10 Mei 2025 Pujabakti Sadhana Istadewata Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Liputan TBSN Lianhua Li Yan (蓮妍)
Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)
Pada tanggal 10 Mei 2025, diselenggarakan pujabakti Sadhana Istadewata Padmakumara (Lianhuatongzi/蓮花童子), Dharmaraja Lian Sheng Berdharmadesana: Padmakuamra berasal dari Sukhavatiloka alam suci barat, Buddha Amitabha adalah bumi mula Dharmaraja Lian Sheng, sedangkan Mahadewi Yaochi adalah perintis Zhenfo Zong dari Padmakumara, ikrar yang dibangkitkan oleh Dharmaraja Lian Sheng adalah ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha, “Jika semua makhluk telah menjadi Buddha, barulah Ia akan menjadi Buddha; Jika semua makhluk belum menjadi Buddha, maka berikrar untuk tidak menjadi Buddha.” Oleh karena itu, Dharmaraja Lian Sheng menjadikan Mahadewi Yaochi, Buddha Amitabha, dan Bodhisatwa Ksitigarbha sebagai Istadewata.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan pentingnya Sutra Surangama, menyebut bahwa ini adalah Sutra yang dapat mencerahkan insan, hanya orang yang sudah tercerahkan baru bisa mengulas Sutra Pencerahan, jika tidak, berarti sesat menuntun sesat. Kehidupan tiap insan adalah bertamu di dunia, sangat singkat, suatu hari nanti akan meninggalkan dunia ini, atau kembali lagi, dari sini, Anda dapat menyadari apa itu pencerahan. Jika Anda menemukan Aku Sejati, maka akan memahami batin sejati terang nan luhur, mula dari tiada lahir dan tiada mati, inilah poin paling penting dalam Sutra Surangama yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, juga merupakan Pintu Dharma Nondualisme yang dibabarkan oleh Vimalakirti dalam Sutra Vimalakirti.
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa bertanya:
Siswa ingin menekuni Sadhana Cermin Cundi Membuka Mata Ketiga, tetapi dalam Sutra Sadhana Dharani Maha Cundi Hati Bhagavati Sapta Koti Buddha disebutkan, Buddha bersabda: “Jika menjapanya sesuai aturan Dharma dengan sepenuh hati tekun, daya yang dihasilkan tidak akan habis dibabarkan. Sadhana Mandala Cermin ini tidak boleh terlihat oleh orang lain, sebab terlihat berarti tidak baik, tidak akan sukses, oleh karena itu wajib dirahasikan.” Tetapi saat siswa bersadhana, meskipun keluarga sudah berusaha untuk tidak mengganggu, tetapi tak terhindarkan untuk melewati mandala dari samping, dan mungkin bisa melihat mandala cermin, apakah dengan demikian mandala cermin akan kehilangan kemanjuran, dan kita tidak akan berhasil dalam Pintu Dharma ini?
Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Mengenai Mandala Cermin, pada umumnya tergolong rahasia. Menekuni sadhana ini, yang pertama mesti dilakukan di ruangan yang tenang, lokasi yang sangat tenang. Jika dalam bersadhana, Anda dilihat oleh orang lain atau diganggu, tidak bisa apa-apa, saat masuk samadhi juga tidak boleh terganggu.
Sadhana Mandala Cermin Bhagavati Cundi, sadhaka mesti punya ruangan yang tenang, cara menata mandala juga sama, sebidang cermin atau Cermin Cundi, tidak harus ada pratima, menata dua baris asta puja, baris depan untuk persembahan, dan baris belakang adalah visualisasi. Dupa, bunga, pelita, teh, dan buah, juga sangka, air mandi, air bersih, juga bubuk dupa, atau air yang diberi sedikit wewangian, tiga macam. Wajib persembahan dua baris.
◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 1
“Kemudian Sang Tathagata, memancarkan cahaya permata dari swastika di dada. Cahaya tersebut terpancar menjadi ratusan ribu warna.”
Saat itu, dari swastika di dada Buddha Sakyamuni, mengalirkan cahaya permata, cahaya tersebut sangat terang, ada ratusan jenis, dan ribuan warna.
