15 Mei 2021 Pujabakti Sadhana Istadevata Amitabha Buddha di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
【Liputan TBS Seattle】
Amitabha Tathagata Memancarkan Terang Tak Terhingga Menyucikan Semua Insan Bardo yang Berjodoh
Ribuan Bahtera Dharma Berlayar Menuju Sukhavatiloka
Bulan Mei adalah akhir musim semi dan awal musim panas, merupakan musim bunga-bunga bermekaran, nampak cahaya lampu Seattle Ling Shen Ching Tze Temple menghiasi senja menyambut kedatangan Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu untuk memimpin pujabakti Sadhana Istadevata Amitabha Buddha bersama segenap empat golongan siswa (upasaka, upasika, biksu, dan biksuni).
Semenjak pandemi Covid-19 merebak, setiap malam Mahaguru menjelma menjadi Istadevata Amitabha Tathagata untuk menyeberangkan insan bardo yang berjodoh, tiap kali ribuan bahtera Dharma muncul, Amitabha Buddha turut muncul, memancarkan terang tak terhingga menerangi para insan bardo yang tak terhingga banyaknya di atas ribuan bahtera Dharma, menyucikan tubuh bardo dan batin mereka, kemudian barulah bahtera Dharma mengangkasa, dan berkat titah Mahadewi Yaochi ribuan bahtera Dharma pun berlayar menuju Sukhavatiloka.
Mahaguru mengungkapkan, "Dalam samadhi saya melihat Amitabha Buddha sejati, Beliau memancarkan sinar yang tak terhingga, usia-Nya tanpa akhir, terang-Nya juga tanpa ujung."
Buddha Bodhisattva Memberkati Taiwan Supaya Hujan Segera Tercurah
Ketersediaan Listrik Normal Kembali dan Perekonomian Dapat Meningkat
Semoga Covid-19 dan Mutasinya Sirna supaya Kehidupan di Muka Bumi Kembali Normal
Supaya Setiap Insan Merasakan Sukacita Kebahagiaan Sejati
Mahaguru memandu semua untuk memanjatkan doa kepada Amitabha Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva, dan Mahastamaprapta Bodhisattva, semoga Taiwan tempat Mahaguru lahir dan tumbuh dewasa dapat segera dicurahi hujan yang tepat, mengatasi bencana kemarau. Semoga ketersediaan listrik dapat normal kembali, dan perekonomian terus meningkat.
Dunia ini masih banyak terdampak pandemi Covid-19 beserta mutasinya, semoga para Buddha dan Bodhisattva mengadhisthana supaya pandemi segera berakhir, supaya kehidupan di dunia kembali normal seperti sedia kala, supaya para insan mendapatkan sukacita kebahagiaan sejati.
Dharmaraja mengisahkan cerita humor untuk menyampaikan dorongannya kepada semua umat, supaya senantiasa tekun dalam segala hal, sehingga bisa memperoleh hasil yang baik, "Jika menginginkan panen yang baik, maka terlebih dahulu Anda mesti menanam dan merawatnya dengan baik pula." Karena dalam buku terbaru karya Dharmaraja Liansheng yang berjudul: "Ribuan Bahtera Dharma” diajarkan Ritus Purifikasi Mantra Sataksara Vajrasattva, maka Tbboyeh teristimewa memproduksi sarana ritus berupa sapu purifikasi, sapu purifikasi ini juga merupakan Dharma, sekali sapu dapat meringankan kerisauan batin."
Kenapa sapuan pertama meringankan kerisauan batin? Saat perekonomian Anda sudah stabil, apa lagi yang Anda risaukan?
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Dharmaraja menjawab pertanyaan siswa dari seluruh penjuru dunia yang disampaikan melalui situs TBSN
Tanya 1A:
Saat melakukan Sadhana Catur Prayoga, apakah vajra dan ghanta boleh digoyangkan dengan cara visualisasi?
Mahaguru menjawab:
Selama ini tidak pernah menggoyangkan vajra dan ghanta dengan cara visualisasi, namun karena faktor lingkungan tempat tinggal siswa ini, di mana ia pernah diancam oleh tetangganya, dan khawatir bunyi ghanta bisa mengganggu tetangga, maka Mahaguru bertanya kepada para Buddha dan Bodhisattva dan mendapatkan petunjuk bahwa Buddha dan Bodhisattva membolehkan siswa tersebut untuk menggoyangkan vajra dan ghanta dengan cara visualisasi.
Tanya 1B:
Tiap kali menjapa satu kali Mantra Sataksara membentuk satu simpul pada benang panca warna, demikian seterusnya sampai menjapa 21 kali, kemudian dikalungkan di leher, apakah metode ini bisa digunakan sebagai simabandhana?
