Kunjungan Pertukaran Seni dan Budaya Menembus Sekat Negara dan Agama
Oleh: Wartawan TBF
Pada tanggal 3 Maret 2024, ada dua tamu agung istimewa yang datang dari jauh, sowan kepada Dharmaraja Liansheng, kedua tamu agung antara lain: Aisha Imam, pendiri sekaligus direktur eksekutif Reed Society for the Sacred Arts, dan Jane Fatima Casewit, seorang penulis, penerjemah, dan pendidik, terkhusus dalam hal Sufisme, dari Moroko. Aisha dan Jane adalah sahabat karib dari Demi (Siswa Dharmaraja Liansheng, yang memiliki nama visuddhi: Lianzi/蓮姿), Demi merupakan seorang seniman dan penulis lebih dari 300 buku anak, yang telah memperoleh penghargaan. Bulan Oktober tahun lalu, mereka membawakan acara Mawlid Grand Celebration di National Museum of Asian Art, Smithsonian's Freer and Sackler Galleries.
Dharmaraja Liansheng dengan penuh keramahan menyambut kedua tamu agung tersebut, kedua belah pihak saling memberi salam, serta saling menghadiahkan salinan karya lukis dan kaligrafi. Sebagai penggemar dan pemerhati seni religi, kedua tamu agung merasa sangat berjodoh dengan Dharmaraja Liansheng, serta menerima tutur Dharma dari Dharmaraja Liansheng: "Tiada suatu yang diperoleh, tidak kekal, dan maitri, karuna, mudita, upeksa." yang disampaikan dengan nuansa humor. Dharmaraja Liansheng juga membahas pentingnya memiliki pegangan keyakinan, seperti agama Kristen, agama Islam, agama Buddha, atau agama lainnya. Sesungguhnya duluan masuk surga juga hal yang sangat baik, asalkan kita tercerahkan, pada akhirnya semua memiliki terang, kembali pada mula. Ini merupakan sebuah pertukaran seni dan budaya spiritual yang menembus sekat negara dan agama.