20 April 2025 Upacara Homa Bhagavati Sita Tara di Rainbow Temple

20 April 2025 Upacara Homa Bhagavati Sita Tara di Rainbow Temple

Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)

Pada tanggal 20 April 2025, di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Sita Tara (Baidumu/白度母). Usai homa, Dharmaraja Lian Sheng menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dalam bahasa Indonesia untuk semua yang berulang tahun. Dilanjutkan dengan memberitahukan bahwa minggu depan, tanggal 27 April 2025, akan diselenggarakan Upacara Homa Wanfoshou Wujiyan Yaochijinmu (將舉辦萬佛手無極眼瑤池金母), mengungkapkan bahwa Mahadewi Yaochi ini memiliki maha abhijna dan daya adhisthana sama seperti Avalokitesvara Sahasrabhuja Sahasranetra, memberikan dorongan semangat kepada segenap umat untuk menjadi pemohon utama, jangan melewatkan kesempatan istimewa ini.

Saat membahas Sita Tara, Dharmaraja mengungkapkan, Sitra Tara merupakan satu di antara Trini Arya Dirgahayu, selain memiliki kebajikan dalam memperpanjang usia, tolak bala, dan penyembuhan, yang terutama adalah memahami sila, sehingga Dharmaraja Lian Sheng pernah menulis buku “Pedang Mestika Yogi” (瑜伽士的寶劍), keseluruhan isi buku ini adalah Sita Tara yang membahas perihal sila dan vinaya.

Sita Tara memiliki tujuh mata, sehingga disebut sebagai Bhagavati Saptanetra, merupakan perwujudan dari air mata welas asih Bodhisatwa Avalokitesvara. Dharmaraja mengenang, berkat petunjuk Sita Tara, Guru Thubten Dhargye bisa berjumpa dengan Dharmaraja Lian Sheng, membuka nidana transmisi Dharma, peristiwa ini sungguh menakjubkan.

Dharmaraja Lian Sheng juga mengungkapkan pengalaman akhir-akhir ini saat menderita eksem dan ruam kulit. Beliau menuturkan, selama 80 tahun ini, tidak pernah melakukan perawatan kulit, tapi sekarang menderita sakit kronis, segala macam obat seperti losion minyak, cair, lidah buaya, minyak esensial, serbuk ular, sampai obat barat dan obat timur, semua telah dicoba, bahkan menahan sakit menerima tusukan 108 jarum akupuntur, tetapi kondisi sakit tidak kunjung membaik. Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan: “Malam mesti dirawat, pagi juga dirawat, sekujur tubuh diolesi minyak, tetap tidak tampak khasiatnya.”

Sampai di sini, Dharmaraja juga menyebutkan, di dekat, ada juga bayi kecil yang sedang menderita eksem, “Saya memberitahu Xiaojing, saya sependeritaan denganmu, ia pun menangis, saat yang paling menyedihkan, ia paham.” Dharmaraja juga berterima kasih kepada segenap siswa di berbagai negara yang telah mengirimkan banyak obat-obatan, dan menyebut diri sendiri: “Sudah bisa buka toko obat.”, dengan bercanda mengatakan bahwa losion V di Watsons mengalami kekurangan barang, ini merupakan wujud rasa bakti dan ketulusan segenap siswa.

◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan

Pertanyaan siswa dari Singapura:

1. Pada 25 Juli 2021, di Rainbow Temple, Dharmaraja memimpin Upacara Agung Homa Guru Padmasambhava, dan Berdharmadesana: “Dharmapala Dorje Shugden disebut juga Vajra Mahabala.” Mohon Dharmaraja berwelas asih memberi petunjuk, Vajra Mahabala yang dimaksud, apakah sama dengan Vajra Mahabala yang ditransmisikan dalam Zhenfo Zong, dengan Mantra: “Om. Mahabalaya. Suoha.”?

