5 Januari 2025 Liputan Upacara Homa Buddha Sakyamuni di Rainbow Temple
Liputan TBSN Lianhua Lihua (蓮花麗樺)
Pada tanggal 5 Januari 2025, bertempat di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, Dharmaraja Lian Sheng memimpin Upacara Homa Buddha Sakyamuni (Shijiamounifo/釋迦牟尼佛). Usai homa, Dharmaraja Lin Sheng mengumumkan bahwa pada hari Minggu, tanggal 12 Januari 2025, pukul 3 sore, akan diselenggarakan Upacara Homa Mahottara Heruka (Dahuanhuawang Jin’gang/大幻化網金剛). Dharmaraja menyebutkan, Mahottara Heruka memiliki daya unggul dalam mengatasi karmavarana dan mengikis karmavarana semua makhluk, dapat menampilkan kontak batin yang ajaib, terutama dalam hal penyembuhan, memiliki hasil yang sangat baik.
Selain itu, Dharmaraja Lian Sheng memberitahukan bahwa Istadewata transmisi sadhana pada Upacara Musim Semi adalah Bhagavati Tara Bhaisajyaraja ( Tara Raja Pengobatan ) Yaowang Dumu/藥王度母, yang merupakan perwujudan dari Syama Tara. Titik berat upacara Tara Bhaisajyaraja ini adalah menganugerahkan obat yang mujarab, membantu mengatasi berbagai persoalan penyakit. Dharmaraja menekankan, Upacara Tara Bhaisajyaraja sangat langka, tetapi Tara Bhaisajyaraja telah menyanggupi untuk menyingkirkan banyak penyakit dan rintangan insan pada upacara kali ini, dan menganugerahkan kontak batin istimewa.
Dharmaraja Lian Sheng membabarkan, Buddha Sakyamuni memiliki kedudukan yang sangat agung, dan keutamaan dalam ajaran Beliau sangat mendalam. Buddha Sakyamuni merupakan pemimpin spiritual di dunia saha, sekaligus merupakan Perlindungan bagi semua makhluk, umat Buddha menyebut Beliau sebagai Begawan. Sedangkan anggota Sangha menggunakan kata “Sakya” sebagai marga, melambangkan diri sendiri adalah siswa dari Buddha Sakyamuni.
Dharmaraja mengungkapkan, Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma selama 49 tahun, mulai dari Empat Kebenaran Mulia, Enam Paramita, Tridharma Mudra, hingga 37 Bodhipaksika, dan 12 nidana, mencakup Hinayana, Mahayana, dan Vajrayana, membabarkan Buddhadharma secara jelas dan lengkap. Buddha Sakyamuni memiliki 32 tanda keagungan, dan 80 tanda minor. Sebelum meninggalkan kehidupan duniawi, Beliau bernama Siddhartha, lahir di bawah Pohon Asoka di Lumbini, meninggalkan keduniawian pada usia 29 tahun, dan mencapai Bodhi pada usia 35 tahun, membabarkan Dharma selama 45 tahun, menggelar pembabaran Sutra sebanyak lebih dari 300 kali, dan telah menyeberangkan para dewa dan manusia, serta semua makhluk yang tak terhitung banyaknya, Beliau Parinirwana pada usia 80 tahun.
Dharmaraja mengungkapkan Buddha Sakyamuni memutar Cakra Dharma sebanyak tiga kali:
Pemutaran Cakra Dharma pertama: Empat Kebenaran Mulia (duka, sebab duka, lenyapnya duka, dan jalan menuju lenyapnya duka)
Pemutaran Cakra Dharma kedua: Mahaprajnaparamita (Buddhadharma Mahayana)
Pemutaran Cakra Dharma ketiga: Tantrayana (Vajrayana), mengajarkan jalan Kebuddhaan kepada semua makhluk.
