Dharma Tantra Zhenfo Terus Berkembang di Indonesia
Dharma Tantra Zhenfo tersiar ke sepuluh penjuru
Silsilah Zhenfo mengakar di Nusantara
Borobudur Maha Mandala
Api Homa Catur Kiblat Menerangi Negeri Satya Buddha
Pada tanggal 29 Juli 2023, Zhenfo Zong Indonesia menyelenggarakan sebuah upacara yang sangat istimewa di candi agung Borobudur: "Upacara Agung Homa Catur Kiblat Namo Buddha Sakyamuni"
Empat orang Acarya Indonesia menjadi upacarika homa kali ini, antara lain: Acarya Lianfei (蓮飛上師) , Acarya Lianyuan (蓮元上師) , Acarya Lianzu (蓮祖上師), dan Acarya Lianyang (蓮樣上師).
Didukung oleh, Acarya dari Indonesia: Acarya Lianpu (蓮菩上師), Acarya Lianyang (蓮養上師), Acarya Lianjin (蓮妗上師), Acarya Lianzui (蓮最上師), dan perwakilan dari True Buddha Foundation (TBF), yaitu Acarya Lianyue (蓮悅上師), yang kini menjabat sebagai ketua divisi publikasi TBF.
Nidana kegiatan istimewa kali ini bermula pada awal tahun 2023, ketika perwakilan pengurus pusat Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan sowan kepada Dirjen Bimas Buddha yang baru saja menjabat, dan kedua belah pihak berbincang penuh sukacita. Dirjen Bimas Buddha mengungkapkan bahwa Kemenag RI, Kemendikbudristek RI, Kemenparekraf RI, Kementerian BUMN RI, Gurbernur Jawa Tengah, dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sependapat untuk meningkatkan status candi agung Borobudur sebagai tempat ibadah sakral bagi umat Buddha Indonesia dan umat Buddha dunia. Upacara homa dalam Zhenfo Zong memiliki ciri khas istimewa, oleh karena itu beliau menyarankan supaya Zhenfo Zong menyelenggarakan upacara homa di candi agung Borobudur, dan upacara homa kali ini akan menjadi salah satu kegiatan penting pemerintah untuk menjadikan candi agung Borobudur sebagai tempat suci bagi agama Buddha. Berkat nidana ini, majelis Zhenfo Zong Kasogatan segera melakukan diskusi, dan menetapkan bahwa upacara akan diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2023 yang bertepatan dengan bulan Sura yaitu bulan pertama (tahun baru) dalam kalender Jawa.
Pemerintah Indonesia sedang menggalakan perkembangan pariwisata Indonesia, candi agung Borobudur merupakan lokasi wisata yang unggul setelah Pulau Dewata Bali, oleh karena itu, dengan bimbingan dari Dirjen Bimas Buddha, diselenggarakan kegiatan akbar di candi agung Borobudur untuk menarik pengunjung dari dalam maupun luar negeri. Menurut Dirjen Bimas Buddha, upacara homa Zhenfo Zong sangat khas dan istimewa, oleh karena itu sangat menyarankan supaya Zhenfo Zong juga menyelenggarakan upacara akbar di candi agung Borobudur.
Kegiatan kali ini merupakan pertama kalinya Majelis Zhenfo Zong Kasogatan bersama Madha Tantri menyelenggarakan upacara di candi agung Borobudur. Walaupun Borobudur merupakan Candi Buddha, namun juga merupakan aset yang dikelola oleh negara, sehingga penggunaan Candi Borobudur untuk kegiatan ibadah harus koordinasi dan memohon izin kepada pihak terkait. Dengan Adhisana Mahaguru dan dukungan dari Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI pengurusan perizinan berjalan lancar.
Karena waktunya tidak banyak, setelah pembentukan panitia, melalui beberapa kali rapat daring, ditetapkan pembagian kerja, desain, publikasi, pendaftaran, persiapan acara, tata sarana puja, pembagian tenaga dan lain-lain, kerja persiapan terus dilakukan. Kita patut mensyukuri kemajuan teknologi, sehingga dapat dengan cepat berkomunikasi, dan ini sangat efektif untuk kerja yang melibatkan banyak pihak.
Dekorasi lokasi upacara hanya dilakukan dalam waktu dua hari, dan berjalan dengan lancar, sehingga pada tanggal 29 Juli, mandala Buddha Sakyamuni telah berdiri tegak menjulang tinggi di pelataran candi agung Borobudur.
