2 Januari 2021 Pujabakti Sadhana Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Liputan TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Pada tanggal 2 Januari 2021, diselenggarakan pujabakti pertama pada tahun 2021 di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺) dengan Padmakumara ( Lianhuatongzi - 蓮花童子 ) sebagai Istadevata. Dikarenakan pada tahun 2020 seluruh dunia dilanda pandemi Covid-19, maka pada tanggal 1 Januari 2021 pukul 8 malam, True Buddha Foundation ( TBF ) menggelar kegiatan estafet 24 jam japa Mantra Hati Padmakumara Doa bagi Dunia, memutar Dharmacakra nan agung. Pada saat melimpahkan jasa dalam pujabakti tanggal 2 malam hari, Mahaguru berdoa memohon Buddha memancarkan sinar adhisthana menerangi Jambudvipa dan seluruh bumi, serta memanjatkan permohonan bagi perdamaian dunia, meredam wabah, supaya setiap insan dapat hidup normal kembali, setiap insan sehat dan bahagia, kehidupan menjadi damai sejahtera.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa bertanya :
Semasa hidupnya, Guangong telah lama berkecimpung di medan perang, telah membunuh musuh tak terhingga banyaknya, tapi bagaimana bisa dipuja sebagai Dewa oleh umat manusia ?
Mahaguru menjawab :
Dalam kepercayaan rakyat, Guangong sangat dijunjung tinggi, di Taiwan disebut sebagai Enzhugong (恩主公), di Hong Kong dan Guangdong dipuja sebagai Dewa Rezeki, di dalam toko juga memuja Guangong. Bahkan ada yang menghormati Guangong sebagai Kaisar Giok ( Yuhuangdadi - 玉皇大帝 ), yang disebut sebagai Xuanling Gaoshangdi (玄靈高上帝) adalah Guangong.
"Sumpah Persaudaraan Taman Persik" merupakan peristiwa dalam sejarah tiga negara yang sangat dikenal oleh banyak orang. Guangong merepresentasikan loyalitas dan integritas, Beliau loyal terhadap Liu Bei dan Shu Han ( kerajaan yang dipimpin oleh Liu Bei ) ; Beliau memiliki integritas, melindungi istri dari Liu Bei, melewati lima rintangan dan mengalahkan enam jenderal, sehingga dimuliakan oleh khalayak.
Agama Buddha Tiongkok menghormati Beliau sebagai Sangharamapala. Dalam meditasinya, Mahabiksu Zhizhe melihat Guangong mengepalai sangat banyak bala tentara untuk melindungi agama Buddha, oleh karena itu beliau mempersemayamkan Guangong sebagai Dharmapala Buddhis. Dalam kepercayaan rakyat, masyarakat menghormati para pahlawan, seperti Wufuqiansui (五府千歲),Yue Fei (岳飛) dan lain sebagainya, menjadi Dewa di kalangan rakyat, beliau semua memiliki satu kesamaan, yaitu loyalitas dan integritas.
Siswa bertanya :
Dalam Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, setelah napas masuk melalui kedua lubang hidung, kemudian naik ke puncak kepala, apakah pergerakan prana mengandalkan visualisasi, atau secara jasmani memang bisa demikian ?
Mahaguru menjawab :
Terlebih dahulu bervisualisasi, gunakan pikiran untuk memandu prana. Masuk melalui kedua lubang hidung, turun menyusuri nadi kiri dan nadi kanan, kemudian masuk ke nadi tengah, naik menyusuri nadi tengah menuju puncak kepala, namun karena puncak kepala belum terbuka, maka prana turun lagi, kemudian kembali menyusuri nadi kiri dan nadi kanan, dan keluar melalui kedua lubang hidung. Gunakan pikiran untuk memandu prana yang dihirup, bersirkulasi ke atas kemudian turun lagi. Kelak saat pikiran, visualisasi, dan prana manunggal, jasmani akan mewujudkannya.
Siswa bertanya :
Apa kiat dari Vajrajapa ? Bagaimana melakukannya ? Apakah bisa diperagakan ?
Mahaguru menjawab :
Cara melakukan Vajrajapa tidak bisa diperagakan, sebab Vajrajapa menggunakan pikiran yang tidak nampak oleh mata jasmani.
Dalam buku "Petuah Asal Buddhaloka" disebutkan kiat dari Vajrajapa sebagai berikut : "Melatih prana menggunakan Mantra Triaksara 'Om. Ah. Hum'. Menggunakan teknik masuk, menetap, keluar. Visualisasi Vajrasattva transparan dan terang, di dalamnya terdapat tiga nadi dan semua cakra. Fungsi : Dapat membuka simpul semua nadi, dan dapat membuka semua cakra.
1. Melatih prana sirkulasi atas. Visualisasi pada cakra anahata terdapat padma cakra candra, di atasnya terdapat aksara "Hum" biru, merupakan tanda 'menetap'. Prana masuk berupa aksara 'Om', masuk ke cakra anahata menjadi aksara 'Ah' dan menetap. Prana keluar berwujud aksara 'Hum'.
