19 Februari 2022 Pujabakti Sadhana Yidam Padmasambhava di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

19 Februari 2022 Pujabakti Sadhana Yidam Padmasambhava di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

#LiputanTBSSeattleLingShenChingTzeTemple

Pada hari Sabtu, tanggal 19 Februari 2022, Dharmaraja Liansheng memimpin pujabakti Sadhana Yidam Guru Padmasambhava (Lianhuashengdashi-蓮華生大士). Saat melimpahkan jasa, Dharmaraja Liansheng bersembah puja kepada Guru Padmasambhava di Zangdok Palri, mohon menjemput segenap makhluk alam baka supaya terlahir di alam suci Buddha, mohon mengadhisthana supaya semua umat memperoleh kesehatan, kebijaksanaan sempurna, sumber daya bhavana yang cukup, dan keharmonisan sempurna. Mohon mengadhisthana supaya wabah menyingkir, supaya Covid-19 menyingkir.

Dilanjutkan dengan sesi Dharmadesana: Guru Padmasambhava masuk Tibet memenuhi undangan Raja Tibet, kemudian membabarkan Dharma di Tibet selama hampir 60 tahun lamanya. Dalam hagiografi Yeshe Tsogyal tertulis, Beliau dinikahi Raja Tibet pada usia 13 tahun, dan pada usia 16 tahun Beliau belajar kepada Guru Padmasambhava, Beliau meneruskan silsilah ajaran Guru Padmasambhava, mencapai keberhasilan Tubuh Sinar Pelangi. Guru Padmasambhava sendiri juga mencapai keberhasilan Tubuh Sinar Pelangi, keberhasilan ini diraih berkat upaya sendiri, berubah menjadi seberkas sinar pelangi, kemudian sirna.

Terlahir di Negeri Buddha, kadang mengandalkan kemampuan diri, tapi ada juga yang mendapatkan bantuan dari kekuatan luar. Seperti dalam sekte Tanah Suci, pada umumnya tergolong kemampuan diri sendiri, diri sendiri berusaha untuk tekun merapal Nama Buddha, ditambah dengan bantuan Buddha Amitabha yang datang menjemput sadhaka. Dalam Tantra, Sembilan Tahap Dzogchen merupakan ajaran untuk menjelma menjadi sinar pelangi, dan keberhasilan ini dicapai dengan mengandalkan kemampuan dan upaya diri sendiri.

Dalam agama Buddha, ada upaya diri sendiri, ada juga bantuan dari luar. Jika diri sendiri merasa bisa berbhavana mengandalkan kemampuan diri untuk mencapai alam suci Buddha, tentu saja ini baik. Namun jika tidak bisa, maka perlu mengandalkan kekuatan dari luar, seperti penjemputan Buddha dan Bodhisatwa, atau Yidam datang menjemput, ini juga sangat baik. Singkat kata, bisa terlahir di alam suci Buddha sudah merupakan yang terbaik! Jika tidak bisa, berarti tetap berada dalam enam alam samsara.

Tujuan utama belajar Buddha adalah terbebas dari samsara. Kelahiran sebagai manusia sukar diperoleh, jika dalam kehidupan saat ini tidak tekun berbhavana, di kehidupan mendatang entah terlahir di alam mana?! Guru Padmasambhava, Yeshe Tsogyal, dan Mandarava, Beliau semua adalah seorang Mahasiddha, semua berhasil menjelma menjadi sinar pelangi. Guru dari Padmasambhava adalah Srisimha, Beliau juga menjelma menjadi sinar pelangi.

◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab

Siswa bertanya:
Kami siswa Buddha telah bersarana kepada Mahaguru Lu dan belajar Sadhana Tantra, bolehkah kami pergi belajar ilmu Tao (Ilmu Tao Zhengyi atau Quanzhen) atau belajar ilmu spiritual aliran kepercayaan, seperti: Maoshan, Liurenxian, Huaguang, dan Meishan? Belajar ilmu meramal, fengsui, fu dan mantra, serta berbagai ritus duniawi untuk membantu diri sendiri dan insan lain, bahkan juga untuk nafkah? Mohon petunjuk Mahaguru Lu, apakah itu semua boleh kita pelajari? Atau justru melanggar ikrar Sarana dan melanggar sila, sehingga lebih baik tidak usah menyentuh semua ilmu tersebut? Mohon Mahaguru Lu berwelas asih memberi petunjuk.