Sejak pagi hari sudah banyak wisatawan yang mengunjungi candi agung Borobudur, banyak orang berlalu-lalang di pelataran candi, panitia sibuk menata mandala, di samping pelataran dibangun tenda untuk tamu agung, di atas panggung di tata Gamelan (alat music tradisional Indonesia dari Jawa Tengah), dan para Nayaga (pemain gamelan) melakukan tes audio dengan menyanyikan tembang Jawa. Semula banyak yang mengira bahwa mereka adalah kelompok musik yang diundang dari sanggar kesenian luar, tapi setelah bertanya, baru diketahui bahwa kelompok kesenian tersebut berasal dari tempat ibadah Zhenfo Zong di desa. Kelompok kesenian yang hadir hari ini berasal dari Vihara Vajra Bumi Satya Dharma Virya, Dusun Lamuk, dan akan mengisi upacara pembukaan di sore hari. Zhenfo Zong masih mempunyai satu lagi kelompok kesenian tradisional, yaitu di Vihara Vajra Bumi Giri Putra Cipari yang pada upacara ini akan menyambut para hadirin dengan lantunan tembang Jawa khas Banyumasan, mereka pernah berpartisipasi dan menjuarai perlombaan nasional. Kelompok kesenian di 2 vihara Zhenfo Zong Jawa Tengah ini masing-masing mendapat dukungan 1 set alat musik yang sangat berharga berupa Gamelan dari Kementerian Agama RI.
Acara hari itu dibagi menjadi dua, pertama adalah upacara pembukaan, yang mencakup kata sambutan tamu agung dan pentas seni. Tahap kedua adalah upacara homa dan persembahan pelita pradaksina mengelilingi candi agung Borobudur.
Upacara pembukaan dimulai pada pukul 4 sore, terlebih dahulu dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan kata sambutan dari Bapak Yusuf Sumarta selaku penanggung jawab dari pihak penyelenggara, beliau terlebih dahulu menyambut kedatangan tamu agung dari luar negeri, antara lain: Acarya Shi Lianyue dan sdri. Yi Siling dari Taiwan, Dharmacarya Shi Lianru dari Singapura, Biksuni Shi Lianyan dan umat dari Malaysia, serta Pandita Lokapalasraya dan umat dari Australia, terima kasih atas dukungan dari segenap tamu agung. Penanggung jawab juga menyampaikan terima kasih kepada Acarya Shi Lianfei yang telah berupaya keras untuk menghimpun segenap Dharmaduta dan seluruh panitia untuk bersama mendukung, serta terima kasih kepada segenap relawan yang telah sekuat tenaga bersumbangsih, terima kasih atas dukungan segenap donatur, sehingga upacara kali ini dapat dilaksanakan dengan lancar.
Berikutnya adalah kata sambutan dari ketua DPP Madha Tantri, Rahmat Hartanto, beliau menyampaikan harapan semoga melalui upacara kali ini, Buddha dan Bodhisattva mengadistana Indonesia makmur sentosa. Dilanjutkan dengan kata sambutan dari ketua Zhenfo Zong kasogatan: Winarni Harsono, yang terlebih dahulu berterima kasih kepada segenap donatur dan umat yang datang berpartisipasi untuk bersama mendukung pembabaran Dharma Tantra Zhenfo. Beliau juga menyampaikan harapan, semoga melalui kesempatan upacara kali ini, dapat menjalin persatuan Dharmaduta Zhenfo Zong untuk bersama memutar Dharmacakra, supaya Dharma Tantra Zhenfo terus berkembang di bumi Indonesia.
Berikutnya, Tanto selaku perwakilan WALUBI, menyampaikan bahwa Zhenfo Zong senantiasa mendukung kegiatan WALUBI, oleh karena itu, WALUBI juga sekuat tenaga mendukung kegiatan Zhenfo Zong, sebab kita semua adalah umat Buddha, dan sudah semestinya hidup berdampingan sebagai keluarga yang harmonis.
Kata sambutan berikutnya oleh Dirjen Bimas Buddha, beliau menyampaikan bahwa kini pemerintah sedang menggalakkan industri pariwisata, berharap supaya status candi agung Borobudur menjadi tempat suci agama Buddha di dunia. Beliau berharap, melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh umat Buddha di sini, dapat menarik minat umat Buddha dunia untuk datang Berdharmayatra ke candi agung Borobudur. Beliau menyampaikan semoga upacara Zhenfo Zong dapat berjalan dengan sempurna, membimbing kesucian dan ketenteraman hati bagi bangsa Indonesia.
Usai kata sambutan, dilanjutkan acara pentas seni. Umat dari Vihara Vajra Bumi Satya Dharma Virya Dusun Lamuk menampilkan sendratari, semua ditulis dan diproduseri oleh Pandita Dharmaduta Suyamto. Sendratari ini mengisahkan setelah Parinirwana Sang Buddha, karena ulah dari Raja Brahma Sikhin, gangguan Mara muncul di empat penjuru, mengusik ketenteraman umat Buddha, sehingga dari cakra anahata Sang Buddha menjelma Vajra Ucchusma untuk menaklukkan rintangan Mara, sehingga umat Buddha dapat kembali hidup tenteram. Sebuah kisah yang singkat, dipadukan dengan kostum yang megah, Vajra Ucchusma yang penuh warna warni, topeng yang menyeramkan, para dewa dewi bajik maupun jahat, para dewi yang jelita, dan diiringi alunan musik tradisional, berhasil menampilkan kisah agama Buddha dengan sangat hidup, dan menarik perhatian dari seluruh penonton. Terlebih saat sendratari dimulai, para tamu agung dibuat sangat terkesan, karena dipersilakan untuk mempersembahkan dupa, kemudian diberikan cenderamata kepada segenap tamu agung. Talenta seni dari Pandita Dharmaduta Suyamto sungguh istimewa, segenap umat Vihara Vajra Bumi Satya Dharma Virya juga sangat total dalam pentas, sungguh patut kita puji, teladani, dan dukung. Usai pentas, pembawa acara mempersilakan segenap tamu agung dan Acarya untuk menyalakan lilin besar di mandala dan obor catur kiblat di candi. Berikutnya dilakukan foto bersama, dan upacara pembukaan pun diakhiri dengan pembagian konsumsi makan malam bagi segenap hadirin.
