Totalitas Mengorbankan Jiwa dan Raga, Tidak Memikirkan Ego, Hanya Memikirkan Semua Makhluk - Rangkaian Liputan Bersama Buddha
【Berita Seattle Ling Shen Ching Tze Temple】
Pada tanggal 3 Mei 2024, setelah santap malam di ruang makan Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (Xiyatu Leizangsi/西雅圖雷藏寺), Dharmaraja Liansheng membahas catvari samgraha vastuni atau empat metode mengundang insan untuk dibimbing, antara lain: derma, ucapan kasih, memberikan manfaat, dan bekerja sama.
Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, Arya Vimalakirti juga mengatakan: "Untuk membimbing seseorang, mesti menyamakan diri dengannya, sehingga bisa membimbingnya secara langsung.", Bodhisatwa Avalokitesvara, demi membimbing Jambhala Merah, mengubah diri sendiri menjadi Jambhala Merah berwujud perempuan. Jambhala Merah yang melihatnya, langsung mengejarnya, dan Jambhala Merah Perempuan pun lari menjauh, tiap kali hampir terkejar, Beliau lari lagi, dan pada akhirnya, Jambhala Merah mengaku tidak berdaya, tidak sanggup lagi. Ia ingin memperistrinya, bagaimana? Jambhala Merah Perempuan mengatakan, syaratnya mudah, mulai hari ini Anda tidak boleh lagi memangsa insan, maka Aku akan bersedia menikah dengan Anda. Jambhala Merah pun bersumpah, mulai hari itu, tidak akan lagi mencelakai dan memangsa insan. Jambhala Merah Perempuan pun bersedia hidup bersama, menjadi berpasangan, ini merupakan kisah Maha Arya Nandikesvara.
Jambhala Merah atau Ganapati semula mencelakai sangat banyak insan, dan demi menyelamatkan semua makhluk, Bodhisatwa Avalokitesvara pun mengorbankan diri sendiri untuk mendampingi Jambhala Merah, menjelma menjadi Jambhala Merah Perempuan untuk memikat dan membimbingnya, dan setelah menikah, Jambhala Merah tidak lagi mencelakai insan.
Dharmaraja juga mengungkapkan, dalam catatan sejarah Tibet, pernah disebutkan asal-usul orang Tibet, ada Dewa Kera yang ikut berbhavana bersama Bodhisatwa Avalokitesvara di Potaloka, Bodhisatwa Avalokitesvara memintanya untuk pergi berbhavana di sebuah gua di Tibet, supaya ia dapat mencapai keberhasilan. Maka ia pun pergi berbhavana di Tibet, kemudian, ada sesosok Yaksini yang datang berusaha memikat Dewa Kera. Bodhisatwa Avalokitesvara memberitahu Dewa Kera, mesti mengorbankan diri untuk membimbing Yaksini tersebut, kelak wilayah tersebut akan menjadi Bodhimanda Bodhisatwa Avalokitesvara. Akhirnya, Dewa Kera menikah dengan Yaksini, seiring waktu, menjadi leluhur dari orang Tibet, ini merupakan legenda rakyat Tibet. Seluruh Tibet merupakan Bodhimanda Bodhisatwa Avalokitesvara.
Catvari Samgraha Vastuni menggunakan welas asih dan upaya kausalya untuk memikat dan menuntun insan, melalui teladan dari Bodhisatwa Avalokitesvara, Dharmaraja Liansheng mengajarkan kepada kita, selain welas asih dan upaya, kita perlu meneladani semangat tanpa diri dari Bodhisatwa, penuh totalitas mempersembahkan jiwa dan raga, tidak memikirkan ego, hanya memikirkan kebaikan bagi semua makhluk.
Setiap hari Dharmaraja Liansheng membabarkan Dharma memberikan manfaat bagi semua, setiap hari memberi layanan konsultasi Dharma bagi insan, setiap hari menulis dan melukis, setiap hari melakukan penyeberangan Ribuan Bahtera Dharma, tiap saat dalam hidup Beliau digunakan untuk memikirkan demi kebaikan semua makhluk, mengadhisthana semua makhluk, merupakan teladan aktivitas tanpa henti dari Bodhisatwa.
Sepenuh hati bersembah puja dan bersyukur kepada Maha Jasa Mulacarya Liansheng.