Menurut Dharmaraja Liansheng, kehidupan spiritual sebaiknya mulai dari bawah dan terus naik ke atas. Demi penyesuaian, Mahaguru Lu juga menguasai berbagai ilmu tersebut, sehingga bersarana kepada Zhenfo Zong, kita bisa memperoleh banyak ilmu, jadi untuk apa masih mencari yang lain? Kita telah belajar Dharma Tantra, mestinya tahu bahwa semua ilmu tersebut merupakan upaya penyesuaian, boleh saja digunakan untuk membantu para insan, tapi dalam hal bhavana yang sejati, kita mesti gunakan metode Sadhana Tantra. Jika kita tidak sanggup menekuni Sadhana Tantra, kita bisa menekuni metode Buddhisme Sutrayana.

Siswa bertanya:
Jika menyalakan dupa Dhumapuja di depan pintu rumah hanya untuk berdana makanan, tapi bukan untuk melakukan sadhana lengkap, apakah dengan demikian arwah penagih utang dan roh-roh di lingkungan sekitar bisa memperoleh persembahan tersebut?

Dharmaraja Liansheng menjawab:
Bisa! Di teras, atau di depan pintu rumah (di luar rumah) menyalakan dupa Dhumapuja juga boleh. Boleh saja melakukan dana makanan kepada roh-roh, dengan demikian arwah penagih utang dan semua roh di sekitar bisa memperoleh persembahan tersebut.

◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Sutra Vajra
"Jika berpikir seperti ini: ‘Aku akan pergi membebaskan semua makhluk’." Orang yang membangkitkan Bodhicitta, mesti membangkitkan sikap batin seperti ini: "Aku akan menyeberangkan semua makhluk." Setelah menyeberangkan (membebaskan) semua makhluk, "Sesungguhnya tidak ada satu makhluk pun yang diseberangkan.", sesungguhnya tidak ada satu makhluk pun yang Anda bimbing. Kita diajarkan untuk membangkitkan Bodhicitta menyeberangkan semua makhluk, dikatakan pula bahwa sesungguhnya tidak ada satu insan pun yang diseberangkan. "Mengapa demikian?" Apa sebabnya?

"Subhuti! Jika Bodhisatwa memiliki konsep atribut diri, atribut pribadi, atribut makhluk hidup, dan atribut jangka waktu kehidupan, berarti ia bukan Bodhisatwa." Menjadi seorang Bodhisatwa, telah membangkitkan tekad untuk menyeberangkan semua makhluk, tapi sesungguhnya tiada satu makhluk pun yang kita seberangkan, juga tidak ada satu makhluk pun yang telah diseberangkan. Mengapa? Sebab yang terutama adalah Anda membangkitkan tekad ini, kemudian mengamalkannya. Mengenai apakah semua makhluk dapat diseberangkan, ini tidak ada hubungannya dengan diri kita, juga jangan berpikiran bahwa berapa banyak pahala yang telah kita hasilkan, jika masih ada pemikiran pahala, masih ada konsep "diri", atribut diri, maka ia akan mengatakan "Saya punya pahala sekian banyak." Sesungguhnya berapa orang yang telah kita seberangkan? Berarti kita masih melekat pada atribut makhluk hidup. Jangan ada atribut makhluk hidup, yang penting terus berkarya! Kita telah membangkitkan tekad tersebut, kemudian menyeberangkan semua makhluk, jangan memikirkan pahala, juga tidak perlu dipikirkan apakah sebenarnya semua makhluk berhasil diseberangkan, juga jangan pikir berapa banyak makhluk yang berhasil Anda seberangkan, semua itu jangan dipikirkan, demikian saja.

"Jika Bodhisatwa memiliki konsep atribut diri, atribut pribadi, atribut makhluk hidup, dan atribut jangka waktu kehidupan, berarti ia bukan Bodhisatwa." Bodhisatwa membangkitkan tekad untuk menyeberangkan semua makhluk, berapa banyak yang berhasil Anda seberangkan, apakah terseberangkan, semua tidak usah dipermasalahkan. Bagaimanakah Bodhisatwa yang sejati? Beliau mengatakan: Tiada atribut diri, tiada atribut pribadi, tiada atribut makhluk hidup, dan tiada atribut jangka waktu kehidupan, inilah Bodhisatwa yang sejati. Selama masih ada atribut diri, berarti bukan Bodhisatwa. Jika melakukan sesuatu demi pahala, kita masih memperhitungkan "Sebenarnya berapa banyak yang telah saya seberangkan." Jangan dipikirkan, ini lah tanpa atribut diri, tanpa atribut pribadi, tanpa atribut makhluk hidup, dan tanpa atribut jangka waktu kehidupan.

"Subhuti! Bagaimana pendapatmu? Apakah saat Tathagata berada di tempat Buddha Dipankara, ada Dharma untuk memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi?" Beliau bertanya kepada Subhuti, saat Tathagata berada di tempat Buddha Dipankara, ada Dharma untuk memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi? Ketika Buddha Sakyamuni berjumpa dengan Buddha Dipankara, apakah ada Dharma yang ditransmisikan oleh Buddha Dipankara kepada Buddha Sakyamuni?