Welas asih dan kebijaksanaan Buddha Sakyamuni, menampilkan kualitas kebajikan berupa “Agung dalam cinta kasih”, merupakan Arya yang paling sempurna di dunia saha, semua Buddhadharma dibabarkan oleh-Nya, merupakan perlindungan dan teladan semua makhluk dalam berbhavana dan vimoksa. Di akhir, Dharmaraja memberi semangat kepada segenap umat untuk tekun berbhavana sesuai dengan ajaran Buddha Sakyamuni, mulai dari mematuhi sila dalam Hinayana, semangat memberi manfaat bagi semua makhluk dalam Mahayana, hingga jalan Kebuddhaan dalam Tantrayana.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa dari Taiwan bertanya:
Dalam buku ke-260 “Kunci Langit”, disebutkan: “Tidak berkumpul bersama orang yang melanggar sila dan berpandangan sesat, supaya tidak tercemar.”
Kita semua tahu bahwa kami yang datang ke tempat ibadah adalah sadhaka yang tidak sempurna, tetapi di tempat ibadah tak terhindarkan adanya satu atau dua rumput ilalang, sudah datang lama ke tempat ibadah, tetapi tidak tahu bagaimana menjapa mantra, bagaimana menekuni Sadhana Zhenfo, berlidah dua, malas, mencuri, asusila, di hadapan Buddha bicara asusila, dan lain sebagainya. Sehingga muncul permasalahan di tempat ibadah, membuat orang membenci, melanggar karma ucapan, dan lain sebagainya. Tempat ibadah kehilangan kedamaian dan persatuan, yang tidak Bersarana juga menggunjingkan Zhenfo Zong. Selain itu, di antaranya juga ada umat Sedharma yang dekat dengan mereka, dan pasti tercemari.
1. Sadhaka Zhenfo mesti belajar memandang setara terhadap semua makhluk, tetapi juga tidak boleh berkumpul bersama orang yang melanggar sila dan berpandangan sesat, jadi sebaiknya bagaimana?
2. Jika kita berniat baik dengan tutur kata yang baik mengingatkan, atau kandang bertindak gegabah. Demi kerukunan dan persatuan di tempat ibadah, melarang umat seperti itu untuk datang ke tempat ibadah, apakah dengan demikian menghalangi insan, dan membuat kita menanggung akibat buruk. Apakah bisa memberi toleransi supaya kami bisa melarang dia untuk datang ke tempat ibadah?
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa di tempat ibadah umat Buddha sering terjadi masalah hubungan, seperti melanggar sila, hal-hal tidak baik, dan lain sebagainya, semua ini merupakan fenomena yang sangat kerap dijumpai. Dharmaraja menunjukkan, persoalan seperti ini mesti diserahkan kepada Divisi Pengawasan True Buddha Foundation atau Divisi Dharmabakti, untuk ditangani. Dharmaraja juga membabarkan perihal “Tiga hal sukar di dunia.” :
Sukar masuk surga: Tidak mudah mencapai keberhasilan bhavana, butuh untuk konsisten tekun.
Sukar cari nafkah: Dalam lingkungan resesi ekonomi, sangat sukar untuk mencari nafkah.
Sukar mengatasi masalah interaksi: Interaksi antar manusia yang paling rumit, terlebih dalam lingkungan banyak orang.
Dharmaraja Lian Sheng menekankan, di mana ada manusia, pasti ada perselisihan, ini adalah sifat manusia. Oleh karena itu, saat menghadapi perselisihan, jangan terlalu melekat, gunakan kebijaksanaan Buddha memandang semua makhluk sebagai Buddha, saling memahami dan saling merangkul. Di akhir, Dharmaraja mempersilakan Ayushmat Acarya Lian Seng (長老蓮僧上師) selaku ketua Divisi Pengawasan untuk berbagi.
