28 Januari 2024 Upacara Homa Vajrasattva di Rainbow Temple
Liputan TBSN LIanhua Yunshen (蓮花云紳)
Pada tanggal 18 Februari 2024, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, dengan tulus mengundang Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Homa Vajrasattva (Jin’gangsaduo/金剛薩埵). Terlebih dahulu, Dharmaraja memberitahukan, hari Sabtu minggu depan, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (Xiyatu Leizangsi/西雅圖雷藏寺) menyelenggarakan Upacara Agung Musim Semi Tahunan Bodhisatwa Avalokitesvara, serta transmisi perdana Sadhana Rahasia Divyacaksu Bhagavati Saptacaksu; Keesokan harinya, Minggu, memimpin Upacara Agung Musim Semi Homa Arya Avalokitesvara Makmur Sejahtera Setiap Kelahiran, kedua upacara diselenggarakan di Rainbow Temple.
Selanjutnya, Dharmaraja memperkenalkan Istadewata Homa hari ini, Vajrasattva. Dharmaraja membabarkan: “Vajrasattva merupakan sesepuh perintis Vajrayana, Vajradhara paling awal adalah Buddha Adharma, kemudian Pancadhyani Buddha membabarkan Vajrayana, disebut sebagai Panca Vajradhara; Vajrasattva adalah Dharmarajaputra dari Pancadhyani Buddha, disebut sebagai Vajradhara keenam. Kemudian, di India Selatan, Bodhisatwa Nagarjuna membuka Stupa Besi dan berjumpa dengan Vajrasattva, Vajrasattva mentransmisikan dua Maha Mandala: Vajradhatu dan Garbhadhatu kepada Bodhisatwa Nagarjuna. Vajrasattva sendiri merepresentasikan maitrikaruna, perwujudannya adalah Bodhisatwa Vajrapani yang merepresentasikan Dharmabala dan upaya-kausalya; Bodhisatwa Vajracitta, merepresentasikan batin Vajrasattva, sekaligus merepresentasikan Sarwadharma; Mantra Sataksara merepresentasikan Mulajnana. Oleh karena itu, menjapa Mantra Sataksara dapat mempurifikasi, digunakan untuk pertobatan, santika, serta mengandung berbagai macam kebajikan. Mantra Sataksara sangat penting.”
“Pohon Silsilah Tantra, Buddha Adharma sebagai akar mula, Pancadhyani Buddha sebagai lima akar, dan Vajrasattva sebagai batang pohon, ranting pohon merepresentasikan sekte-sekte Tantrayana, bunga dan daun merepresentasikan tiap organisasi dalam Tantra, Pohon Silsilah ini merepresentasikan silsilah Tantra. Jika batang pohon patah, berarti silsilah pun putus, merusak samaya. Vajrayana mengutamakan silsilah, jika mencampakkan silsilah, berarti ranting dan daun layu, kehilangan silsilah.”
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa dari Malaysia bertanya, dalam buku nomor 250, Mahaguru Lu menyebutkan, “Tidak perlu menggunakan ramalan dewata, cukup menguap langsung tahu apakah California akan turun hujan.” Mohon tanya, mengapa saat memberikan konsultasi, biasanya Mahaguru Lu akan menggunakan metode ramalan dewata, dan bukan langsung menjawab?
Dharmaraja tertawa menjawab, “Biar saya tanyakan dahulu!” (setelah melakukan ramalan dewata) “Mahadewi Yaochi tidak menjawab saya, minta saya untuk langsung menjawab Anda. Saya beritahu, kadang menggunakan ramalan dewata media jari, kadang langsung jawab. Sebab saya bisa melihat atribut rupa, begitu mengamati Anda, saya langsung tahu apa yang dilakukan oleh orang ini seumur hidupnya, sebab pada wajah Anda ada banyak jawaban. Ada berapa saudara, bisa lihat di alis; Apakah bakal sukses, bisa lihat dagu; Mengamati warna dan kerutan di dahi dan ujung mata bisa mengetahui jodoh; Untuk mengetahui harta, bisa amati ujung hidung; Untuk mengetahui kekuasaan, bisa mengamati tulang; Untuk mengetahui panjangnya usia, bisa mengamati bagian oreng (alur antara hidung dan bibir atas) dan cuping telinga. Untuk mengetahui kebijaksanaan, bisa mengamati mata; Untuk mengetahui bisa atau tidak terlahir di Buddhaksetra, atau apakah bisa mencapai keberhasilan bhavana, bisa diketahui dengan mengamati komposisi wajahnya, ini semua bisa langsung dijawab. Ada kalanya saya juga mengamati garis tangan, untuk mengetahui pernikahan, usia, pendidikan, kerisauan, keturunan, semua tergambar pada garis tangan. Jika ada yang kehilangan sanak keluarga, bisa bertanya kepada Mahadewi Yaochi, ada beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada Buddha dan Bodhisatwa, ada juga yang bisa langsung dijawab.”