Kiat : Menahan napas, makin panjang makin baik. Prana yang masuk dan keluar pendek. Setelah ditekuni dalam waktu lama, hanya ada menetap, tidak ada keluar dan masuk.
2. Melatih prana sirkulasi bawah. Aksara 'Hum' warna putih di cakra anahata. Prana masuk melalui Vajra Guhya, saat masuk berwujud aksara 'Om'. Saat menetap di cakra anahata berupa aksara 'Ah'. Prana keluar melalui Vajra Guhya, menjadi aksara 'Hum'.
Kiat : Prana menetap, semakin panjang semakin baik. Napas keluar dan masuk menggunakan pikiran. Setelah menekuni dalam waktu lama, bagian bawah nadi tengah akan terbuka. Dapat menyalakan kundalini. Menghasilkan tanda hangat.
3. Melatih prana sirkulasi atas dan bawah..."
Oleh karena itu, sesuai dengan yang baru saya katakan, silakan Anda baca dengan teliti, jika ada yang tidak dimengerti, boleh ditanyakan. Selain itu, juga dibahas dalam Dharmadesana di Rainbow Temple dengan judul : "Vajrajapa Dapat Mengubah Nasib dan Peruntungan", dalam buku "Kiat Jalan Moksa" juga ditulis.
Siswa bertanya :
Dalam Dharmadesana Mahaguru dikatakan Simabandhana Diri boleh dilakukan menggunakan Dharmapala masing-masing, mohon tanya, dalam Simabandhana Mahabala Vajra bagaimana cara memudrai cakra ajna ?
Mahaguru menjawab :
Untuk memudrai cakra ajna gunakan "Boru", yaitu Vajrapani Bodhisattva. Berikut Mudra Vajrapani Bodhisattva ( Mahaguru memperagakan ), memudrai cakra ajna, cakra visuddha, cakra anahata, bahu kiri, dan bahu kanan, kemudian kembali ke puncak kepala untuk dileraikan. Berikutnya visualisasi Vajrapani Bodhisattva melindungi sadhaka. Saat itu Guru hanya mengajarkan saya untuk menggunakan "Om. Borulanzheli." 7 kali untuk memudrai cakra ajna dan lainnya.
Jika hendak menggunakan Dharmapala sendiri, atau menggunakan Mahabala Vajra untuk Simabandhana Diri, tidak ada gerakan memudrai cakra ajna, tapi Anda bisa memudrai pakaian yang hendak Anda kenakan. Sebelum mengenakan pakaian, bentuk Mudra Kepal Kuat, japa : "Om. Mahabalaya. Hum Hum Pei." 7 kali, kemudian kenakan pakaian, dengan demikian sudah menjadi Simabandhana Diri.
Siswa bertanya :
Mohon petunjuk Mahaguru, bagaimana melatih hirup prana, reguk cairan dan anasrava ?
Mahaguru menjawab :
Apa itu hirup prana ? Napas biasa bukan tergolong hirup prana, sebab napas hanya dihirup sampai tenggorokan, embusan napas juga sangat pendek, sedangkan hirup prana yang sejati adalah napas penuh, hirup napas panjang prana dapat menetap di avadhuti tengah ( cakra anahata ) atau cakra manipura, jika ada prana yang menetap, barulah disebut hirup prana.
Apa itu reguk cairan ? Ujung lidah menempel langit-langit mulut, atau gunakan lidah untuk mengaduk di sela gigi, supaya menghasilkan ludah. Gunakan lidah untuk mengaduknya, diaduk sampai menjadi busa, kemudian ludah tersebut ditelan, inilah yang dimaksud dengan reguk cairan. Terlebih dahulu dimulai dari mereguk tiga kali, kemudian sembilan kali, sebelum bersadhana lakukan reguk sebanyak sembilan kali.
Reguk cairan ini sangat baik untuk tubuh dan lambung, sebenarnya air ludah adalah hormon atau bindu. Jika Anda sering reguk cairan, di saat cairan tersebut mengalir sampai ke organ dalam tubuh, akan menghasilkan fungsi perlindungan.
Dalam karya tulis Mahaguru, telah tak terhitung banyaknya dibahas perihal penekunan Sadhana Anasrava, Anda bisa membacanya dalam "Diktat Hevajra", "Xiǎoxiǎo chánwèi" ( 小小禪味 ), dan lain-lain. Secara sederhana, Sadhana Anasrava menggunakan prana sirkulasi bawah untuk menahan dan mengangkat bindu yang hendak tiris. Tahan napas, Hum panjang, Hum pendek, Hum yang ditahan dan diangkat ( Mahaguru memperagakan ), atau langsung mengalihkan perhatian pada hal lain.
◎ Dharmaraja Liansheng Melanjutkan Pengulasan Lamdre.