Acarya Lian Seng membagikan, terhadap persoalan interaksi dalam tempat ibadah, biasa digunakan cara pendidikan untuk mengatasinya. Contohnya, saat umat mengalami hal yang serupa, dalam Berdharmadesana, Acarya akan menggunakan kisah Buddhadharma atau contoh lampau untuk memberikan pendidikan. Jika kondisinya parah, akan berkomunikasi secara pribadi dengan pihak terkait, memberi nasihat supaya selaras dengan manajemen tempat ibadah. Ini adalah metode yang digunakan oleh Acarya di Vijaya Temple (Zunsheng Leizangsi/尊勝雷藏寺).
Manusia pada dasarnya tidak sempurna, tidak ada tempat yang sepenuhnya bersih dari perselisihan. Asalkan di sana ada manusia, pasti ada kontradiksi dan perselisihan. Ada yang mengkritik manajemen tempat ibadah yang tidak baik, bahkan mengatakan bahwa Zhenfo Zong adalah tempat ibadah paling buruk, tetapi jika melihat tempat ibadah yang lain, yang kelihatan teratur, kelihatan harmonis, bagian dalamnya mungkin tersembunyi gejolak, bahkan ada yang saling jegal dan bersengketa. Persoalan ini tidak hanya di tempat ibadah, ini adalah sifat manusia pada umumnya.
Pernah ada seorang upasaka yang karena latar belakangnya rendah, sehingga ditolak di tempat ibadah lain, saat ia datang ke tempat ibadah Zhenfo Zong justru merasakan kesetaraan, sebab tidak dibedakan berdasarkan status, semua adalah Buddha. Esensi bhavana ada pada pembinaan batin diri sendiri, bukan ada pada status dan lahiriah. Tempat ibadah kita tidak ada seragam dan aturan, hanya berharap semua saling menghargai, dan berinteraksi dengan harmonis. Berjumpa mesti tersenyum, mempertahankan kehangatan dan kerukunan, dengan demikian bisa mengatasi banyak persoalan.
Sadhaka mesti memahami, bentuk lahiriah tidak penting, bhavana yang sesungguhnya ada pada kedamaian dan keluasan batin. Tidak peduli berapa banyak kontradiksi dan perselisihan, tidak perlu bertikai dan melekat, lebih baik diatasi menggunakan welas asih dan kebijaksanaan. Tiap insan mesti saling menghormati, mencari cara untuk hidup bersama dengan harmonis, inilah makna sesungguhnya dari bhavana.
◎ Pengulasan Sutra Vimalakirti
Bagian 13, Varga Persembahan Dharma
“Di mana pun terdapat Sutra ini, baik itu di desa, kota, hutan, maupun alam bebas, Aku dan segenap pariwara, akan hadir di lokasi tersebut untuk mendengarkan pembabaran Dharma; Bagi yang belum memiliki keyakinan, supaya membangkitkan keyakinan; Bagi yang telah meyakini, supaya dilindungi.”
Buddha bersabda: “Sadhu! Sadhu! Wahai Dewa Sakra, seperti yang Engkau katakan, Aku pun turut bersukacita. Sutra ini membabarkan Anuttara Samyaksambodhi yang luar biasa dari para Buddha masa lampau, sekarang, dan mendatang. Oleh karena itu, wahai Sakra! Bila putra maupun putrid yang berbudi, menerima, mempertahankan, membaca, dan memberi persembahkan kepada Sutra ini, berarti telah memberi persembahan kepada Buddha lampau, kini, dan mendatang.”
“Wahai Dewa Sakra! Sekalipun trisahasra mahasahasra lokadhatu dipenuhi oleh Tathagata, (rapat) seperti tanaman tebu, seperti tanaman padi; Bila ada para putra maupun putri yang berbudi, entah selama satu kalpa, atau kalpa berikutnya, menghormati, memuji, dan memberi persembahan, melayani dan menjamin ketenteramannya, hingga para Buddha Parinirwana, menggunakan sarira sekujur tubuh, membangun stupa sapta ratna, yang luasnya memenuhi lorong Surga Catur Maharaja, tingginya mencapai Surga Brahma, dengan penuh keagungan; Menggunakan berbagai bunga, dupa, dan perhiasan, panji dan aneka alat musik, yang paling berkualitas, selama satu kalpa, atau kalpa berikutnya, mempersembahkannya. Wahai Sakra! Bagaimanakah menurut Anda? Berkah yang diperoleh insan tersebut, banyak atau tidak?”