Mahaguru menjawab:
Boleh. Mantra Sataksara bisa mengikis karmavarana, mantra ini juga merupakan mantra dari Vajracitta Bodhisattva yang merupakan perpaduan Vajrasattva, Vajracitta Bodhisattva, dan Vajrapani Bodhisattva.
Tanya 2A:
Nenek Hantu dan mantan rohaniwan yang saat ini menghujat Guru, pernah menekuni Mahasadhana Homa sebanyak lebih dari ribuan kali, bahkan beberapa di antara mereka bisa membabarkan perihal Pernapasan Botol dan Sadhana Internal, namun mengapa pada akhirnya mereka masih bisa terjerumus dengan sangat parah?
Mahaguru menjawab:
Mahaguru mencontohkan apa yang dialami oleh para umat, Nenek Hantu pernah meraup uang dari umat dengan mengatasnamakan paket homa. Sekalipun ia telah melakukan homa sebanyak puluhan ribu kali, Nenek Hantu justru terjerumus lebih dalam, karena ia melakukan homa demi meraup uang, menipu orang, hal ini menandakan ia sangat tamak, penuh kebencian, dan dungu.
Mahaguru senantiasa mematuhi satu sila, yaitu: "Tidak pernah minta uang kepada orang", Mahaguru menjelaskan, "Guru saya berpesan kepada saya: 'Dalam seumur hidup Anda, jangan buka suara meminta uang kepada orang, bahkan se sen pun jangan! Jika Anda meminta uang kepada orang, maka Anda akan terjerumus!"
Tanya 2B:
Mengapa bisa "mengetahui mimpi" dan "mengubah mimpi"? Siswa belum pernah menekuni Sadhana Internal, bahkan puja homa pun tidak pernah. Tapi mengapa bisa tetap sadar dalam mimpi? Saat muncul mimpi buruk bisa tetap tenang, mengetahui bahwa diri sendiri sedang bermimpi, kemudian menggunakan daya batin untuk membakar mimpi buruk tersebut, mengubahnya dengan kondisi mimpi yang lebih baik. Bahkan saat muncul mimpi buruk, laksana membalik halaman buku, mimpi buruk tersebut bisa diubah menjadi mimpi lain, terus membaliknya sampai muncul kondisi mimpi yang damai.
Mahaguru menjawab:
Belum pernah menekuni Sadhana Internal, namun bisa mengubah mimpi buruk menjadi mimpi baik, ini adalah Sadhana Pengamatan Mimpi yang merupakan salah satu dari Enam Mahasiddhi, ini sangat baik. Banyak orang tidak menyadari saat dirinya bermimpi, setelah terbangun baru menyadari bahwa tadi hanya mimpi. Namun siswa yang memiliki akar baik, dikarenakan memiliki fondasi bhavana dari kehidupan lampau, sehingga walau dalam kehidupan saat ini belum menekuni Sadhana Internal, namun bisa memiliki keberhasilan Pengamatan Mimpi.
Pengamatan Mimpi adalah bisa bersadhana dalam mimpi, bisa bervisualisasi dan menjapa mantra. Pengamatan Mimpi hanya ada dalam Tantra, ini juga merupakan salah satu penyebab kenapa metode Tantra bisa lebih cepat mencapai keberhasilan bhavana.
Tanya 3A:
Dalam menekuni Sadhana Guruyoga, Istadevatayoga, dan Dharmapala, selain mempertahankan kesinambungan pikiran bersih, ada metode apa lagi yang bisa mencapai mahayoga?
Tanya 3B:
Apakah harus terlebih dahulu menembus nadi tengah dan membuka cakra hati baru bisa membuat Istadevata menetap dalam hati dan mencapai mahayoga?
Mahaguru menjawab:
Bisa menggunakan metode kesinambungan pikiran bersih, namun pernyataan bahwa: "Mesti membuka cakra hati, Istadevata baru bisa menetap di hati." Ini keliru, sebab dalam proses menekuni Sadhana Istadevata kita melakukan visualisasi Istadevata menetap dalam hati, pada saat memasuki samadhi, Istadevata masuk, sadhaka dapat merasakan masuknya arus Dharma. Saat Anda bisa melihat Istadevata, ini termasuk kontak yoga dengan Istadevata.
Sadhana Internal membuka nadi tengah, membuka lima cakra dan tujuh cakra, semua nadi terbuka, sinar terang akan nampak, sadhaka tiada berbeda dengan Istadevata, bahkan bisa mencapai Ksetraparisuddhi Istadevata, semua sepenuhnya melebur dengan alam semesta.
Mahaguru menuturkan, prana adalah kendaraan dalam nadi, barang yang diangkut adalah Cairan Rembulan Bodhicitta dan kundalini, diangkut ke lima cakra (cakra ajna, cakra visuddha, cakra anahata, cakra manipura, dan cakra svadhisthana), lima prana berhimpun dan melebur dengan air dan api, dapat membuka simpul nadi. Ditambah dengan cakra usnisa dan cakra muladhara menjadi tujuh cakra.