◎ Pengulasan Sutra Vimalakirti
Bagian 7, Varga Mengamati Semua Makhluk:
“Mengamalkan maitri Bodhisatwa demi kententeraman semua makhluk. Mengamalkan maitri Tathagata sehingga memperoleh atribut demikian. Mengamalkan maitri Buddha menyadarkan semua makhluk. Mengamalkan maitri alamiah, sebab tiada perolehan dan tiada pamrih. Mengamalkan maitri Bodhi, sebab ekarasa. Mengamalkan maitri tiada tara, mematahkan berbagai kecintaan. Mengamalkan maha maitri karuna, membimbing dengan Mahayana. Mengamalkan maitri tanpa jemu, mengamati sunya anatman. Mengamalkan maitri Dharmadana, tiada rasa kikir. Mengamalkan maitri menjaga sila, demi mengubah perilaku melanggar aturan. Mengamalkan maitri kesabaran, demi melindungi diri dan yang lain. Mengamalkan maitri virya, sebab memikul semua makhluk. Mengamalkan maitri samadhi, tidak terpengaruh oleh sensasi . Mengamalkan maitri kebijaksanaan, senantiasa mengetahui saat yang tepat. Mengamalkan maitri upaya, dapat menampakkan diri pada semua.”
“Mengamalkan maitri Bodhisatwa demi kententeraman semua makhluk.”
Dharmaraja Liansheng menjelaskan, Bodhisatwa Manjusri bertanya kepada Arya Vimalakirti, “Bagaimana mengamalkan maitri Bodhisatwa?” Arya Vimalakirti menjawab, “Melakukan berbagai hal demi ketenteraman dan kebahagiaan semua makhluk, ini disebut maitri Bodhisatwa.” Bodhisatwa berkarya demi ketenteraman dan kebahagiaan semua makhluk, siswa yang menerima Sila Bodhisatwa mesti ingat hal ini, yaitu demi ketenteraman dan kebahagiaan semua makhluk.
“Mengamalkan maitri Tathagata sehingga memperoleh atribut demikian.”
Selain itu, Arya Vimalakirti menambahkan, “Maitri Tathagata”, sebab Dharma yang dibabarkan adalah demikian adanya. “Demikian adanya” dua kata ini sering muncul dalam kitab Buddha, artinya “Demikianlah”. Tathagata adalah satu gelar dari Buddha, “Seperti pergi” ini juga salah satu gelar Buddha. Tathagata berarti sepertinya datang, sepertinya pergi. Setelah mencapai Bodhi, tak goyah, tiada datang dan pergi. Karena Anda mengamalkan maitri Buddha, berupaya untuk mencerahkan semua makhluk, menggunakan Buddhadharma untuk menyadarkan semua makhluk, inilah maitri Tathagata.”
“Mengamalkan maitri alamiah, sebab tiada perolehan dan tiada pamrih.”
Apa itu maitri alamiah? Sebab tidak ada konsep memperoleh dan kehilangan, yang paling utama dalam Sutra Hati, “tiada suatu yang diperoleh”, kita tidak memperoleh suatu apa pun, jika ada yang Anda peroleh, berarti itu semua hanya perolehan yang sangat kecil. Tidak memperoleh dan tidak kehilangan, inilah maitri alamiah.
“Mengamalkan maitri Bodhi, sebab ekarasa.”
Dalam Tantra ada empat jenis yoga: ekagrayoga, nisprapancyayoga, ekarasayoga, dan abhavanayoga. Asalkan Anda berkontak yoga dengan Istadewata, berarti Anda mencapai ekarasayoga, tubuh, ucapan, dan pikiran Anda, serta ikrar Anda, berarti tubuh, ucapan, pikiran, dan ikrar Istadewata, yaitu maitri Bodhi.
“Mengamalkan maitri tiada tara, mematahkan berbagai kecintaan.”
Mengamalkan maitri tiada tara, ini adalah tingkatan yang sangat tinggi. Pada umumnya, saat itu juga alamiah, akrta, tanpa pamrih, melakukannya tanpa mengharap balasan, juga tidak memikirkannya, ini disebut tiada tara, ini yang paling tinggi. Di dunia saha ini pada dasarnya akrta, tidak mengharap imbalan apa pun, inilah akrta. Karena akrta, maka tidak ada kecintaan apa pun. Tantrayana tergolong Buddha Mahayana, ada istilah delapan sekte Mahayana: Dhyana, Vinaya, Tanah Suci, Tantra, Dharmalaksana, Tiantai, Trisastra, dan Avatamsaka. Pada umumnya, delapan sekte ini mengajarkan maitri dan karuna, menyeberangkan semua makhluk. Menekuni Dharma Mahayana, sehingga mengamalkan maha karuna dan maha maitri.