"Saat nampak pada loka himpunan menengah, menyembuhkan sunya membangkitkan rivalnya, gunakan catvarismrtiupasthanani. 'Pelatihan tak tiris'seperti sebelumnya, slokha : 'catvarismrtiupasthanani' terutama bergantung pada anubhava hati."
Tiga loka himpunan, antara lain : Loka himpunan awal, menengah, dan akhir, dan yang dibahas di bagian ini adalah himpunan menengah. Yang dimaksud dengan "Anubhava hati" adalah anubhava pikiran. Apa itu hati ? Vijnaptimatra khusus membahas hati. Ada delapan kesadaran : mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran, manas, dan alaya, ini tergolong anubhava hati. Berdasarkan anubhava pikiran, pikiran adalah pikiran untuk menyembuhkan. Contoh tindakan menyembuhkan adalah : saat tenggorokan serak, makan permen pelega tenggorokan, saat demam minum obat penurun demam.
【 Menetap, yang muncul berpadu dengan sunya 】Menetap yang tertinggi adalah menetap pada Dharma alamiah. Ada dua macam menetap yang paling penting : Pikiran menetap pada Buddhata, yang kedua adalah pikiran menetap pada Dharma alamiah. Menetap pada sunyata, membuktikan bahwa Anda telah tercerahkan, pada saat itu semua klesha dan kemelekatan telah terobati. Segala yang muncul dalam benak sadhaka akan saling berpadu dengan sunyata, yang dimaksud berpadu adalah pada saat sesuatu muncul mesti divisualisasikan sebagai sunya.
【 Slokha : "Menutup kondisi" 】Di saat muncul kondisi tertentu, gunakan sesuatu untuk menutupinya, ini disebut "Menutup kondisi".
【 Singkat kata, meskipun menetap pada sembilan sunya, dalam anubhava sadhaka, membangkitkan sunya sebelumnya 】Dalam kondisi sunya, gunakan metode di bawah ini untuk menutupi sunya.
【 1, Melebur dalam aksara "A" prajna, menutup sunya darsana 】Gunakan aksara "Ah" untuk menutup sunya darsana.
【 2, Melebur dalam aksara "Ah" intisari, terbebas dari sunya dua kemelekatan 】Gunakan aksara Ah intisari untuk memutuskan kemelekatan ago dan kemelekatan Dharma.
【 3, Melebur dalam nadi perpaduan kelenyapan, menghentikan arus sadvijnana, menghentikan kesadaran pencerapan 】Gunakan nadi perpaduan, nadi kiri, nadi kanan adalah nadi perpaduan, dapat menutup sunya sirkulasi enam kesadaran, ini demi menghentikan kesadaran pencerap, dengan kata lain, sadhaka tiada kesadaran mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran.
【 4, Prana angin menjadi daya pisau tajam, fungsinya adalah menjadi sunya yang berasal dari dhyana-samadhi, digolongkan menggunakan samatha-vipasyana 】Angin adalah prana, menjadi kekuatan laksana pisau tajam. Samatha-vipasyana adalah penghentian dan visualisasi. Gunakan prana untuk menghentikan samatha dan vipasyana ini.
【 5, Melebur dalam aksara Ah wujud eksternal, sukha mengungguli sunya, bagian ini merupakan loka himpunan akhir 】Sukha yang timbul mengungguli sunya, maka sukha ini juga perlu dihentikan, "Melebur dalam aksara Ah wujud eksternal" untuk menghentikan sukha ini, supaya sunya bisa muncul.
Dalam 9 sunya masih ada Mahasunya, Dharmatasunya, Prapancasunya, dan sunya dengan berbagai tanda istimewa, inilah yang tertinggi, setara dengan Dharmakaya Tathagata, tidak perlu dihentikan. Prapancasunya adalah meninggalkan permainan duniawi. Seperti Milarepa, seperti Yeshe Tsogyal, meninggalkan keduniawian untuk berbhavana di dalam gua, "Merupakan darsanabhumi mendengar dan merenungkan", saat itu sudah tidak mendengar pembicaraan manusia, juga tidak perlu memikirkan pembicaraan orang, darsanabhumi ini disebut "Prapancasunya".
Dharmatasunya adalah sifat yang semula, yaitu Buddhata. "Mahasunya tiada kepala dan anggota tubuh badan sendiri", saat bermeditasi, sudah tidak merasakan kepala, tangan, kaki, dan sekujur tubuh, ini disebut Mahasunya. Jenis pertama sampai kelima di atas masih perlu dihentikan, bagian ke enam sampai sembilan tidak perlu dihentikan.
Usai Dharmadesana, Mahaguru berwelas asih mengadhisthana semuanya, dan memberi tanda tangan bagi buku baru : "Tianxiadiyiling" (天下第一靈). Di tahun 2021 yang baru ini, semua tetap berharap supaya Mahaguru sehat sentosa, semakin lama menetap di dunia, setiap hari gembira dan leluasa.