28 Desember 2019 Puja Bakti Istadevata Avalokitesvara Bodhisattva


《Berita TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple - 西雅圖雷藏寺》

Tahun 2019 mulai memasuki hitungan mundur menuju tahun 2020, selain datang untuk mendukung puja bakati hari Sabtu terakhir di tahun ini, para umat Sedharma yang datang dari berbagai belahan dunia juga berharap dapat melewati pergantian tahun bersama Mahaguru dan Gurudara, bersama menyambut tahun 2020. Adhinatha puja bakti hari Sabtu ini adalah Avalokitesvara Bodhisattva, berkat adhisthana silsilah dari Mulacarya, cahaya Buddha menerangi semua, sehingga puja bakti dapat berjalan dengan sempurna.

Dharmaraja membabarkan keagungan Avalokitesvara Bodhisattva, Bodhisattva ini senantiasa memberikan respon spiritual yang sangat kuat, karena Beliau memiliki jalinan jodoh yang paling erat dengan para insan.

Avalokitesvara Bodhisattva memiliki sifat Mahamaitri Mahakaruna, maitri berarti memberikan kebahagiaan kepada semua makhluk, sedangkan karuna berarti mengatasi penderitaan semua makhluk, inilah keagungan Avalokitesvara Bodhisattva, jumlah insan yang telah diseberangkan oleh-Nya adalah paling banyak.

Seluruh Tibet bisa disebut sebagai Bodhimanda ( tempat suci ) bagi Avalokitesvara Bodhisattva, selain itu, banyak Rinpoche agung di antaranya : Dalai Lama dan Gyalwa Karmapa merupakan titisan Avalokitesvara Bodhisattva, bahkan Padmakumara juga merupakan penjelmaan dari Avalokitesvara Bodhisattva. Raja Kalki pertama di Shambala adalah Manjusri Bodhisattva, sedangkan yang kedua adalah Raja Pundarika, Raja Pundarika juga merupakan titisan Avalokitesvara Bodhisattva.

Dharmaraja mengungkapkan, Acarya Pufang ( Guru dari Dharmaraja Liansheng ) pernah mengajarkan bahwa jika sadhaka melakukan santika ( tolak bala ) maka mesti mengundang Adhinatha Putih, yaitu Avalokitesvara Bodhisattva.

Dharmaraja menggunakan beberapa kisah humor untuk menyampaikan makna Dharma : Hati Avalokitesvara sangat lembut, belajar Buddha mesti memiliki hati yang lembut, tidak boleh terlalu keras. Laozi pernah bersabda, “Kelembutan menghasilkan kehidupan, Laozi melarang kekerasan.” Terlalu keras tidaklah baik, karena mudah patah, lembut bisa menjadikan segalanya lebih sempurna.

Asalkan memiliki hati yang lembut, meneladani semangat Avalokitesvara Bodhisattva, maka tanpa perlu menggunakan riasan, sadhaka dapat memancarkan keanggunan alami. Buddha Bodhisattva mengajarkan bahwa setiap insan bertanggung jawab terhadap paras masing-masing. Jika diri sendiri memiliki hati yang lembut seperti Avalokitesvara, maka di saat muda akan berparas ayu, di masa tua akan berparas welas asih, orang akan suka dekat dengan Anda. Tanpa semangat kasih sayang Avalokitesvara, secantik apa pun di masa muda, kelak di masa tua akan penuh perhitungan, selalu penuh siasat buruk, dan menyebabkan parasnya menjadi galak, sebab paras seseorang terpancar dari hati. Jika Anda memiliki welas asih Avalokitesvara, maka Anda tidak akan berparas jahat.

Menurut yang disebutkan dalam sutra, Avalokitesvara Bodhisattva juga merupakan Sambhogakaya dari Amitabha Buddha, sesungguhnya Beliau adalah Samyakdharmavidya Tathagata, selain itu, Avalokitesvara Bodhisattva juga memiliki gelar yang lain.

Mengapa Avalokitesvara memilih menjadi Bodhisattva ? Sebab Beliau memiliki hati welas asih dan bertekad untuk menyeberangkan semua makhluk, Beliau memiliki hati yang lemah lembut. Dharmaraja teristimewa mengungkapkan bahwa tadi saat puja bakti, Avalokitesvara Bodhisattva hadir di angkasa untuk memercikkan amerta tirta kepada semuanya.

Dharmaraja Liansheng melanjutkan pengulasan Lamdre :

Saat sadhaka bermimpi di malam hari, atau mengalami sesuatu dalam meditasi, apakah pernah berjumpa dengan makhluk halus ? Jika pernah, berarti dalam dirinya ada yang salah. Selain itu, jika saat tidur di malam hari dipukuli oleh makhluk amanusya ( raksasa ) yang bengis, itu artinya nadi tersumbat, prana tidak bisa lancar mengalir. Saat bindu terhalang, sadhaka juga bisa mengalami fenomena mimpi buruk seperti itu, dan ini disebut sebagai tanda-tanda rintangan.

Jika sadhaka melihat tubuh Tathagata, berarti itu adalah tanda-tanda keberhasilan yang sangat baik. Kesalahan dalam diri merupakan anubhava yang timbul dari nidana pada nadi dan prana dalam tubuh, yang juga merupakan jalinan sebab dan akibat.

Menyikapi tanda-tanda yang muncul dalam mimpi, atau anubhava yang diperoleh dalam meditasi, sadhaka mesti memiliki pemahaman unggul, yaitu : Siswa mesti memiliki keyakinan murni kepada Mulacarya, Istadevata, dan Dharmapala, dengan demikian baru bisa memperoleh pemahaman unggul.

Tanda-tanda yang muncul dari sikap batin yang penuh penghormatan akan sangat baik, anubhava yang muncul juga akan sangat baik. Saat bermimpi pun tetap memiliki keyakinan yang murni, dengan sendirinya dapat menjapa Mantra Hati Guru dalam mimpi, dapat menghalau gangguan makhluk halus, sebab Guru sama dengan Buddha.

Usai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sarana kepada umat yang memohon sarana, kemudian mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani dan mengabhiseka pratima Buddha. Sebelum meninggalkan lokasi, Dharmaraja berwelas asih memberikan adhisthana jamah kepala kepada setiap umat yang hadir.

Terima kasih atas ajaran Dharma dari Mahamulacarya Dharmaraja Liansheng, sehingga siswa dapat memahami bahwa jika ingin meraih keberhasilan bhavana, maka mesti memandang Guru laksana Buddha, sehingga dapat memperoleh adhisthana Buddha. Setiap saat sadhaka tidak meninggalkan Mulacarya, dengan demikian baru bisa berbhavana dengan kukuh dan tak tergoyahkan. Siswa sepenuh hati bersembah puja kepada Mulacarya.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。