1 Januari 2023 Upacara Agung Vidyaraja Acalanatha Pancawarna di Chiayi Municipal Sports Park Gymnasium
#LiputanTBSN
Hari pertama tahun 2023, semua bersukacita menyambut datangnya tahun yang baru. Pada hari yang dirayakan oleh segenap insan ini, The Fahua Buddhist Center (Fahuatang-法華堂) Chiayi, Taiwan, dengan tulus mengundang Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Agung Santika Paustika Vasikarana Menyingkirkan Rintangan dan Penyeberangan Vidyaraja Acalanatha Pancawarna di Chiayi Municipal Sports Park Gymnasium, menganugerahkan transmisi perdana Mahasadhana Avenika Vidyaraja Acalanatha Pancawarna (Wuse Budong Mingwang Bugong Dafa-五色不動明王不共大法).
Lokasi upacara tampak sangat agung dan istimewa, di atas panggung selain ada thangka Tathagata Mahavairocana berukuran besar, juga ada gambar Mandala Vajradhatu dan Mandala Garbhadhatu. Vidyaraja Acalanatha merupakan pemimpin dari Asta Mahavidyaraja, merupakan perwujudan dan sasana cakra dari Tathagata Mahavairocana ketua kula Mandala Vajradhatu dan Mandala Garbhadhatu.
Pada pukul dua siang, tim pengundang Guru berbaris rapi dengan khidmat menjemput Dharmaraja Liansheng masuk mandala. Sebelum upacara dimulai, Chen Shu-hui (陳淑慧) Wakil Wali Kota Kaohsiung, Zhang Jiazhe (張嘉哲) Wali Kota Nantou, dan Zhan Dongyi (詹東義) wakil direktur Winbond tampil bergantian untuk memberikan kata sambutan. Kemudian, Biksu Shi Lianying (釋蓮碤法師) selaku perwakilan dari The Fahua Buddhist Center mempersembahkan khata dan memberi kata sambutan. Berikutnya, yang dinantikan oleh semua, Upacara Agung Vidyaraja Acalanatha Pancawarna pun dimulai.
Dalam Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng mengenang, beliau lahir di kandang ayam Sungai Niuchou di Houhu, pada tanggal 27 Juni 1945, saat itu adalah tahun ayam, merupakan tahun terakhir perang dunia ke-2. Kala itu, demi menghindari bombardir pesawat tempur, sekeluarga bersembunyi di kandang ayam di tepi Sungai Niuchou. Saat lahir, karena kondisi sangat susah, hanya bisa diberi makan dengan bekatul, sehingga tumbuh pendek dan kecil, tapi kegigihannya sangat besar!
Dharmaraja juga mengisahkan, kakek beliau, Lu Chang dari Fujian datang ke Taiwan, mengembara sampai ke Chiayi dan membuka usaha beras dan minyak. Semula hidupnya makmur, tapi pada masa perang dunia ke-2, harta kakek terbakar habis tak bersisa. Ayah dari Dharmaraja pernah mengajukan permintaan ganti rugi negara dari Taiwan, Jepang, dan Amerika Serikat, tapi tidak berhasil, hanya bisa menyesalinya seumur hidup.
Dharmaraja mengisahkan, semasa kecil beliau sangat sukar diasuh, sehingga sang ayah membawanya ke kuil Dewa Kota untuk menjalani upacara pengangkatan anak Dewa Kota. Oleh karena itu, Dharmaraja mengakui bahwa Dewa Kota di kuil Dewa Kota Chiayi merupakan ayah angkat beliau. Kali ini, menyelenggarakan upacara di Chiayi, kenangan kembali muncul dalam hati. Dharmaraja mengisahkan, sang kakek berbuat kebajikan tanpa diketahui oleh orang lain, pada saat itu, ketika sang kakek menjalankan usaha beras, ada banyak keluarga prasejahtera, karena mereka tidak mampu membeli beras, sehingga hanya bisa menulis surat utang. Tiap Tahun Baru Imlek, kakek mengumpulkan semua surat utang dan membakarnya, dan tidak pernah menagihnya. Saat ibunda dari Dharmaraja menjabat sebagai akuntan di usaha beras tersebut, beliau menyaksikannya secara langsung. Kini mendiang kakek telah menjabat sebagai Duta Pembawa Lentera di Istana Awan Ungu di Surga Pemandangan Indah Bima Sakti.
Dharmaraja mengungkapkan bahwa waktu sungguh cepat berlalu, seorang umat dari Kaohsiung melakukan tapak tilas ke Sungai Niuchou, tapi sudah tidak bisa menemukan kandang ayam tempat kelahiran Dharmaraja. Setelah kilas balik berbagai kenangan indah di Chiayi, Dharmaraja mengungkapkan bahwa kondisi batin saat ini adalah kasih luas, berharap supaya kelak semua dapat berhimpun kembali di alam suci yang melampaui surga, bersama mencapai Mahapadminiloka.
