23 Maret 2025 Upacara Homa Mahadewi Yaochi di Rainbow Temple
Liputan TBSN Lianhua Yun Shuang (蓮花韻霜)
Pada tanggal 23 Maret 2025, Dharmaraja Lian Sheng tiba di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/虹雷藏寺) untuk memimpin Upacara Homa Mahadewi Yaochi (Yaochijinmu/瑤池金母), usai upacara, Dharmaraja memberitahukan bahwa tanggal 30 Maret, pukul 3 sore, akan diselenggarakan Upacara Homa Cengbeng Bodhisatwa Ksitigarbha. Selain itu, memberitahukan kepada semua, bahwa Sabtu, 29 Maret, pukul 10 pagi, di Rainbow Temple akan diselenggarakan Upacara Ratna Ksama Maha Karuna memperingati hari raya Cengbeng, mengajak semua untuk hadir secara langsung, atau melalui siaran langsung, berpartisipasi dalam Upacara Pertobatan Maha Karuna kali ini.
Bodhisatwa Ksitigarbha merupakan salah satu Istadewata dari Dharmaraja Lian Sheng, daya ikrar Beliau yang paling agung, Mantra Hati Ksitigarbha: “Om. Ha Ha Ha. Wei. Sanmoye. Suoha.”
Hari ini adalah Upacara Homa Mahadewi Yaochi. Dharmaraja pernah mengatakan, tanpa Mahadewi Yaochi, tidak akan ada Dharmaraja Lian Sheng, juga tidak akan ada Zhenfo Zong, oleh karena itu, Mahadewi Yaochi adalah Istadewata Akar nomor satu bagi Dharmaraja Lian Sheng.
Selama 50 tahun ini, Mahadewi Yaochi senantiasa memberi petunjuk dan bimbingan kepada Dharmaraja untuk terus maju. Pada tahun 1980 memperoleh petunjuk untuk pergi ke Amerika Serikat, meskipun tentu saja sama sekali tidak ada persiapan. Pada tanggal 16 Juni 1982, akhirnya lancar tiba di Amerika Serikat. Pengacara, Henrry, membantu Dharmaraja untuk mengurus kartu hijau, pengajuan kartu hijau pada umumnya memerlukan lebih dari 14 hari, tetapi Dharmaraja telah menerima kartu hijau di hari ke-11, bahkan sang pengacara pun merasa takjub.
Saat berkendara di jalan tol I-90, Dharmaraja menyaksikan seutas pelangi bermuara di suatu tempat, Mahadewi Yaochi memberi petunjuk untuk membeli lahan tersebut, dan lahan inilah yang kemudian merupakan tempat didirikannya Rainbow Vila. Semula merupakan tempat tinggal, tetapi terjadi mukjizat, dengan sendirinya menjadi tempat keagamaan, sehingga kita bisa membangun kolumbarium, mengadakan homa, dan tidak ada gangguan dari tetangga.
Saat baru saja tiba di Amerika, sama sekali tidak ada yang datang berkonsultasi, Mahadewi Yaochi memberi kontak batin kepada umat yang pernah berkonsultasi di Taiwan, membuat mereka dalam mimpi mengetahui bahwa Dharmaraja sudah ada di Amerika Serikat, sehingga mereka pun berdatangan untuk berkonsultasi, termasuk di antaranya: Zeng Meizhu, Chen Shaoting, Dr. Kei, dan lain-lain, bahkan tiga Doktor juga datang untuk memberikan dukungan.
Kini, di seluruh dunia telah berdiri 80 vihara vajragarbha, semua ini merupakan pengaturan dari Mahadewi Yaochi. Nidana Dharmaraja Lian Sheng dengan Mahadewi Yaochi telah lebih dari 50 tahun, dalam persoalan besar maupun kecil, senantiasa mengamalkan petunjuk dari Mahadewi Yaochi.