Usai santap malam, langit mulai menggelar layar malam menyelimuti arena, lampu penerangan dinyalakan di keempat penjuru, cahaya lilin warna warni di atas mandala, obor mengitari bagian bawah mandala, segenap cahaya berpadu, dan di puncak mandala adalah bijaksara Buddha Sakyamuni yang bersinar terang.
Dalam upacara kali ini, pihak pengelola Borobudur membatasi peserta yang boleh masuk pelataran hanya 1200 orang, oleh karena itu bagi umat yang ingin berpartisipasi wajib terlebih dahulu menerima tanda pengenal baru bisa masuk arena. Prosedur ini membuat beberapa umat yang datang secara mendadak terpaksa membatalkan rencana karena sudah tidak ada kuota.
Pada pukul 7 malam, Upacara Api Homa Buddha Sakyamuni Catur Kiblat pun dimulai, upacara kali ini dipimpin oleh empat orang Acarya: Acarya Shi Lianyuan, Acarya Shi Lianfei, Acarya Shi Lianzu, dan Acarya Shi Lianyang. Didampingi oleh lima orang Acarya: Acarya Shi Lianyue, Acarya Shi Lianpu, Acarya Shi Lianyang, Acarya Shi Lianjin, dan Acarya Shi Lianzui. Selain itu, didukung pula oleh Dharmacarya Shi Lianhong (釋蓮轟教授師), dan Dharmacarya Shi Lianru (釋蓮茹教授師), beserta banyak biksu/biksuni.
Prosesi penyambutan upacarika berjalan sangat anggun dan khidmat, terdapat 11 orang Pandita Dharmaduta dan 20 orang Pandita Lokapalasraya yang bersatu dalam barisan penyambutan upacarika. Selain itu, Vihara Vajra Bumi Nusantara juga menjadi pembawa acara dan regu pelantunan puja, didukung oleh tempat ibadah dari Jawa Tengah yang masuk dalam regu alat pengiring puja, seluruh pandita yang hadir juga turut berpartisipasi dalam upacara kali ini.
Ketika pembawa acara menyiarkan bahwa upacara dimulai, tambur berbunyi, barisan penyambut upacarika berjalan diiringi suara mantra, melangkah dengan rapi penuh laku wibawa, menyambut segenap Acarya masuk Bodhimanda, untuk kemudian terbagi ke empat sisi untuk mempersembahkan dupa di hadapan tungku homa catur kiblat, dilanjutkan dengan mahanamaskara dan naik Dharmasana. Segenap umat yang hadir duduk di keempat penjuru mandala, semua bersama bersadhana penuh khidmat.
Keseluruhan upacara dibawakan dengan bahasa Indonesia, yang paling istimewa adalah Pandita Dharmaduta Tasimun membaca surat doa dalam bahasa Jawa. Ketika api homa mulai berkobar, api menjelma menjadi terang tak terhingga, kayu homa dipersembahkan ke dalam tungku menambah besar pancaran terang homa, melambangkan kesempurnaan terang pemenuhan harapan segenap umat. Keempat Acarya upacarika bersama membentuk berbagai mudra adistana. Saat memasuki tahap akhir, sebelum penyaluran jasa, semua bersama melantunkan Gatha Mohon Buddha Menetap di Dunia dalam bahasa Indonesia, semua bersama dengan merdu dan rasa haru melantunkan aspirasi semoga Dharmaraja Liansheng panjang umur, menetap di dunia, memutar Dharmacakra nan agung. Acarya Shi Lianyuan mewakili semua untuk melakukan penyaluran jasa kolektif. Upacara Api Homa Buddha Sakyamuni Catur Kiblat pun usai dengan sempurna dan manggala.
Puncak lain setelah homa adalah ketika Acarya Shi Lianfei memandu semua untuk melakukan pradaksina di candi agung Borobudur, karena jumlah peserta sangat banyak, dan meskipun sudah dibuat tiga barisan, hanya bisa dilakukan satu kali pradaksina, setelah semua kembali, dilakukan satu kali lagi pradaksina, dan sesi pradaksina pun menyempurnakan serangkaian acara dalam kegiatan kali ini.
Terima kasih kepada segenap Acarya, Dharmacarya, biksu, biksuni, pandita Dharmaduta, pandita lokapalasraya, dan segenap relawan, terlebih adalah relawan tim altar mandala, yang pada malam hari itu juga masih harus bersusah payah untuk tinggal di lokasi demi membongkar mandala, serta membereskan semua barang, sungguh semua telah mewujudkan semangat yang luar biasa dalam mendukung pembabaran Buddhadharma, demi memberikan manfaat kepada semua makhluk.