Dharmaraja menanyai hadirin, apakah masih ingat bahwa Vidyaraja Acalanatha pernah menolong Dharmaraja. Ketika Dharmaraja membuat simabandhana di rumah, selalu mengundang Vidyaraja Acalanatha untuk menjadi Yidam Simabandhana, menjadi Yidam Pelindung, karena Vidyaraja Acalanatha adalah Dharmapala diri sendiri. Dharmaraja Liansheng memiliki dua Dharmapala utama, yaitu Vidyaraja Acalanatha dan Vajra Yamantaka. Vidyaraja pertama di kediaman Dharmaraja di Taiwan dan Amerika Serikat adalah Vidyaraja Acalanatha, setiap malam melakukan simabandhana Vidyaraja Acalanatha. Dharmaraja mengenang, pada suatu tahun, tanggal 3 Oktober, malam hari, Dharmaraja yang semula sudah tertidur, mendadak bangun karena terkejut, Vajra Mahabala dan Vidyaraja Acalanatha menjelma keluar dari dalam mulut. Raja Setan berteriak dari luar jala cahaya simabandhana, ingin membawa paksa Dharmaraja, kedua Mahavajra pun melawan segenap prajurit setan selama sekitar 20 menit, pada akhirnya senyap tanpa suara. Dharmaraja membuka mata, ternyata semua makhluk jahat sudah dibersihkan.
Dharmaraja menekankan, orang yang belajar Buddha tidak seharusnya takut akan setan, mesti yakin diri sendiri punya Vajra Dharmapala yang memiliki kekuatan tak terhingga. Vidyaraja Acalanatha memiliki kekuatan luar biasa, bisa melakukan simabandhana, juga memiliki lima macam daya: santika, paustika, abhicaruka, vasikarana, dan membersihkan rintangan. Hari ini mentransmisikan Sadhana Vidyaraja Acalanatha Pancawarna, supaya semua bisa melakukan simabandhana, tidak perlu gentar akan setan, karena yang paling menakutkan adalah setan dalam hati diri sendiri. Jika perilaku Anda terang benderang, dilindungi oleh Dharmapala Dewa Vajra, tidak perlu gentar akan rintangan apa pun. Dharmaraja memberitahu semua, setiap malam bisa melakukan Simabandhana Vidyaraja Acalanatha Pancawarna, pada saat yang sama juga membabarkan bagaimana cara melakukan simabandhana ini.
Vidyaraja Acalanatha pernah bersabda:
"Barang siapa melihat tubuh-Ku, membangkitkan Bodhicitta; Mendengar nama-Ku, menghentikan kejahatan, menekuni kebajikan; Mendengar ucapan-Ku, memperoleh Mahaprajna; Memahami Hati-Ku, menjadi Buddha dalam tubuh kini!"
Dharmaraja melemparkan pertanyaan kepada segenap hadirin, apakah ada yang bisa mengupas makna dari gatha ikrar tersebut? Setelah mendengar jawaban dari beberapa siswa, Dharmaraja mengungkapkan jawaban beliau yang berbeda dari semua. Terlebih dahulu, Dharmaraja mengungkapkan sabda Buddha: "Melihat atribut sebagai bukan atribut, berarti melihat Tathagata!", dan "Menyakiskan Buddha, mengatasi kelahiran dan kematian, seperti Buddha menyeberangkan semua makhluk."
Buddha pada hakikatnya tidak beratribut, Vidyaraja Acalanatha adalah sasana cakra dari Tathagata Mahavairocana, juga tidak beratribut, segala yang beratribut adalah ilusi. Namun kita tidak boleh masuk dalam kehampaan, mesti meneladani Buddha: "Seperti Buddha menyeberangkan semua makhluk.", yaitu membangkitkan Bodhicitta. Setelah memahami Tubuh Buddha, setelah memahami yang beratribut adalah ilusi, maka mesti membangkitkan Bodhicitta, menyeberangkan semua makhluk yang masih belum sadar.
Dalam Sutra Vimalakirti disebutkan: Bodhisatwa berarti dirinya telah sadar, yang sudah tergugah adalah Bodhisatwa, sedangkan yang masih belum sadar adalah makhluk awam, oleh karena itu, sesungguhnya makhluk awam adalah Bodhisatwa yang belum sadar. Kita perlu menggugah mereka, menjadi Bodhisatwa yang tercerahkan. Apa makna Bodhisatwa? Yaitu mengembangkan Bodhicitta.
"Melihat tubuh-Ku, membangkitkan Bodhicitta." Melihat Vidyaraja Acalanatha, membangkitkan Bodhicitta, dari luar menuju ke dalam membangkitkan Bodhicitta.
"Mendengar nama-Ku, menghentikan kejahatan, menekuni kebajikan." Mendengar nama Buddha, menyingkirkan pikiran jahat, menyucikan diri sendiri, berhenti berbuat jahat, menekuni kebajikan, jangan berbuat jahat, perbanyaklah kebajikan.