2. Pada 26 Mei 2021, di Rainbow Temple, Dharmaraja Liansheng memimpin Upacara Agung Homa Avalokitesvara Raja Agung, dan Berdharmadesana: “Vajrayogini berjumlah tak terhingga banyaknya, yang berada di angkasa disebut sebagai Vajrayogini, yang berwujud disebut sebagai Bhagavati Prajnaparamita, dan penjelmaan dari Bhagavati Prajnaparamita adalah Vajravarahi.”

Selain itu, pada 14 Desember 2024, Dharmaraja Lian Sheng memimpin Pujabakti Sadhana Istadewata Bodhisatwa Ksitigarbha, dan Berdharmadesana: Vajrayogini memiliki hangat dan wangi. Mohon Dharmaraja Lian Sheng berwelas asih memberi petunjuk: Apa hubungan antara Vajrayogini, Bhagavati Prajnaparamita, dan Vajravarahi? Apakah Vajrayogini memiliki visualisasi, mantra, dan mudra-Nya sendiri? Atau sama dengan Bhagavati Prajnaparamita dan Vajravarahi?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Banyak makhluk suci perempuan dalam garis silsilah Bhagavati sesungguhnya di antara mereka memiliki hubungan yang sangat erat. Contohnya Yeshe Tsogyal, Beliau pernah menjelma sebagai Machig Labdron, dengan kata lain, Machig Labdron merupakan titisan Yeshe Tsogyal. Selain itu, Yeshe Tsogyal dan Bhagavati Saraswati memiliki nidana yang sangat dalam. Bhagavati Saraswati pernah merupakan Dewi Haimavati dan Dewi Gangga, wujud Beliau ada banyak, juga disebut Dewi Kali.

Bhagavati yang mulia ini, mencakup Yeshe Tsogyal, Machig Labdron, Saraswati, dan lain-lain, bisa dibilang merupakan satu grup nadi Dharma yang unggul, senantiasa menggunakan berbagai wujud untuk memberi manfaat kepada semua makhluk. Dharmaraja menegaskan: “Di Tibet, penjelmaan dan penitisan semacam ini, sesungguhnya merupakan hal yang sangat lumrah.”

Bhagavati Prajnaparamita merupakan sumber awal dari semua perwujudan, bahkan disebut sebagai akar dan yang utama di antara semua Bhagavati. Tangan Beliau memegang Sutra Prajnaparamita, dan dapat selaras kondisi menjelma menjadi Vajravarahi, Dorje Phagmo, Vajrayogini, Bhagavati Kurukulla, dan berbagai Dakini dan Bhagavati yang tak terhitung banyaknya.

Lebih lanjut, Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, Seratus Ribu Dakini dari Surga Akanistha, pada hakikatnya juga dipandang sebagai perwujudan dari Vajrayogini, semua merupakan perwujudan prajna dari Bhagavati Prajnaparamita.

Secara makna Dharma yang lebih mendalam, Dharmaraja mengungkapkan bagaimana Tantra memandang penting realisasi: “Singkat kata, jika Anda telah mencapai keberhasilan, Anda akan tahu; Sebelum mencapai keberhasilan, Anda menanyakan ini semua, semata hanya sebuah pengetahuan belaka. Setelah mencapai keberhasilan, dengan sendirinya akan paham.”

Selain itu, mengenai tingkatan alam Buddha, Dharmaraja Lian Sheng menjelaskan: Dalam Tantra, Buddha Dharma atau Tathagata Samantabhadraraja merupakan Buddha bumi ke-16, merupakan Buddha sempurna yang paling puncak. Buddha Panca Dhyani tergolong dalam bumi ke-13. Buddha Adharma tidak sama dengan Bodhisatwa Samantabhdara, Beliau adalah Tathagata Samantabhadraraja.

◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 1

Teks Sutra:

Buddha memberitahu Ananda: “Sejak masa tanpa awal, semua makhluk, dikarenakan berbagai distorsi batin, menciptakan berbagai benih karma, yang kemudian tumbuh dan matang dengan sendirinya seperti gugus ruksa. Para sadhaka, tidak dapat mencapai Anuttarabodhi, bahkan menjadi Pratyekabuddha, atau menjadi mereka yang menapaki jalan sesat, berbagai Dewa Raja Mara, dan pariwara Mara. Semua karena tidak memahami dua akar, sehingga keliru dalam melatih diri. Ibarat orang yang memasak pasir, dengan harapan menyajikan aneka hidangan lezat, sekalipun lewat berkalpa-kalpa yang banyaknya seperti butiran debu, tidak akan pernah mencapai keberhasilan.”

Pengulasan Dharmaraja Lian Sheng:

Buddha memberitahu Arya Ananda, semua makhluk di dunia ini, sejak awal mula hingga sekarang, semua sedang melakukan hal-hal yang keliru. Ruksa adalah buah dari India yang memiliki tiga kelopak, digunakan untuk mengumpamakan avidya, karmavarana, dan buah duka, tiga hal yang sangat berkaitan, dan tidak terpisahkan. Sejak kalpa tanpa awal, semua makhluk menciptakan karma karena avidya, sehingga mengalami duka, demikian terus bersirkulasi tanpa henti, hingga tidak dapat mencapai Anuttarabodhi.

Dharmaraja menunjukkan, banyak orang yang melatih diri tetapi dikarenakan tidak memahami Dharma sejati, tidak mengenal makna sejati bhavana, sehingga masuk ke jalan sesat. Meskipun mereka tekun berlatih keras, yang sedikit lebih baik akan mencapai tingkat Sravaka atau Pratyekabuddha; Jika teori yang dipelajari menyimpang, ia bahkan menjadi orang yang menapaki jalan sesat, bahkan masuk arus Dewa Mara. Ada juga yang hanya mendengar sabda Buddha, tidak menyeberangkan makhluk lain, dan menjadi Sravaka; Ada yang berbhavana berdasarkan 12 nidana, menjadi Pratyekabuddha; Ada yang keliru masuk ajaran enam guru sesat, dibimbing dengan pemahaman keliru, seperti: “Tidak perlu berbhavana pun bisa menjadi Buddha.”, “Cukup alamiah saja pasti bisa mencapai pembebasan.”, semua karena belum mengenal akar bhavana, pada akhirnya justru menjadi para dewa, atau Raja Mara, atau bahkan pariwara Mara.

Lebih lanjut lagi, Dharmaraja menunjukkan, para sadhaka ini, tidak dapat mencapai Kebuddhaan, karena tidak mengenal dua macam hal mendasar. Pertama, akar samsara, batin yang mengikuti kondisi, pada akhirnya terjerumus ke dalam kesesatan; Kedua, akar vimoksa, mengenal dan memasuki batin sejati nan terang dan luhur, menekuni Dharma kebenaran, dapat merealisasi Bodhi, nirwana dan jalan benar.

Beliau menekankan, mereka yang melatih diri tanpa memahami dua akar ini, ibarat memasak pasir dan berharap dapat menjadi hidangan lezat, selamanya tidak akan berhasil. Jika menanak nasi menggunakan batu sebagai beras, sekalipun melewati berkalpa-kalpa laksana butiran debu, tidak akan dapat mencapai Bodhi. Sekalipun sanggup menyentuh batu dan mengubahnya menjadi emas, tetap seperti ilusi, pada akhirnya kembali ke sifat asal, tidak bisa bertahan lama. Mereka yang keliru menekuni metode salah, sekalipun melatih diri selama beberapa kehidupan, tetap akan sukar mencapai Kebuddhaan.

Teks Sutra:

“Apa kedua akar tersebut? Yang pertama adalah akar dari kelahiran dan kematian sejak masa tanpa awal. Sama seperti Anda kini, dan semua makhluk, dengan batin yang bergantung kepada kondisi, dan kalian menganggapnya sebagai sifat diri. Kedua, yaitu Bodhi tanpa awal, yang merupakan esensi semula dan murni dari nirwana. Sama seperti Anda saat ini, esensi kesadaran yang semula dan terang, segala fenomena yang berkondisi bangkit darinya, dan dalam fenomena tersebut, para makhluk kehilangan jejak. Para makhluk kehilangan akar widya tersebut, sekalipun aktif sepanjang hari dalam dirinya, tetapi mereka tidak menyadarinya, sehingga melakukan kesalahan terjerumus ke dalam berbagai alam kelahiran.”