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa dari Taiwan bertanya:
Buddha Guru yang mulia, setelah ayahnda dari seorang siswa Zhenfo Zong meninggal dunia, mengikuti tradisi Taiwan, petugas duka mempersemayamkan papan arwah mendiang di rumah duka. Sejak papan arwah mendiang ayahnya disemayamkan di rumah duka, ia sangat jarang datang untuk sembahyang. Ternyata, menurut penuturannya, ada seorang cucu yang memiliki mata gaib, melihat roh mendiang sudah tidak ada pada papan arwah, kemungkinan telah terlahir di Buddhaksetra. Sehingga ia merasa, karena roh mendiang sudah tidak ada pada papan arwah, maka ia tidak perlu sering-sering datang, lebih baik datang lagi saat jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka. Mohon petunjuk Dharmaraja Lian Sheng, jika mendiang telah terlahir di Buddhaksetra, apakah ia tidak akan lagi ada di papan arwah?
Berikut pandangan dari Dharmaraja Lian Sheng:
Tidak peduli apakah mendiang telah terlahir di Buddhaksetra, papan arwah merupakan lambang penghormatan dan mengenang kepada mendiang, oleh karena itu mesti dilakukan sembahyang penghormatan. Sebab, hormati dewa seperti dewa itu hadir, hormati leluhur seperti leluhur itu hadir. Terlebih, tidak peduli di mana kah roh mendiang, mendiang tetap bisa merasakan dan mengetahui penghormatan dari keturunannya, sekalipun mendiang telah terlahir di Buddhaksetra atau alam yang lain, mendiang tetap bisa merasakan sembahyang yang dikirimkan oleh keturunan kepadanya, ini juga mengapa dikatakan bahwa: “Sembahyang di mana pun, Anda tetap bisa bersembahyang kepada mendiang.” Demikian pula, berpartisipasi dalam upacara berangkat dari rumah duka, dan upacara sembahyang lainnya, semua adalah wujud penghormatan, dan bukan persoalan apakah roh ada di tempat atau tidak.
Dharmaraja Lian Sheng juga mengisahkan bahwa sarira mendiang Ibunda pernah dipuja di altar Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, kemudian dicuri oleh orang, tetapi menurut Dharmaraja tidak masalah, sebab sarira adalah sebuah perlambang, titik berat tetap ada pada batin keturunan dalam menghormati dan menjunjung tinggi mendiang.
◎ Pengulasan Sutra Surangama
“Buddha memberitahu Ananda: ‘Seperti yang Engkau katakan, tubuh ada di dalam ruangan, jendela terbuka lebar, tampak pepohonan di kejauhan. Pun ada insan, di dalam ruang ini, tidak melihat Tathagata, malah melihat benda di luar?’ Arya Ananda menjawab: ‘Begawan! Di dalam ruang tidak melihat Tathagata, tetapi bisa melihat pohon dan sumber, sungguh mustahil!’ ; ‘Ananda! Demikian pula dengan Engkau! Batin-mu, semua diketahui oleh batinmu. Jika batinmu yang terang ini, sungguh ada di dalam tubuh, maka semestinya terlebih dahulu mengetahui isi dalam tubuh diri sendiri. Adakah insan, yang terlebih dahulu mengetahui isi dalam tubuhnya, baru kemudian bisa melihat benda di luar? Padahal belum pernah melihat jantung, lever, paru-paru, dan lambung yang sedang bekerja, tidak pernah melihat otot tubuh dan nadi yang sedang bekerja, mengapa mereka tidak bisa mengetahuinya dengan jelas? Bahkan tidak tahu isi bagian dalam, bagaimana bisa tahu luar? Oleh karena itu, ketahuilah, Anda mengatakan telah sadar dan bisa mengetahui batin yang ada di dalam tubuh, sungguh mustahil.’”
Dharmaraja Lian Sheng mengulas makna Sutra:
Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda, seperti yang Anda katakan, tubuh ada di ruang Dharmadesana, jendela terbuka lebar, tampak pepohonan di luar, tetapi ada pula insan di dalam ruangan, yang tidak bisa melihat Buddha Sakyamuni.
Dharmaraja mengungkapkan, sama seperti kita yang sedang mendengar Dharmadesana, Anda tidak melihat Mahaguru Lu, hanya tampak pepohonan di luar, sungguh tidak masuk akal! Mana ada hal yang demikian?! Tentu saja di dalam ruang Dharmadesana, yang Anda dengar adalah Dharmadesana Mahaguru Lu, yang Anda lihat adalah Mahaguru Lu.