Swastika di dada adalah salah satu dari 32 tanda keagungan Buddha, disebut sebagai lingkaran manggala. Pada masa lampau, dalam menerjemahkan swastika, bukan disebut “wan”, melainkan “de”. Kemudian saat masa Dinasti Wei, Jin, Utara dan Selatan, Tripitaka Bodhiruci menyatakan bahwa swastika adalah aksara “wan”, sesungguhnya bermakna “diperagung oleh puluhan ribu kebajikan”, himpunan puluhan ribu kebajikan, atau puluhan ribu kebajikan yang manggala.
“Menyinari sepuluh penjuru Buddhaloka yang banyaknya bagaikan butiran debu, seketika semua diterangi. Cahaya itu mengabhiseka puncak kepala sarwa Tathagata di sepuluh penjuru.”
Begitu cahaya terpancar, sepuluh penjuru Buddhaksetra, dan puncak kepala sarwa Tathagata, disentuh oleh cahaya tersebut, semua alam suci Buddha ada cahaya terang tersebut, sarwa alam dan usnisa dari sarwa Tathagata, ada cahaya tersebut.
“Cahaya itu kembali dan menyinari Ananda dan para hadirin.”
Dan cahaya tersebut kembali ke puncak kepala Arya Ananda, beserta segenap hadirin dalam persamuhan tersebut, semua diterangi oleh cahaya lingkaran kemanggalaan.
“Buddha memberitahu Ananda: Kini Aku akan menegakkan panji Dharma agung untukmu.”
Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda: “Kini Aku akan menegakkan panji Dharma nan agung untukmu.”
Panji Dharma nan agung, adalah panji yang sangat tinggi, merepresentasikan sangat gagah, paling berkekuatan, dan sanggup menyeberangkan semua makhluk.
“Sehingga sepuluh penjuru makhluk, dapat memperoleh batin cerah nan suci, yang luhur, halus, dan rahasia, memperoleh mata suci.”
Juga supaya semua makhluk di sepuluh penjuru memperoleh batin sejati terang nan luhur ini: Yang sangat halus, sangat rahasia, batin yang suci dan terang, inilah Hati Buddha, Hati Buddha ini adalah batin sejati terang nan luhur. Saat Anda telah membuka Mata Buddha, menyaksikan Buddhata, mencerahi batin dan menyaksikan Buddhata, saat itu disebut Mata Suci.
“Ananda, jawablah Aku, Anda melihat kepalan tangan-Ku yang bercahaya, apa yang menyebabkan kepalan tangan yang bercahaya ini? Mengapa menjadi kepalan tangan? Dan apa yang Anda gunakan untuk melihatnya?”
Ananda, terlebih dahulu, jawablah Aku, Anda melihat-Ku menjulurkan kepalan tangan, ada cahaya, mengapa ada cahaya? Mengapa Anda melihat kepalan tangan bercahaya terang?
“Ananda menjawab, sekujur tubuh Buddha berwarna keemasan kirmizi Jambudvipa, laksana gunung permata, yang tercipta dari kesucian, sehingga bercahaya terang. Aku memandangnya dengan mata, kelima jari yang indah, mengepal dan diperlihatkan, sehingga muncul bentuk kepalan tangan.”
Arya Ananda menjawab: “Tubuh Buddha Sakyamuni memang berwarna kuning keemasan, warna emas ini sangat terang, sama seperti sebuah gunung permata. Karena suci, sehingga memancarkan cahaya terang. Saya melihatnya dengan mata, Buddha menjulurkan lima jari tangan, menggenggam menjadi kepalan untuk diperlihatkan kepada saya, saya melihat wujud kepalan tangan bercahaya.”
“Buddha memberitahu Ananda, kini Tathagata dengan sungguh memberitahu Anda, para Bijak, dapat mencapai pencerahan melalui perumpamaan.”
Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda: “Hari ini, dengan sungguh Aku beritahu Anda, semua insan yang berkebijaksanaan, perlu menggunakan perumpamaan baru bisa tercerahkan.”
Buddha pernah membabarkan sebuah Sutra, disebut sebagai Sutra Apadana, semua menggunakan perumpamaan. Para Buddha yang memiliki kebijaksanaan agung, mesti menggunakan perumpamaan baru bisa memperoleh pencerahan.
“Ananda, seperti kepalan tangan-Ku, jika Aku tidak punya tangan, tidak akan ada kepalan tangan-Ku. Jika Anda tidak punya mata, tidak akan ada Anda yang melihat, dengan indra mata Anda, memahami kepalan tangan-Ku, apakah maknanya sama?”