Akan ada sinar terang terpancar dari nadi tengah, air pada tubuh (Cairan Rembulan Bodhicitta) dan kundalini yang bangkit dilebur, menjadi bahan untuk membuka lima cakra, untuk membuka simpul nadi perlu meleburkan tiga hal, yaitu: Cairan Rembulan Bodhicitta, kundalini, dan prana, dengan demikian baru bisa menembus semua nadi.
◎ Mahaguru Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Lamdre: 2. Tanda keberhasilan internal – Tanda keberhasilan internal membangkitkan prana, seperti yang disebut dalam slokha: "Prana tanda keberhasilan internal berhenti 12 jari", 12 jari eksternal, 12 jari internal, jumlahnya adalah 24 jari, hitungannya ada 12 kelompok 1800 napas berhenti di nadi tengah, menutup dan menghentikan semua 12 nidana sampai avidya.
Pengulasan Mahaguru:
Jumlah ini tergolong sebagai prana karma. "Tanda keberhasilan internal membangkitkan prana", dengan kata lain ada berapa napas di luar, "12 jari" adalah ukuran luas gabungan 12 jari kedua tangan. "Prana berhenti 12 jari" berarti prana sepanjang 12 jari. Jumlah napas adalah 1800 kali, dan prana berhenti di nadi tengah.
Dalam Buddhadharma ada 12 nidana, di antaranya: "Menutup dan menghentikan semua 12 nidana sampai avidya.", semua dari 12 nidana sampai avidya, karena prana 24 jari berhenti di nadi tengah, sehingga bisa menutup dan menghentikan 12 nidana terus sampai avidya, ini adalah tanda keberhasilan internal.
Lamdre: 3. Tanda keberhasilan eksternal – Tanda keberhasilan eksternal membangkitkan bindu, slokha menyebutkan: "Semua bindu tanda keberhasilan eksternal mengeras di puncak kepala", pada cakra usnisa, setelah empat simpul nadi tengah terbuka, nilai loka kesucian kukuh dan tak mundur lagi.
Mahaguru mengulas:
Cairan Rembulan Bodhicitta adalah bindu, sadhaka bisa mengirimkan bindu dari cakra ajna terus naik ke cakra usnisa, membuat bindu kukuh dan berhenti, ini merupakan tanda keberhasilan eksternal.
"Nilai loka kesucian kukuh dan tak mundur lagi." Kita sering membahas "nilai loka kesucian", berapa nilai kesucian Anda? Ada kesucian 7 bagian dan 10 bagian, terus sampai 11, dan 12, maksudnya adalah setelah berbhavana mencapainya, berarti tidak mundur lagi, atau tidak lagi terjerumus.
Lamdre: 6.4, Kesimpulan, slokha: "bhumi ke-12", makna terpendam dalam bhumi ke-11 atau anupamabhumi, bhumi ke-12 atau mahamatibhumi, sebagai kesimpulan."
Mahaguru mengulas:
Dalam Sutrayana, Bodhisattva dibagi menjadi 10 bhumi, bhumi ke-10 disebut Dharmamegabhumi. Menurut Tantra , bhumi ke-11 adalah anupamabhumi, mencapai cakra usnisa berarti bhumi ke-12 atau mahamatibhumi, dan bhumi ke-13 adalah Buddha.
Sapta Buddha yang duduk di atas altar mandala kita merupakan Buddha di atas bhumi ke-13, bhumi ke-11 dan bhumi ke-12 masih tergolong sebagai Bodhisattva, seperti Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara Bodhisattva, satu kepala merepresentasikan satu bhumi, Beliau memiliki 11 kepala, berarti Beliau telah mencapai bhumi ke-11. Mencapai bhumi ke-11 anupamabhumi, bhumi ke-12 mahamatibhumi, merupakan akhir.
Usai Dharmadesana yang sangat berharga, Mahaguru berwelas asih menganugerahkan adhisthana Air Maha Karuna Dharani dan mengabhiseka pratima Buddha.
Dalam perjalanan bhavana, berkat bimbingan kalyanamitra, barulah kita dapat memahami makna ajaran, sedangkan Mahaguru bukan hanya kalyanamitra bagi kita, Beliau adalah sumber terang kita, oleh karena itu, kita mesti memahami ajaran Mulacarya, lebih tekun lagi berbhavana, menolong diri sendiri untuk terbebas dari derita tumimbal lahir triloka, menyeberangkan diri sendiri dan insan lain, menguasai kelahiran dan kematian diri sendiri, mencapai Bodhi sempurna, dengan demikian kita tidak menyia-nyiakan makna teragung hidup kita.