Buddha menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran ini: “Semisal ada seseorang di dalam ruang ini, terlebih dahulu melihat segala sesuatu di dalam ruangan, seperti Buddha yang sedang membabarkan Dharma di dalam ruangan, dan tidak mungkin terlebih dahulu melihat pepohonan di luar ruangan. Jika dikatakan bahwa batin ada di dalam tubuh, maka semestinya bisa terlebih dahulu mengetahui organ-organ dalam tubuh sendiri, tetapi Anda justru tidak bisa melihat organ-organ tersebut, tidak bisa melihat sirkulasi darah Anda, tidak bisa melihat jantung yang berdetak, paru-paru yang sedang bernapas. Pada kenyataanya, pengetahuan kita terhadap dalam tubuh kita terbatas, tetapi bisa merasakan dunia luar, ini membuktikan bahwa tidak mungkin batin ada di dalam tubuh.”
“Arya Ananda berkata kepada Buddha: ‘Aku mendengar Suara Dharma Tathagata. Engkau mengetahui batin-Ku sesungguhnya ada di luar tubuh. Mengapa demikian? Ibarat cahaya pelita yang dinyalakan di dalam ruangan, tentu terlebih dahulu menerangi bagian dalam ruangan, dan dari pintu ruangan, cahaya juga terpancar ke halaman. Semua makhluk, tidak melihat isi tubuh, hanya melihat luar tubuh. Demikian pula dengan pelita, jika ada di luar ruangan, tidak akan bisa menerangi isi ruangan. Aku telah memahami maknanya, tiada lagi keraguan. Sama seperti Buddha, memahami kebenaran, tiada lagi delusi batin.’”
Saat itu, Arya Ananda beranjali, berkata kepada Buddha Sakyamuni: “Aku mendengar Suara Dharma Tathagata, seketika tergugah dan menyadari, sesungguhnya batinku bukan di dalam tubuh, melainkan ada di luar tubuh.”
Lebih lanjut lagi Ananda menjelaskan: “Mengapa bisa demikian? Seumpama sebuah pelita, jika dinyalakan di dalam ruangan, maka ia akan terlebih dahulu menerangi bagian dalam ruangan, membuat ruangan tersebut menjadi terang dan tampak isinya. Namun, jika pelita ini digantungkan di luar ruangan, maka yang ia terangi adalah halaman di luar, dan bagian dalam ruangan tetap gelap gulita. Oleh karena itu, jika batinku ada di luar, hanya bisa mengamati dunia luar, dan tidak bisa mengamati bagian dalam tubuh.”
Ananda menggunakan perumpamaan cahaya pelita untuk menjelaskan pemahaman diri sendiri: “Jika cahaya pelita ada di luar ruangan, maka tidak akan bisa menerangi isi ruangan; Sama halnya, jika hatiku ada di luar ruangan, maka segala sesuatu di dalam tidak akan terlihat oleh hati. Pemahaman yang demikian, apakah sesuai dengan makna sejati yang dibabarkan oleh Buddha?”
Untuk mendiskusikan “di mana kah batin”, sesungguhnya bukan suatu hal yang mudah. Buddha menggunakan cahaya pelita sebagai perumpamaan, supaya Ananda memahami keberadaan batin, tetapi apakah perumpamaan demikian bisa benar-benar membuat kita paham?
Jika batin ada di dalam tubuh, maka semestinya kita bisa melihat organ dalam tubuh kita, tetapi kenyataanya, kita tidak bisa melihatnya. Jika batin ada di luar tubuh, bagaimana dia bisa terjalin kesadaran dan pengetahuan dengan tubuh? Sepertinya tidak cukup bermakna. Dengan demikian, konsep luar dan dalam menjadi tidak jelas.
Dharmaraja mengajak kita untuk merenungkan sesungguhnya di mana kah batin ini? Buddha akan membabarkan perihal, tidak di dalam, pun tidak di luar, pun bukan tubuh dan batin adalah satu, jadi bagaimana sesungguhnya? Dalam pertemuan selanjutnya akan kita analisis.
Usai Dharmadesana yang sangat menarik, Dharmaraja Lian Sheng berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Sadhana Mahadewi Yaochi kepada semua yang hadir di lokasi secara langsung. Upacara pun usai dengan sempurna.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#MahadewiYaochi
Istadewata Homa Minggu depan #BodhisatwaKsitigarbha