Ananda, jika Aku tidak memiliki tangan, maka tidak ada kepalan tangan; Jika Anda tidak memiliki mata, maka tidak akan melihat kepalan tangan bercahaya. Gunakan mata Anda untuk mengumpamakan kepalan tangan-Ku ini, bukankah maknanya sama?
“Ananda menjawab, tentu saja wahai Begawan, jika tidak ada mata saya, tidak akan ada penglihatan saya. Menggunakan indra mata, untuk memahami kepalan tangan Tathagata, hal dan maknanya sama.”
Ananda mengatakan: “Tentu saja, jika tidak ada mata saya, kepalan tangan Buddha yang bercahaya tidak akan tampak. Saya gunakan mata, untuk menganalogikan apakah Tathagata punya kepalan tangan, sesungguhnya ini sama artinya.”
“Buddha memberitahu Ananda, Anda mengatakan sama, padahal maknanya tidak sama, mengapa demikian?”
Buddha Sakyamuni memberitahu Arya Ananda: “Anda mengatakan maknanya sama, tetapi bukan demikian. Mengapa tidak sama?”
“Seperti orang tidak bertangan, kepalan tangan pun tiada. Seperti yang tidak bermata, penglihatan pun tiada, mengapa demikian?”
Jika tidak ada tangan, maka kepalan tangan pun lenyap, tidak ada lagi. Jika Anda tidak punya mata, tetapi Anda masih bisa melihat. Apa artinya?
“Ananda, dalam perjalanan, coba tanya kepada orang buta, apa yang Anda lihat? Maka para orang buta itu, pasti akan menjawab Anda, kini di hadapan mataku, hanya ada kegelapan, tidak ada yang lain.”
Ananda, di jalan Anda melihat orang buta, menanyainya apa yang ia lihat? Dia pasti memberitahu Anda: “Sekarang yang saya lihat di depan mata, adalah kegelapan, selain itu, tidak tampak suatu apa pun.”
“Dengan makna pandangan ini, semua di hadapan gelap, apa yang kurang dari hal ini.”
Coba lihat, Anda melihat semua adalah kegelapan, tetapi tahukan Anda, apa yang kurang dari istilah “melihat” ?
“Ananda menjawab, apa yang ada di depan mata orang buta, hanya ada kegelapan, bagaimana mungkin disebut melihat?”
Ananda menjawab: “Banyak orang buta, apa yang dilihat oleh mata mereka, adalah kegelapan, mana mungkin bisa melihat sesuatu?”
“Buddha memberitahu Ananda, orang buta tidak memiliki mata, hanya melihat kegelapan, jika orang yang bermata ada di dalam ruang gelap, kedua kegelapan tersebut berbeda atau tidak berbeda?”
Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda: “Seorang buta melihat kegelapan, orang lain yang tidak buta, jika berada di dalam ruangan gelap, apa yang ia lihat juga kegelapan, apakah ini berbeda? Atau tidak berbeda?”
“Demikianlah Begawan, orang di tengah kegelapan, dengan para orang buta tersebut, jika kedua kegelapan tersebut dibandingkan, tiada perbedaan.”
Ananda memberitahu Buddha Sakyamuni: “Orang yang memiliki mata, berada dalam ruang gelap, tidak ada cahaya pelita, ia melihat kegelapan. Seorang buta juga melihat kegelapan, semestinya ini tidak berbeda.”
“Ananda, jika orang yang tidak bermata, semua tampak hitam, mendadak memperoleh cahaya mata, melihat berbagai rupa di hadapan, ini disebut penglihatan mata.”
Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda: “Jika orang yang tidak memiliki mata, melihat semua adalah kegelapan, mendadak di matanya ada pancaran cahaya terang, bahkan di tengahnya bisa melihat berbgai macam benda, ini adalah penglihatan mata.”
“Orang di dalam kegelapan, seluruhnya tampak gelap, mendadak ada cahaya pelita, sehingga dapat melihat aneka rupa, semestinya ini disebut penglihatan pelita.”
Orang lain yang punya mata, melihat di depan adalah kegelapan, mendadak ada cahaya pelita, dan ia bisa melihat semua benda, ini bukan disebut penglihatan mata, ini disebut penglihatan pelita.
Karena ada pelita, sehingga Anda bisa melihat; Tanpa pelita, Anda tidak bisa melihat, sehingga disebut penglihatan pelita.
“Jika dilihat oleh pelita, pelita bisa memiliki penglihatan, maka tidak akan disebut pelita.”
Pelita sendiri adalah benda mati, bukan makhluk hidup. Jika orang yang memiliki penglihatan pelita, bahka pelita pun bisa melihat, tentu saja tidak disebut pelita.
“Pandangan pelita, apa hubungannya dengan Anda?”
Itu adalah penglihatan pelita, tidak ada hubungannya dengan Anda sama sekali.
“Oleh karena itu, ketahuilah, pelita bisa menampakkan rupa, sehingga yang melihat adalah mata, bukan pelita.”
Oleh karena itu, kita tahu bahwa pelita bisa membuat Anda melihat banyak benda, penglihatan Anda ini menggunakan indra mata, bukan pelita.
“Mata bisa melihat rupa, demikian pula melihat sifat Buddha, batin bukan mata.”
Jika Anda bisa melihat seperti ini, itu adalah batin Anda, bukan mata Anda.
Pelita adalah benda tanpa jiwa, sehingga tidak bisa dikatakan bahwa pelita itu melihatnya, melainkan batin yang melihatnya, batin Anda yang telah melihatnya, demikianlah yang dikatakan oleh Buddha, “Batin bukan mata”, bukan mata Anda yang melihat, melainkan batin Anda yang melihat.
“Mendengarnya, Ananda dan para hadirin, terdiam membisu, batin belum tercerahkan, tetap berharap Tathagata membabarkan dengan suara welas asih-Nya. Mereka beranjali dan membersihkan batin, memohon welas asih Buddha.”
Mendengar pengulasan ini, Arya Ananda dan segenap hadirin terdiam, sebenarnya mereka semua tidak paham, belum tercerahkan. Semua tetap berdiri dan beranjali, dan masih berharap untuk mendengar pengajaran welas asih Buddha Sakyamuni.
Sampai di sini, Sutra ini, di mana kah pencerahan? Buddha Sakyamuni akan kembali membuat perumpamaan, berikutnya, besok kelanjutannya akan lebih jelas.
Mahaguru Lu memberikan sedikit petunjuk kepada smeua, dulu ketika Patriark ke-6 Hui Neng menerima patra dari Patriark ke-5 Hong Ren, dan kembali ke Guangdong, di separuh perjalanan tiba di sebuah komunitas Sangha, dan kebetulan bendera di atas tiang sedang berkibar. Ada seorang biksu mengatakan: “Benderanya sedang bergerak.” Biksu yang lain mengatakan: “Bukan bendera yang bergerak, melainkan angin yang bergerak.” Patriark ke-6 Hui Neng berkata: “Bukan bendera yang bergerak, pun bukan pula angin yang bergerak, batin Anda yang bergerak.”
Perumpamaan ini sangat baik, tetapi ini masih belum batin sejati terang nan luhur, intinya ada pada, saat Anda melihat bendera sedang bergerak, batin apa yang Anda gunakan? Anda melihat bendera sedang bergerak, batin Anda yang sedang bergerak, bagaimana jika Anda tidak melihat bendera sedang bergerak? Batin Anda masih ada. Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh Patriark ke-6 Hui Neng mengenai batin yang bergerak, itu karena Anda melihat bendera bergerak, barulah batin Anda bergerak. Tidak peduli apakah angin yang bergerak, atau bendera yang bergerak, semua adalah batin Anda yang bergerak. Jika batin Anda tidak bergerak, itulah batin sejati terang nan luhur.
Mahaguru Lu memandu semua untuk bernamaskara kepada mandala, kemudian menggunakan vyajanacamara untuk mengadhisthana segenap siswa yang hadir. Pujabakti malam hari ini pun usai dengan sempurna. Terima kasih atas welas asih Mahaguru Lu untuk mengulas Sutra Surangama Maha Buddhosnisa, mengajarkan kepada segenap siswa kebijaksanaan pencerahan nan mendalam! Tiap orang penuh sukacita, dan menantikan esok hari untuk kembali menyimak Dharmadesana Mahaguru Lu mengenai kebijaksanaan Buddha yang paling berharga.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#Padmakumara
Istadewata Pujabakti Sabtu depan #BuddhaBhaisajyaguru