【Liputan TBSN】
Pada tanggal 3 Januari 2021, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat menyelenggarakan upacara pertama di tahun 2021, Istadevata upacara adalah Maha Padmakumara Putih yang paling istimewa dalam Zhenfo Zong. Upacara ini dipimpin oleh Dharmaraja Liansheng.
Musim dingin berlalu, musim semi pun tiba, tahun demi tahun telah terjadi banyak perubahan, waktu yang telah berlalu tidak dapat terulang lagi, satu-satunya yang tidak berubah adalah jalinan hati antara Guru dan siswa. Begitu Dharmaraja tiba di homasala, beliau menyapa para siswa yang berpartisipasi dalam upacara melalui Zoom, semua meluapkan rasa rindu dan syukur kepada Dharmaraja.
Upacara homa berjalan dengan khidmat, sebelum Dharmadesana, semua menyaksikan video: "Japa Mantra 24 Jam Doa bagi Dunia", sungguh mengharukan dapat menyaksikan tempat ibadah di seluruh dunia bahu-membahu memutar Dharmacakra istimewa, segenap siswa di berbagai negara bersama menjapa mantra, berdoa bagi kesejahteraan dunia.
Saat Berdharmadesana, Dharmaraja secara khusus kembali melakukan pelimpahan jasa supaya semua tempat ibadah yang berpartisipasi dalam kegiatan japa mantra semakin berkembang dalam Dharmabakti, dan supaya para umat yang menjapa mantra dapat mencapai keberhasilan bhavana.
Berikutnya, Dharmaraja mengumumkan sebuah berita baik: Program Akademis Pertama Universitas Zhenfo Zong "Pendidikan Buddhis yang Komprehensif" telah resmi daring, dan mata pelajaran akan disampaikan dengan cara interaksi aktif melalui "Ruang Kelas Cloud", mengajak semua untuk berpartisipasi dan belajar bersama.
Minggu depan, tanggal 10 Januari 2021, pukul 3 sore adalah Upacara Homa Tara Peredam Wabah (Chuwenyi Dumu - 除瘟疫度母) di Rainbow Temple. Tara Peredam Wabah merupakan salah satu di antara 21 Tara. Saat ini kondisi pandemi di seluruh dunia sangat parah, bahkan virus bermutasi, oleh karena itu Upacara Homa Tara Peredam Wabah sangat penting, semua berharap supaya pandemi segera berakhir.
Hari ini, tanggal 3 Januari adalah Homa Padmakumara, Dharmaraja memanjatkan doa semoga sinar Padmakumara menerangi seluruh dunia, mengadhisthana supaya semua insan dalam kondisi sehat, segala harapan yang baik dapat terpenuhi, dan sraddha dapat menjadi kukuh, semoga semua tidak tertular wabah, semua setiap insan dilindungi oleh jala cahaya, supaya virus tersingkirkan di luar jala cahaya.
◎ Berikutnya adalah sesi: "Interaksi Adalah Kekuatan - Siswa Bertanya, Guru Menjawab"
Seorang siswa dari Indonesia bertanya: Di antara 21 Tara, Tara Peredam Wabah merupakan penjelmaan siapa?
Dharmaraja menjawab:
Perwujudan utama dari 21 Tara adalah Syama Tara (Tara Hijau / Lv Dumu - 綠度母). Avalokitesvara Bodhisattva berwelas asih terhadap semua makhluk di sadgati, Beliau menitikkan dua tetes air mata. Satu tetes menjelma menjadi Syama Tara, dan satu tetes yang lain menjelma menjadi Sita Tara (Tara Putih / Bai Dumu - 白度母). Syama Tara merupakan penjelmaan welas asih dari Avalokitesvara Bodhisattva.
Pertanyaan siswa dari Taiwan:
Pertanyaan (1) Dalam tiap pujabakti dan upacara, Mahaguru akan memperkenalkan makhluk suci atau Buddha Bodhisattva yang hadir, atau ada kerabat Buddha Bodhisattva tertentu yang hadir. Timbul pertanyaan dalam hati siswa, bukankah sinar spiritual Buddha dan Bodhisattva mahahadir? Kenapa bisa dikatakan "turun hadir", apakah ini berarti sebelum Buddha dan Bodhisattva turun di tempat tersebut tidak ada Buddha Bodhisattva?
Dharmaraja menjawab (1):
Menerangi semua, ini artinya mahahadir, namun pada saat homa, Mahaguru akan menekankan makhluk suci mana yang hadir, ini bukan berarti makhluk suci yang lain tidak hadir. Contohnya, hari ini adalah Homa Padmakumara, Istadevata pasti hadir bersama dengan para kerabat. Namun tentu saja waktunya tidak akan cukup bila hendak memperkenalkan semua makhluk suci yang hadir, kadang dalam sebuah upacara ada sangat banyak sinar bindu dari banyak makhluk suci yang terpotret, namun tidak sempat untuk diperkenalkan satu-persatu.