"Mendengar ucapan-Ku, memperoleh Mahaprajna." Mendengar Buddhadharma, memperoleh kebijaksanaan agung.
"Memahami Hati-Ku, menjadi Buddha dalam tubuh kini!" Hati Vidyaraja Acalanatha adalah Hati Buddha. Dharmaraja mengisahkan peristiwa saat Bodhidharma menenangkan hati Shenguang, saat hati diri tidak ditemukan, itulah ketenangan hati. Hati bukan di luar, bukan di dalam, pun bukan di tengah, hati hanyalah konsep pribadi, berbhavana hingga mencapai ketiadaan hatiku, berarti anatman. Ketika mencapai kondisi anatman, semua lima racun batin, dan kerisauan batin, telah dipatahkan, insan melekat karena adanya pandangan keakuan.
Makan, berpakaian, menetap, dan beraktivitas, semua adalah kemelekatan pada aku, ketika mencapai kondisi anatman, Anda akan mengalir sesuai nidana, ke mana pun tetap tenang hati, inilah yang dimaksud "Memahami Hati-Ku", baru bisa menjadi Buddha dalam tubuh kini. Saat mencapai kondisi amanasikara, dan membangkitkan Bodhicitta, berarti menjadi Buddha dalam tubuh kini.
Dharmaraja Liansheng menjelaskan dengan lugas, sadhaka mesti gunakan Tubuh Vidyaraja Acalanatha Pancawarna untuk mengatasi diri sendiri, setelah mendengar dan menerima Buddhadharma, mesti menjaga Pancasila Buddhis, berhenti berbuat jahat dan memperbanyak kebajikan. Dengan demikian, bisa menghasilkan kebijaksanaan agung. Mematahkan kerisauan, mematahkan kemelekatan pada diri, bisa mengamalkan anatman, acitta, dan amanasikara, berarti menjadi Buddha dalam tubuh kini. Dharmaraja menekankan bahwa hati tidak bisa ditemukan, hanya pada saat tiada hati, baru bisa memahami bahwa diri ini adalah tubuh ilusi, segala hasrat akan harta, rupa, dan nama dapat dipatahkan, saat itulah menjadi Buddha dalam tubuh kini.
"Membangkitkan Bodhicitta, menghentikan kejahatan, menekuni kebajikan, memperoleh mahaprajna" semua ini demi menjadi Buddha dalam tubuh kini. Dalam gatha ikrar Vidyaraja Acalanatha, dapat ubah kata "Ku" menjadi "Buddha", sehingga menjadi: "Barang siapa melihat Tubuh Buddha, membangkitkan Bodhicitta; Mendengar nama Buddha, menghentikan kejahatan, menekuni kebajikan; Mendengar ucapan Buddha, memperoleh Mahaprajna; Memahami Hati Buddha, menjadi Buddha dalam tubuh kini!" Vidyaraja Acalanatha merupakan perwujudan dari Buddha Vairocana.
Semua makhluk adalah Bodhisatwa yang masih belum sadar, asalkan mereka sadar, berarti mereka adalah Bodhisatwa yang tidak mengalami kemunduran batin. Oleh karena itu, dalam Sutra Buddha disebutkan: "Hati, Buddha, dan makhluk, ketiganya tiada berbeda." Hatiku adalah tiada hati, karena tiada hati, dapat menjadi Buddha dalam tubuh kini. Oleh karena itu, Buddha membabarkan sama dengan tiada pembabaran, nama, tubuh, dan Hati Buddha, semua tiada, sepenuhnya suci, inilah menjadi Buddha dalam tubuh kini. Setelah benar-benar memahami Hati Buddha, Anda akan mengetahui semua tiada, hanya tersisa Bodhicitta, kebajikan, dan kebijaksanaan.
Pada pengujung Dharmadesana, Dharmaraja memperagakan Mantra Navaksara dan Mudra Vidyaraja Acalanatha, memberitahu semua bahwa mudra ini bisa didorong keluar, sehingga tidak perlu takut kepada makhluk halus. Jika tidak sempat, bisa bentuk Mudra Empat Vertikal dan Lima Horizontal. Dalam proses bhavana, kita memang tidak bisa langsung mencapai kondisi anatman dan amanasikara, masih perlu melindungi diri, sehingga kini ditransmisikan metode simabandhana dari Vidyaraja Acalanatha Pancawarna. Jika bermimpi atau melihat hantu, Anda bisa membuat simabandhana ini.
Dharmadesana yang sangat berharga pun usai, tepuk tangan hadirin membahana. Kemudian, Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Mahasadhana Avenika Vidyaraja Acalanatha Pancawarna kepada segenap hadirin. Upacara pun berkahir dengan sempurna.
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#VidyarajaAcalanathaPancawarna
#SutraVimalakirti
Yidam Homa Minggu depan #VidyarajniMahamayuri
Informasi Pendaftaran Upacara Taiwan Lei Tsang Temple:
https://tbsec.org/公佈看板/〈台灣雷藏寺〉網路報名系統%20正式上線!
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV