3 Mei 2025 Pujabakti Sadhana Istadewata Padmasambhava di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Liputan Lianhua Yin Ying (蓮花因茵)
Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (Xiyatu Leizangsi/西雅圖雷藏寺)
Seattle pada 3 Mei 2025, tampak indah dan terang, angin sepoi menyusuri koridor memasuki pintu, membawa kesejukan dan kedamaian, segenap siswa di dalam baktisala melantunkan Mantra Hati Padmakumara, bersama menyambut kedatangan Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin pujabakti malam hari ini bersama keempat golongan siswa.
Usai pujabakti sempurna, Dharmaraja Lian Sheng Berdharmadesana: Guru Padamasambhava adalah Guru Sesepuh pertama Tantra Tibet, yang menjelma dari padma, merupakan Padmakumara yang sejati. Dalam meditasi, Mahaguru Lu pernah memasuki samadhi paling mendalam, memperoleh abhiseka silsilah rahasia dari Guru Padmasambhava. Sejak masa lampau hingga kini, melewati waktu yang sangat lama, kita masih bisa memperoleh abhiseka-Nya, sebab Guru Padmasambhava pernah menyatakan: Asalkan Anda sepenuh hati menjapa Mantra Hati-Ku, menghormati Guru, menghargai Dharma, dan tekun berbhavana, maka setiap saat Anda memanjatkan doa mengundang, Aku akan hadir. Sebenarnya begitu pujabakti malam ini dimulai, Guru Padmasambhava telah hadir di ruangan ini.
Dharmaraja Lian Sheng mempersilakan para siswa untuk memberi kesaksian, di antaranya, Acarya Lian Yan (蓮彥上師), Acarya Lian Xi (蓮喜上師), dan sdri. Lianhua Jia Xin (蓮花家欣師姐) dari Singapura, membagikan kesaksian masing-masing yang melihat Guru Padmasambhava, yang memancarkan cahaya mengadhisthana segenap hadirin.
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa bertanya:
Mahaguru Lu telah menyelamatkan penederita gangguan jiwa tak terhitung banyaknya, Mahaguru Lu pernah Berdharmadesana: “Setelah menyembuhkan seorang penderita gangguan jiwa, di tempat lain pun muncul orang lain yang menderita gangguan jiwa, sebab karma penyakit sedang bertumimbal lahir, jadi apakah ini berpahala? Sungguh tidak ada pahala yang bisa dibahas.” Apakah ini artinya, setelah karma penyakit disembuhkan, dipindahkan ke sunyata, kemudian berpindah lagi ke insan yang lain? Atau ada penyebab lain?
Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Ini adalah apa yang saya pribadi rasakan, seolah setelah menyembuhkan satu orang, datang satu orang lagi. Contohnya, dalam sebuah keranjang diisi penuh dengan apel, di antaranya ada apel yang busuk, bukan tiap butirnya adalah apel yang baik. Pada umumnya, kejiwaan manusia berada dalam garis lingkup normal, tetapi jika melampauinya, akan terjadi gangguan bipolar, jika ada di bawah berarti depresi, oleh karena itu, saya merasakan, di dunia ini tidak ada yang sempurna, demikian pula dengan manusia.
Siswa bertanya:
Buddha Guru pernah Berdharmadesana: “Buddha Sakyamuni hendak meninggalkan dunia saha ini, sebab Beliau tahu, kelak semua makhluk bisa mencapai Kebuddhaan sendiri.” Dalam buku Mahaguru Lu juga disebutkan: “Bodhisatwa Avalokitesvara ingin mengetahui bagaimana nilai Beliau dalam menyeberangkan makhluk? Akhirnya, makhluk tidak berkurang satu, pun tidak bertambah satu.”
1. “Semua makhluk pasti mencapai Kebuddhaan” dan “Makhluk tidak bertambah dan tidak berkurang”, bukankah ini tampak kontradiksi, bagaimana memahaminya?
2. Bodhisatwa Ksitigarbha berikrar: “Sebelum neraka menjadi kosong, tidak akan menjadi Buddha.”, jika berdasarkan “Semua makhluk pasti mencapai Kebuddhaan.” Pada akhirnya pasti menjadi Buddha; Namun, jika berdasarkan “Makhluk tidak bertambah dan tidak berkurang” apakah ini berarti Bodhisatwa Ksitigarbha akan terus membimbing dan menyeberangkan semua makhluk tanpa henti, dan tidak akan kunjung menjadi Buddha? Apakah kelak pada akhirnya Bodhisatwa Ksitigarbha bisa menjadi Buddha?
Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Kenapa kelak semua makhluk bisa menjadi Buddha? Sebab semua makhluk punya Buddhata, sekalipun telah bertumimbal lahir tak terhingga banyaknya, pada akhirnya giliran Anda yang menjadi Buddha. Buddha Sakyamuni mencerahi, ternyata semua makhluk punya Buddhata, sehingga Beliau ingin Parinirwana, meninggalkan dunia saha, dan berkat Dewa Sakra dan Dewa Maha Brahma yang mohon Buddha menetap di dunia, maka Beliau lanjut menetap di dunia saha. Makhluk tidak bertambah dan tidak berkurang, sebab dunia ini hanyalah sebuah mimpi, tidak nyata. Ini semua kelak akan dibahas dalam pengulasan Sutra Surangama.
Apakah Bodhisatwa Ksitigarbha pada akhirnya akan menjadi Buddha? Bodhisatwa Ksitigarbha semula adalah Buddha. Dalam tiap sadgati ada Bodhisatwa Ksitigarbha, dalam neraka juga ada alam suci, coba Anda renungkan pelan-pelan, pasti akan paham.
◎ Pengulasan Sutra Surangama。
“Saat itu, Begawan memberitahu Ananda dan segenap hadirin, jika ingin batin memasuki Anutpattikadharmaksanti.”
Saat itu, Buddha Sakyamuni membabarkan kepada Ananda dan semua hadirin, mengenai apa itu batin, supaya mereka bisa memperoleh kebijaksanaan Buddha yang tidak terlahirkan.
Ksanti di sini, bukan ksanti dari kesabaran, melainkan menunjuk pada kebijaksanaan Tathagata.
Tiada kelahiran berarti tiada kelahiran dan kematian, tiada kelahiran dan kematian berarti kebijaksanaan Tathagata. Acalabumi, Bodhisatwa tingkat ke-8, merealisasi Anutpattikadharmaksanti. Batin yang mendiskriminasi kelahiran dan kematian, merupakan batin yang melekat pada objek.
“Berada di singgasana.”
Dharmasana Buddha Sakyamuni disebut singgasana.
Simha adalah raja hutan, tidak gentar akan suatu apa pun. Ada orang yang memahat Dharmasana menjadi seekor singa, yang menandakan, orang yang duduk di atas Dharmasana ini tidak gentar akan suatu apa pun.
“Menjamah puncak kepala Ananda.”
Sang Buddha menjulurkan tangan menjamah puncak kepala Ananda.
Ada tiga makna jamah kepala, penghiburan, vyakarana, dan adhisthana.
“Dan berkata, Tathagata senantiasa membabarkan bahwa kelahiran sarwa dharma, muncul hanya karena batin.”
Segala fenomena di dunia ini, semua menjelma dari batin, sarwa dharma tercipta dari batin.
Sama seperti rumah, kendaraan, dan lain-lain, semua dijelmakan oleh batin.
“Semua sebab dan akibat, debu loka, mewujud karena batin.”
Semua sebab-akibat dan kondisi, juga merupakan perwujudan dari batin, bahkan segala benda yang paling kecil di dunia ini, termasuk bakteri, mikroorganisme, semua karena batin, sehingga mewujud.
“Ananda. Jika semua loka, segala sesuatu yang ada, di antaranya, hingga rumput, daun, dan binatang kecil.”
Binatang kecil, sangat-sangat kecil seperti semut, ini masih bisa terlihat, sedangkan tungau debu dan bakteri tidak lagi bisa terlihat, meskipun tidak tampak, tetapi semua memiliki batin ini, semua rumput, bunga, memiliki batin.
“Jika dicari akar mulanya, semua memiliki sifat.”
Jika ditelusuri sampai akarnya, semua adalah sifat, bentuk, dan fungsi.
“Bahkan angkasa, juga memiliki nama dan atribut.”
Sekalipun angkasa yang kini kita lihat, juga memiliki nama, seperti udara, pelangi, awan, hujan, kilat, petir, dan hujan es, semua memiliki wujud.
“Apalagi batin terang nan suci, sifat dari segala batin. Yang sendirinya tidak berwujud.”
Sehingga batin sejati kita, semestinya memiliki wujud.
“Jika Anda melekati, pembeda, mengamati dan merasakan, sifat yang mengetahui, adalah batin.
Jika Anda dengan sangat teliti, mengkajinya secara mendalam, gunakan batin pembeda Anda untuk mengamati dan merasakan, sifat mengetahui segala materi, adalah batin.
“Batin ini mesti meninggalkan semua debu indra, seperti rupa, bebauan, cita rasa, dan sentuhan, maka itulah sifat keseluruhan.”
Begitu Anda meninggalkan batin enam kekotoran, seperti: rupa, suara, bebauan, cita rasa, sentuhan, dan dharma, jika telah meninggalkannya, tetapi tetap ada pembedaan, maka itulah batin sejati.
“Seandainya Anda kini, karena mendengar Dharma-Ku. Dari suara, timbul pembeda. Sekalipun memadamkan semua pandangan, pendengaran, perasaan, dan pengetahuan. Di dalam menjaga keheningan, ini masih merupakan bayangan pembedaan dari kekotoran dharma.”
Sekarang Anda mendengar suara-Ku sedang membabarkan Dharma, sehingga muncul pembedaan. Sekalipun semua penglihatan, pendengaran, perasa, pengetahuan, semua ditolak, menjaga diri sendiri dengan sangat tenang dan hening, ini masih belum batin yang sejati, ini semata adalah perasaan diri sendiri.
“Saya bukan meminta Anda, melekati sebagai bukan batin, tetapi batin Anda, merenungkan dengan saksama, jika lepas dari debu yang telah disebutkan, ada sifat pembedaan, itulah sungguh batin Anda.”
Saya bukan menyatakan ini bukan batin, tetapi Anda sendiri mesti merenungkan dengan saksama, jika telah meninggalkan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran, dan akar pikiran, inilah batin yang sejati.
“Ada sifat pembedaan, terlepas dari debu, tiada substansi.”
Jika Anda membedakannya, meninggalkan enam debu, tidak ada lagi substansi.
“Segala perbedaan debu sebelumnya, debu itu tidak kekal, jika ia berubah dan lenyap, maka batin ibarat bulu kura-kura dan tanduk kelinci, sehingga Dharmakaya Anda juga padam, siapakah yang menekuni dan merealisasi Anutpattikadharmaksanti?”
Jika lepas dari enam debu, tiada batin, tiada bentuk, maka masih kah ada pembedaan pada diri Anda? Enam debu ini bukan abadi di dunia saha, segala sesuatu sedang berubah, sama seperti tubuh kita, jika ini semua telah lenyap, maka batin juga ikut lenyap, sama seperti bulu kura-kura dan tanduk kelinci, saat itu, Dharmakaya Anda juga tiada, oleh karena itu, siapa yang sesungguhnya hendak menekuni kebijaksanaan Tathagata mengenai tiada lahir dan mati?
“Saat itu, Ananda dan segenap hadirin, terdiam dan kebingungan.”
Usai mendengarnya, Ananda dan segenap hadirin, merasa bingung.
“Buddha memberitahu Ananda, segenap insan di dunia, yang belajar dan berbhavana, meskipun kini berhasil dalam sembilan tahap samadhi, tetapi tidak mencapai nontiris menjadi Arahat, semua karena kemelekatan pada delusi lahir dan mati. Mengiranya sebagai nyata.”
Segenap insan di dunia yang berbhavana, meskipun mencapai keberhasilan dalam sembilan tahap samadhi, tetapi masih belum mencapai nontiris klesa secara keseluruhan, tidak bisa mencapai tingkat Arahat, sebab masih berada dalam delusi lahir dan mati, dan bukan pada kesejatian.
Sembilan tahap samadhi antara lain: dhyana pertama, kedua, ketiga, keempat, akasanantayatana, vijnanantyayatana, akincanyayatana, naivasanjna-anasan jnayatana, dan niroddhasamapatti.
“Oleh karena itu, meski kini Engkau memperoleh banyak pengetahuan, tapi belum mencapai kesucian.”
Meskipun Anda telah mendengar sangat banyak pembabaran Dharma-Ku, tetapi Anda masih melekat pada delusi kelahiran dan kematian, menyangkanya sebagai nyata, yang demikian tidak akan bisa mencapai kesucian, sebab yang melihat, mendengar, dan merasakan, semua bukan batin yang sejati.
Buddha Sakyamuni terlebih dahulu membabarkan dua akar, yang satu adalah akar lahir dan mati, sebab-akibat, delusi, dan tumimbal lahir, dan yang satu lagi adalah akar dari Batin Sejati Terang dan Luhur.
Usai pengulasan Sutra Surangama, Dharmaraja Lian Sheng menganugerahkan Abhiseka Sarana kepada hadirin yang memohon, kemudian mengadhisthana Air Maha Karuna Dharani dan mengabhiseka pratima Buddha, dilanjutkan dengan menggunakan vyajana camara untuk mengadhisthana para hadirin.
Dharmaraja Lian Sheng membabarkan makna sejati Buddhadharma, membuka kebijaksanaan pemahaman keempat golongan siswa, semua penuh suka Dharma. Kehadiran dan adhisthana Guru Padmasambhava membawa sukacita bagi segenap hadirin, asalkan kita menghormati Guru, menghargai Dharma, dan tekun berbhavana, maka Guru Padmasambhava pasti senantiasa hadir, memancarkan terang Buddha selama-lamanya.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#Padmasambhava
Istadewata Pujabakti Minggu depan #Padmakumara