Sakra Dewanam Indra menjawab: “Sungguh banyak, wahai Begawan! Berkah dan kebajikannya, tidak akan habis dituturkan walau selama jutaan kalpa!”
Buddha memberitahu Dewa Sakra: “Ketahuilah, putra dan putri berbudi tersebut, yang mendengarkan Sutra vimoksa luar biasa ini, meyakini, memahami, menerima, dan mempertahankan, membaca dan menekuninya, berkahnya melebihi perumpamaan tersebut. Mengapa demikian? Bodhi para Buddha, lahir dari sini. Atribut Bodhi, tidak terhitung banyaknya, sehingga berkah yang diperoleh juga tidak terhitung banyaknya.”
Dharmaraja Lian Sheng mengulas Sutra Vimalakirti:
Tidak peduli di kota, di hutan, atau di alam bebas, asalkan terdapat Sutra Vimalakirti, maka Dewa Sakra dan pariwaranya akan hadir untuk melindungi, tugas mereka dibagi dua:
Membimbing keyakinan: Terhadap yang belum meyakini Sutra ini, Dewa Sakra akan mendorongnya untuk membangkitkan keyakinan, supaya ia menerima dan meyakini, serta bertekad mengamalkannya.
Melindungi mereka yang yakin: Terhadap yang telah meyakini Sutra ini, Dewa Sakra dan pariwaranya akan melindunginya dalam berbhavana.
Buddha Sakyamuni memuji perbuatan Dewa Sakra, dan menekankan bahwa Sutra Vimalakirti memiliki kedudukan istimewa. Dharmaraja menggunakan perumpamaan dalam Sutra: Jika ada orang yang terhadap sarira Buddha yang tak terhitung banyaknya memenuhi trisahasra mahasahasra lokadhatu, membangun stupa sarira sapta ratna seluas kolong Surga Catur Maharaja dan setinggi Surga Brahma, menggunakan dupa, bunga, perhiasan dan lain sebagainya sebagai persembahan kepada Buddha, pahala yang dihasilkan sungguh luar biasa. Namun, bila putra maupun putri yang berbudi dapat meyakini, memahami, menerima, mempertahankan, membaca, dan mengamalkan Sutra Vimalakirti, pahalanya akan melampaui persembahan yang telah disebutkan sebelumnya.
Dharmaraja menunjukkan, Buddha menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan pahala tertinggi dari derma Dharma. Sutra Vimalakirti tidak hanya Sutra yang merupakan persembahan bagi Sarwa Buddha trikala, pun merupakan sumber dari Bodhicitta para Buddha lampau, kini, dan mendatang.
“Bodhicitta Sarwa Buddha terlahir dari sini.” Kalimat ini menekankan bahwa Sutra Vimalakirti merupakan nidana Kebuddhaan. Sutra Vimalakirti mewartakan jalan vimoksa, memuat berkah kebajikan dan atribut Bodhi yang tak terhingga. Dharmaraja menekankan, sungguh karena demikian, mereka yang berkeyakinan wajib menghargai Sutra ini, tekun berbhavana, dan dari jalan bhavana ini memperoleh kebajikan dan keberhasilan luar biasa.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja Lian Sheng berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Sadhana Buddha Sakyamuni kepada segenap siswa yang hadir di lokasi, upacara pun berakhir dengan sempurna.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BuddhaSakyamuni
Istadewata Homa Minggu depan #MahottaraHeruka