa-apa, tanpa welas asih, semua sadhana yang ditekuni tidak akan ada artinya, oleh karena itu, selama masih mempunyai rasa dengki, cemburu, dendam dan benci, mempraktikkan metode apa pun tidak akan ada artinya. Ini sangat penting!
Diri sendiri dan insan lain adalah setara, semua makhluk adalah setara, tidak peduli siapa pun, semua setara, musuh dan orang terdekat pun juga setara, orang yang hubungannya jauh dengan Anda, bahkan orang yang tidak ada hubungannya dengan Anda, sesungguhnya semua adalah setara. Terlebih dahulu, bangkitkan sikap batin demikian, baru bisa membimbing semua makhluk. Tanpa membangkitkan sikap batin demikian, bagaimana bisa membimbing insan lain? Hanya bisa membimbing insan dalam jumlah terbatas, hanya bisa membimbing keluarga sendiri. Oleh karena itu, pertama, diri sendiri dan insan lain setara, inilah yang diajarkan oleh Suvarnadvipa Dharmakirti kepada Y.A. Atisa.
Kedua, adalah tonglen. Di saat Anda mencelakai seseorang, renungkanlah: "Orang yang akan aku celakai sesungguhnya adalah diriku sendiri.", apakah dengan demikian Anda tega mencelakainya? Tidak akan tega, timbul rasa welas asih. Ajaran utama yang diajarkan oleh Suvarnadvipa Dharmakirti kepada Y.A. Atisa adalah: "tonglen". Saat diri sendiri membenci orang itu, ingin mencelakai orang itu, langsung renungkan tonglen, bagaimana jika diri sendiri menjadi orang itu. Saat ia Anda celakai, bagimana perasaannya? Setelah memahami hal ini, Anda bisa mengampuni orang lain, muncul rasa welas asih, inilah tonglen.
Kenapa agama Buddha juga mengajarkan vegetarian? Hewan dipelihara sampai besar, kemudian disembelih, apakah hewan suka disembelih? Orang yang benar-benar belajar Buddha memiliki welas asih, mereka bervegetarian demi mengembangkan welas asih, oleh karena itu Sutrayana tidak mengonsumsi daging, mereka memiliki alasannya sendiri. Meskipun dalam Tantra boleh mengonsumsi daging, namun sebelum makan mesti lakukan penyeberangan dan persembahan, ini merupakan metode untuk membebaskan kesadaran hewan tersebut.
Ajaran utama yang ditransmisikan oleh Suvarnadvipa Dharmakirti kepada Y.A. Atisa adalah Bodhicitta, ada Bodhicitta sempurna atau Anuttarabodhicitta, Bodhicitta sampannakrama, sangat penting. Di antara semua Buddhadharma yang diajarkan oleh Y.A. Atisa, yang paling unggul adalah Bodhicitta, kesetaraan antara diri dengan yang lain, tonglen, di dalamnya terkandung dua jenis kebijaksanaan, yaitu samatajnana, dan Mahapurnajnana. Mahapurnajnana ada dalam pengembangan Bodhicitta.
Dharmaraja Liansheng melanjutkan pengulasan Lamdre:
Mahaguru menjelaskan, pada paragraf ini disebutkan bahwa selama sadhaka belum mencapai keberhasilan, ia tidak akan mengetahui hal tersebut. Makna yang utama ada pada: Keberhasilan tidak diberikan dari luar, keberhasilan berasal dari hati diri sendiri, berasal dari tubuh, ucapan, dan pikiran diri sendiri, bukan diberikan pihak luar, bukan Istadevata yang memberikannya kepada Anda, melainkan hati Anda sendiri yang mencapai keberhasilan, diri sendiri memahami, hati diri sendiri memancarkan terang. "Tinggalkan kerisauan, mencapai Bodhi.", Bodhi direalisasikan oleh diri sendiri, bukan dari luar, oleh karena itu mesti meninggalkan kerisauan. Mencapai keberhasilan empat tujuan bhavana dan pancakaya, antara lain: Dharmakaya, sambhogakaya, nirmanakaya, satyakaya, vijayakaya.
"Mengetahui timbul dari batin sendiri", mengetahui bahwa itu semua diperoleh dari diri sendiri, dihasilkan oleh diri sendiri, mengetahui bahwa itu semua berasal dari batin diri sendiri, pikiran, prana bhavana, daka dan dakini, dihasilkan dari perpaduan nidana tersebut. Daka dan dakini adalah Bodhi Putih, Bodhi Merah, air dan api.
"Diketahui terlebih dahulu dari ajaran yang ditransmisikan oleh Guru", "pemahaman" yang disebutkan dalam slokha, "Melalui anubhava diri sendiri baru dapat diketahui", berarti setelah diri sendiri berbhavana mencapai keberhasilan, mengetahui bahwa kekuatan tersebut dihasilkan oleh tubuh diri sendiri. "Setelah mengetahuinya, slokha mengatakan: 'Tinggalkan keinginan'" Saat itu, diri sendiri telah memahami, tidak perlu menginginkannya, tinggalkan keinginan tersebut.
Apa itu, "Sikap batin tidak sejati"? Saat baru mulai bersadhana, masih tergolong tidak sejati, berbagai bentuk puja, seperti homa, sarana puja, persembahan, berbagai metode eksternal, semua adalah Dharma yang tidak sejati. Kita mempersembahkan makanan duniawi kepada Avalokitesvara Bodhisattva. Tentu saja diri sendiri merasa makanan tersebut enak, apakah Buddha Bodhisattva di sini akan memakannya? Itu adalah metode tidak sejati. Perwujudan ketulusan diri, mempersembahkan dengan tulus, mempersembahkan diri dan hati kepada para Buddha dan Bodhisattva. Seperti saat kita melakukan homa, ini juga sebuah ritus, keberhasilan yang sejati berasal dari batin diri sendiri, tidak berwujud.
Saat melakukannya, memusatkan perhatian, fokus. Saat membentuk mudra, visualisasi mudra-mudra tersebut, semua adalah simbol. Bhavana terlebih dahulu dimulai dari makna dalam simbolisme, memasuki sadhana internal, kemudian memasuki prana, nadi, dan bindu, kemudian menghasilkan terang. Pada akhirnya mencapai keberhasilan, diri sendiri akan mengetahuinya. Sesungguhnya meninggalkan semua yang tidak sejati, pada saat mencapai keberhasilan memahami: "Dharma Alamiah", sangat alamiah, setelah mencapai keberhasilan akan sangat alamiah.
Usai Dharmadesana yang sangat istimewa, Mahaguru berwelas asih mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani, dan mengabhiseka pratima Buddha. Kemudian Mahaguru berwelas asih menggunakan vyajanacamara untuk memberkati semua. Di penghujung kegiatan, Mahaguru dengan ramah menyampaikan perhatian beliau kepada segenap siswa. Udara di Seattle semakin dingin dan lembab, kenakan pakaian hangat, jaga diri dari flu. Beberapa hari lagi adalah hari Natal, dan akhir tahun, Mahaguru mengucapkan kepada semua: "Merry Christmas and Happy New Year." Segenap siswa Zhenfo dengan setulus hati memanjatkan doa, semoga di tahun yang baru, Mahaguru dan Gurudara sehat sentosa, setiap hari penuh kebahagiaan, segalanya dapat berjalan sesuai harapan.