Subhuti menjawab, "Tidak, wahai Begawan! Makna dari sabda Buddha yang saya pahami, ketika Buddha berada di tempat Buddha Dipankara, tidak ada Dharma memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi." Subhuti menjawab: Tidak, Begawan, saya memahami makna sabda Buddha, makna sejati, ketika Buddha Sakyamuni di tempat Buddha Dipankara, Buddha Dipankara tidak mengajarkan Dharma Anuttara Samyak Sambodhi kepada Buddha Sakyamuni. Mengapa? Buddha Sakyamuni pergi sowan kepada Buddha Dipankara, mempersembahkan teratai kepada Buddha Dipankara, Buddha Dipankara hanya menganugerahkan vyakarana kepada-Nya, "Kelak Anda menjadi Buddha dengan gelar Buddha Sakyamuni.", hanya menganugerahkan vyakarana kepada-Nya, tidak mentransmisikan Dharma kepada-Nya. Pada dasarnya memang tiada Dharma, karena tiada Dharma, mana mungkin ada transmisi Dharma? Mana ada peristiwa transmisi Dharma? Tidak ada transmisi Dharma, inilah kebenaran sejati.

Jika masih ada kemelekatan pada diri, menyatakan Buddha Dipankara mentransmisikan Dharma kepada Buddha Sakyamuni, berarti masih melekat pada konsep Dharma. Buddha Dipankara adalah Buddha sejati, yang Beliau transmisikan adalah sunya, di dalamnya tidak ada Dharma. Buddha Sakyamuni menyadari sunya yang diajarkan oleh Buddha Dipankara, apakah sunya masih ada Dharma? Tidak ada Dharma. Asal bisa memahami, memahami bahwa Buddha Dipankara menganugerahkan kepada-Ku satu kata: "Sunya", saya memperoleh sunya, sama sekali tiada Dharma! Sunya dapat mencakupi Sarwa Dharma.

Oleh karena itu Subhuti mengatakan, "Tidak, wahai Begawan! Makna dari sabda Buddha yang saya pahami, ketika Buddha berada di tempat Buddha Dipankara, tidak ada Dharma memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi." Tiada Dharma barulah merupakan Dharma, barulah merupakan kebenaran sejati, ada Dharma berarti bukan kebenaran sejati, ini adalah pemahaman tertinggi. "Subhuti! Sesungguhnya tiada Dharma Tathagata memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi. Subhuti! Jika ada Dharma Tathagatata memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi, maka Buddha Dipankara tidak akan menganugerahkan vyakarana kepada-Ku: ‘Kelak Engkau akan menjadi Buddha dengan gelar Sakyamuni.’ Sesungguhnya tiada Dharma memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi, oleh karena itu Buddha Dipankara menganugerahkan vyakarana kepada-Ku." Sebab sunya ditransmisikan sunya, sunya adalah Dharma teragung, menggunakan sunya mentransmisikan sunya.

Anuttara Samyak Sambodhi, juga sebuah istilah belaka! Hanya aksara sunya. Jika kita bisa membuktikan sunyata, menggunakan sunya untuk melebur semua, inilah keberhasilan. Saat Buddha membabarkan Dharma, membabarkan sila, tapi jika tidak ada umat manusia, untuk apa sila? Sila juga kosong! Jika tidak ada umat manusia, apa itu samadhi? Juga sunya! Jika tidak ada manusia, apa itu kebijaksanaan? Kebijaksanaan, prajna, hanya sebuah istilah, ini juga sunya! Tiga ilmu anasrava, sila, samadhi, dan prajna, memang belajar Buddha dimulai dari sini, sampai pada akhirnya pembuktian, keberhasilan, dan di saat benar-benar memahami, Anda adalah sunyata, adalah Buddhata. Oleh karena itu, Buddha Dipankara mentransmisikan sunya kepada Buddha Sakyamuni, tapi Buddha Sakyamuni tidak memperoleh Dharma, melainkan memperoleh sunya, memahami sunya, sehingga Buddha Dipankara menganugerahkan vyakarana kepada-Nya, kelak mencapai Kebuddhaan dengan gelar Sakyamuni.

Usai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng berwelas asih mengadhisthana segenap siswa di lokasi dan yang berpartisipasi secara daring.

Alamat Tbboyeh: 
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#Padmasambhava

Yidam pujabakti minggu depan adalah #Padmakumara
#SutraVajra

Artikel Dharmadesana lengkap (Bahasa Mandarin) bisa disimak melalui tautan berikut:
https://tbnewshq.org/epaper_detail2102.htm

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。