Pengulasan Dharmaraja Lian Sheng:

Apa dua akar tersebut? Akar pertama: Akar kelahiran dan kematian tanpa awal, ketidaksadaran karena batin mengikuti kondisi.

Buddha mengajarkan kepada Arya Ananda: “Semua makhluk, sejak masa tanpa awal, semua mengira batin yang mengikuti kondisi sebagai pusat dari ego, dan menanamkan penyebab mendasar dari samsara.” Dharmaraja menjelaskan, dalam keseharian kita menghadapi dunia dengan enam kesadaran mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, semua yang dilihat dan didengar merupakan kondisi lingkungan eksternal, pengetahuan yang demikian, bukan merupakan kebijaksanaan sejati, melainkan mengikuti kondisi, bergantung kepada berbagai kondisi sehingga menghasilkan batin yang mendiskriminasi.

Akar kedua: Bodhi tanpa awal, yang merupakan esensi semula dan murni dari nirwana, Bodhi batin sejati yang terang dan luhur.

Sebaliknya, yang pada hakikatnya ada, yaitu batin sejati yang terang dan luhur yang semula murni, disebut juga sebagai substansi mula nan murni, Bodhi, nirwana. Ini adalah akar Buddhata Bodhi vimoksa, yang benar-benar dapat melampaui kelahiran dan kematian, hanya dengan cara mengamati dalam batin, meninggalkan kebergantungan kondisi, barulah kita bisa merealisasinya.

Anuttarasamyaksambodhi, pencapaian benar dari Bodhi, merupakan kesempurnaan pencerahan batin. Memperoleh Bodhicitta, akan memahami nirwana. Dalam Hinayana ada dua macam nirwana, yang satu adalah nirwana bersisa, dan yang satu adalah nirwana tanpa sisa. Dalam Mahayana, ada nirwana tanpa fungsi.

Dharmaraja menunjukkan, enam vijnana yang disebutkan dalam Yogacara (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran) dan indra pikiran ketujuh, dan yang ke-8 alaya vijnana, semua merupakan batin yang mengikuti kondisi. Hanya vijnana yang ke-9, yaitu amala, barulah merupakan substansi murni yang sejati, yaitu batin sejati terang dan luhur. Sungguh disayangkan, para makhluk teperdaya oleh delapan vijnana awal, meninggalkan terang mula, sepanjang hari berkutat pada lingkungan eksternal, tanpa menyadarinya, terjerumus ke dalam enam alam samsara, sungguh disayangkan.

Jika tidak memahami dua akar ini, hanya melatih diri dengan bergantung pada organ indra, pengetahuan dan batin mengikuti kondisi, sekalipun ada hasilnya, hanya sebatas Sravaka, Pratyekabuddha, atau bahkan terjerumus ke dalam jalan sesat, alam surga, alam Mara, tidak dapat memperoleh Bodhi sejati. Bhavana tidak semestinya hanya berhenti pada hal lahiriah dan pengalaman dangkal, justru perlu kembali pada sumber, mengenal dan merealisasi batin sejati terang dan luhur, dengan demikian baru bisa melampaui duka karma avidya, benar-benar terbebas dari enam alam samsara.

Dharmaraja mengakhiri Dharmadesana yang mengungkap makna terdalam Buddhadharma, untuk menganugerahkan Abhiseka Sadhana Sitra Tara kepada segenap siswa yang hadir di lokasi. Upacara pun usai dengan sempurna.

------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate

Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊

Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB

Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw

Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature

Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#SitaTara
Istadewata Homa Minggu depan #Wanfoshouwujiyanyaochijinmu

2025真佛宗為世界祈福 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。