“Mengamalkan maitri tanpa jemu, mengamati sunya anatman.”
Mengamalkan maitri tanpa jemu, berkarya demi semua makhluk tanpa merasa jemu, melayani semua makhluk tanpa bermalasan, inilah maitri tanpa jemu.
Berikutnya membahas Sadparamita:
“Mengamalkan maitri Dharmadana, tiada rasa kikir.”
Berdana ada derma harta, derma Dharma, derma abhaya, di antaranya, derma Dharma yang tertinggi, membabarkan Dharma demi menolong makhluk, inilah maitri Dharmadana.
“Mengamalkan maitri menjaga sila, demi mengubah perilaku melanggar aturan.”
Menjaga sila merupakan maitri karuna, diri sendiri menjaga sila, juga mengajari supaya insan lain menjaga sila.
“Mengamalkan maitri kesabaran, demi melindungi diri dan yang lain.”
Saya beritahu Anda semua, “Saya dan semua makhluk adalah satu, bukan dua.” Mengapa? Sebab hati, Buddha, dan makhluk, ketiganya tiada berbeda. Semua makhluk punya Buddhata, bahkan cacing tanah dan ulat pun saya seberangkan. Mengapa kesabaran? Sebab tidak boleh mencelakai semua makhluk, maka saya juga membangkitkan satu ikrar, “Saya tidak akan pernah menggugat.” Sebab, jika saya menggugat seseorang, orang itu pasti menderita, saya sendiri juga menderita. Manusia ini sudah sangat menderita, buat apa menambah penderitaan lagi di atas penderitaan? Tidak apa-apa merugi, inilah kesabaran. Sebab hati, Buddha, dan makhluk, ketiganya tiada berbeda, jangan sampai mencelakai insan lain, termasuk menggunakan bahasa atau tulisan. Dulu saya juga melakukan kesalahan, setelah benar-benar memahami Buddhadharma, maka tidak semestinya menggugat orang, ini yang dilakukan oleh insan awam, bukan hal yang dilakukan oleh seorang sadhaka, demikian menurut hemat saya.
“Mengamalkan maitri virya, sebab memikul semua makhluk.”
Menapaki jalan bhavana dengan tekun, tanpa bermalasan, inilah maitri virya, sejak usia 26 hingga 80 tahun, saya senantiasa mengamalkan maitri virya. Saya melakukan penyeberangan Bahtera Dharma, tiap hari melakukan, di rumah maupun di luar selalu lakukan. Inilah virya, sebab Anda memikul semua makhluk, maka Anda harus tekun.
“Mengamalkan maitri samadhi, tidak terpengaruh oleh sensasi.”
Anda sendiri bisa masuk samadhi, juga perlu mengajari insan bagaimana masuk samadhi; Anda memperoleh rasa Dharma samadhi, tetapi tidak puas hanya dengan rasa Dharma, justru masuk lebih dalam, tidak hanya berhenti pada sensasi ringan dan damai, inilah pengamalan maitri samadhi.
“Mengamalkan maitri kebijaksanaan, senantiasa mengetahui saat yang tepat.”
Insan yang memiliki kebijaksanaan, mesti memahami akar pembawaan semua makhluk, memiliki kebijaksanaan pembeda, memberikan bimbingan kepada tiap makhluk sesuai dengan akar mereka masing-masing.
“Mengamalkan maitri upaya, dapat menampakkan diri pada semua.”
Segala metode untuk menyeberangkan semua makhluk, Anda bisa membimbing tiap insan, ini adalah maitri upaya, Anda bisa menampakkan diri di berbagai tempat. Sama seperti saat Arya Vimalakirti membimbing sepuluh siswa utama, di mana sepuluh siswa utama berada, Arya Vimalakirti bisa menampakkan diri di sana untuk memberi pelajaran.
Dharmadesana usai sampai di sini, dengan demikian rangkaian Upacara Homa pun usai dengan sempurna. Dharmaraja Liansheng saling menyapa dengan siswa yang berpartisipasi melalui daring, kemudian menganugerahkan Abhiseka Sadhana Vajrasattva dan Sapu Purifikasi kepada segenap siswa di lokasi, abhiseka juga termasuk Abhiseka Sarana.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 11:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 06:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#Vajrasattva
Upacara minggu depan #AryaAvalokitesvara
#SutraVimalakirti