Pertanyaan (2) Napas awam disebut prana upaya, saat prana upaya sadhaka masuk nadi tengah akan menjadi prana prajna, dan nadi tengah adalah nadi imajiner. Apakah prana prajna adalah udara yang berwujud atau tidak berwujud? Apakah prana dan hati yang manunggal disebut prana prajna?
Mahaguru menjawab (2):
Napas awam disebut prana upaya, prana upaya merupakan prana yang tidak masuk nadi tengah, prana yang masuk nadi tengah adalah prana prajna. Meskipun nadi tengah adalah nadi imajiner, mesti bervisualisasi bagian dalam tubuh adalah kosong, muncul tiga ruas nadi: Nadi tengah, nadi kiri, dan nadi kanan, yang bertemu di avadhuti bawah, visualisasi dua prana masuk nadi tengah. Saat ini bukan suatu hal yang nyata, namun kelak di saat sadhana telah matang, akan menjadi sejati. Buddhadharma menggunakan yang palsu untuk mencapai kesejatian, tiga nadi yang semula imajiner, dengan adanya prana yang masuk, pada akhirnya menjadi sejati. Bahkan semua nadi menjadi sejati.
Pertanyaan terakhir, dari siswa di Taiwan:
Bagaimana cara mengatasi perundungan yang dilakukan oleh teman sejawat di lingkungan kerja? Saat bersadhana di rumah, selalu muncul gambaran pengalaman saat diperlakukan dengan tidak adil, makin bersadhana kebencian semakin besar, sampai pada akhirnya saya melampiaskan amarah kepada keluarga. Mohon petunjuk Mahaguru, apa yang harus saya lakukan? Sebab menghadapi persoalan ini sangat sukar bagi saya untuk membangkitkan sikap batin maitri, karuna, mudita, dan upeksha.
Dharmaraja menjawab dengan welas asih: Kondisi semacam ini disebut melampiaskan amarah kepada yang tidak bersalah, melampiaskan amarah terhadap rekan sejawat kepada anggota keluarga. Dharmaraja mengenang, di masa kecil pernah mengalami perundungan, ditindas karena tubuhnya kecil. Dari sudut pandang umum, bisa berlatih ilmu bela diri untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Namun dari sudut pandang Buddhis, mesti mengamalkan maitri tak terhingga, karuna tak terhingga, mudita tak terhingga, dan upeksha tak terhingga. Ini merupakan saat yang paling baik untuk mengamalkan ksantiparamita, dari sinilah laku Bodhisattva sadparamita dimulai.
◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Sunya jenis pertama ada kelemahannya, sebab masih melekati atribut, hanya memvisualisasikan sunya. Sunya pertama adalah visualisasi diri sendiri menjadi Istadevata, menjapa Mantra Hati Istadevata, bertransformasi menjadi sunya. Enam perhiasan, contohnya adalah Vajrasattva yang mengenakan enam macam perhiasan, antara lain terpasang pada kedua lengan, kedua kaki, di depan dada, kedua tangan, kedua telinga, dan sabuk. Sunya yang beratribut merupakan hasil visualisasi, dan ada kekurangannya.
Inti dari sadhana ada pada visualisasi Vajrasattva dengan jelas, beserta perhiasan yang dikenakan: Mahkota ratna, anting, kalung, cincin, gelang, dan sabuk (merepresentasikan Vidyarajni Prajna). Berikutnya visualisasi Vajrasattva menetap di puncak kepala, duduk di atas padmasana putih berkelopak seribu. Visualisasi tangkai padma menembus tubuh sadhaka melalui puncak kepala, visualisasi amrta Vajrasattva dan Vidyarajni mengalir melalui svadhisthana, masuk ke dalam tubuh sadhaka melalui tangkai padma. Amrta berwarna putih susu, mengalir memenuhi sekujur tubuh, semua karmavarana di sekujur tubuh berubah menjadi serangga kecil yang keluar melalui setiap pori tubuh, tubuh mengalirkan cairan karmavarana hitam. Kemudian visualisasi bumi merekah, di bawah ada Yama dan semua penagih utang karma, mereka semua membuka mulut, semua karma hitam masuk ke mulut Yama dan penagih utang karma, kemudian bumi menutup kembali. Ini adalah metode visualisasi Sadhana Gabungan Vajrasattva dengan Mulacarya.
Pada saat tubuh menjadi bersih seperti tubuh cahaya, memasuki kondisi hati dan prana manunggal, sadhaka memasuki samadhi, bertansformasi menjadi sunya, ini disebut: "Utpattikrama menjadi kukuh", menjadi lebih kukuh.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja kembali menyapa para siswa di Zoom, semua saling berpamitan. Di penghujung acara, Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Maha Padmakumara Putih kepada segenap siswa di lokasi, dengan demikian, upacara homa yang penuh dengan Dharmasukha dan daya adhisthana telah usai dengan sempurna.