17 Mei 2025 Pujabakti Sadhana Istadewata Buddha Bhaisajyaguru

17 Mei 2025 Pujabakti Sadhana Istadewata Buddha Bhaisajyaguru di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

Liputan Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)

Seattle akhir-akhir ini diguyur gerimis, di sini lah tempat kediaman Mulacarya Lian Sheng dan Gurudara Acarya Lian Xiang yang paling dicintai oleh segenap siswa Zhenfo Zong di seluruh dunia. Saat ini, hati segenap siswa Zhenfo berhimpun di vihara cikal bakal, segenap hati dan segenap tekad memanjatkan harapan baik, semoga Mulacarya Lian Sheng dan Gurudara setiap hari senantiasa tenteram, sehat sentosa.

Pada malam hari, 17 Mei 2025, dengan khidmat, semua menantikan kehadiran Dharmaraja Lian Sheng di vihara cikal bakal, untuk memimpin Pujabakti Sadhana Istadewata Buddha Bhaisajyaguru. Usai pujabakti berjalan dengan sempurna, Dharmaraja Lian Sheng memanjatkan aspirasi mengadhisthana semua: “Tiap orang sehat sentosa, dan segalanya manggala!”

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa baru-baru ini Gurudara mengalami cedera, berkat adhisthana Buddha dan Bodhisatwa, operasi berjalan dengan sangat sukses. Gurudara mengalami kontak batin istimewa, melihat Padmakumara membawa obat untuk diberikan kepada beliau. Dharmaraja Lian Sheng juga mengungkapkan kondisi tubuh akhir-akhir ini, dan menyampaikan rasa haru dan terima kasih kepada segenap siswa Zhenfo Zong, yang telah menjapa mantra, melimpahkan jasa bagi Mulacarya dan Gurudara.

Dharmaraja Lian Sheng, menyadari, di hadapan duka sakit, insan tidak berdaya, ketidakkekalan pasien dalam IGD, banyaknya bencana di dunia, sungguh terlampau banyak insan yang menderita, oleh karena itu, hargailah tubuh yang sehat, gunakan untuk belajar bhavana tahap pembangkitan, dan pada akhirnya mencapai tahap kesempurnaan, dari lokiya menuju lokuttara, terbebas dari samsara.

◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan

Siswa bertanya:
Buddha yang telah parinirwana, dengan Buddha yang belum parinirwana, apakah Buddhatanya sama? Jika sama, mengapa Buddha bisa parinirwana?

Dharmaraja menjawab:
Buddha bumi hetu bisa menampilkan parinirwana, sedangkan Buddha bumi phala tidak lahir pun tidak mati, Buddhata sama. Buddha bumi hetu seperti Buddha Sakyamuni, Beliau bisa parinirwana, tetapi sesungguhnya Beliau tidak lahir dan tidak mati.

Siswa bertanya:
Dalam tiada pikiran dan tiada menetap, bagaimana membangkitkan welas asih?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Dalam Sutra Altar Patriark ke-6, Patriark ke-6 Hui Neng mendengar orang melafal Sutra Vajra, mendengar kalimat: “Dengan tiada menetap, membangkitkan batin tersebut.” Batin ini adalah Bodhicitta, yaitu batin maitri, karuna, mudita, dan upeksa.

Karena asamskrta, saya tidak melakukan sesuatu, abhuta: saya tidak menginginkan apa pun, apratisthita: batin saya tidak memikirkan apa pun, mengapa masih bisa membangkitkan maitri, karuna, mudita, dan upeksa? Sesungguhnya, kita bukan demi suatu apa pun, setelah Anda menjadi Buddha, parinirwana, asamskrta, abhuta, alaksana, aparatisthita, tetapi Anda masih berempati kepada semua makhluk dunia saha yang masih diperdaya oleh delusi, inilah yang dimaksud dengan membangkitkan batin tanpa menetap pada suatu apa pun. Patriark ke-6 Hui Neng mencerahi kalimat ini, sehingga Ia pun mencapai pencerahan. Buddha juga menyeberangkan makhluk, sekalipun telah parinirwana, Buddha masih menyeberangkan semua makhluk. Bodhisatwa, Pratyekabuddha, dan Sravaka, semua juga menyeberangkan semua makhluk tanpa pamrih. ( Tambahan Dharmaraja Lian Sheng, pada 18 Mei 2025, di Rainbow Temple )

◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 1


“Saat itu, Sang Tathagata di tengah persamuhan, menggenggam jari lima cakra, setelah tergenggam, dibuka lagi, setelah terbuka, digenggam lagi.”

Saat itu, di hadapan persamuhan, Buddha Sakyamuni menekuk kelima jari, menggenggam, kemudian dibuka lagi, setelah terbuka, menggeggam lagi.

Lima jari tangan kita, merepresentasikan lima cakra: tanah, air, api, angin, dan akasa.

“Memberitahu Ananda: ‘Apa yang Anda lihat kini?’”

Memberitahu Arya Ananda: “Apa yang sekarang Anda lihat?”

“Ananda mengatakan, saya melihat cakra telapak tangan Tathagata laksana ratusan permata, dibuka dan digenggam di tengah persamuhan.”

Arya Ananda menjawab: “Saya meihat telapak tangan Buddha Sakyamuni, tangan mestika, lima cakra telapak tangan, ditutup dan dibuka lagi, terbuka dan ditutup lagi.”

“Buddha memberitahu Ananda: ‘Anda lihat tangan-Ku, dibuka dan ditutup di tengah persamuhan, apakah tangan Saya yang terbuka dan tertutup, atau Anda yang melihat ada proses membuka dan menutup?”

Buddha Sakyamuni memberitahu Arya Ananda: “Anda melihat tangan-Ku terbuka dan tertutup, atau Buddhata yang tampak, terbuka dan tertutup?”

“Ananda berkata, tangan mestika Begawan, terbuka dan tertutup di tengah persamuhan, Saya menyaksikan tangan Tathagata terbuka dan tertutup sendiri, bukan karena saya Buddhata yang tampak, yang terbuka dan tertutup.”

Arya Ananda mengatakan: “Saya menyaksikan tangan Buddha Sakyamuni terbuka dan tertutup, bukan Buddhata yang tampak yang terbuka dan tertutup.”

“Buddha mengatakan, siapa yang bergerak, siapa yang diam.”

Buddha Sakyamuni bertanya: “Mana yang bergerak? Mana yang diam?”

“Ananda mengatakan, tangan Buddha tidak menetap, sedangkan saya melihat Sifat, yang pertama tiada diam, meskipun tidak menetap.”

Arya Ananda menjawab: “Tangan Buddha sedang bergerak, ini tergolong bergerak, sedangkan saya melihat Sifat, tidak bergerak.”

“Buddha mengatakan, demikianlah.”

Buddha Sakyamuni mengatakan: “Demikianlah.”

“Kemudian, dari tangan cakra Tathagata, melesat seutas cahaya permata, ke sisi kanan Ananda.”

Dari telapak lima cakra Beliau, Buddha Sakyamuni memancarkan seutas cahaya ke sisi kanan Ananda.

“Saat itu Ananda, menoleh ke sisi kanan.”

Ananda melihat ada sinar yang datang, menolehkan kepala melihat ke sisi kanan.

“Kembali memancarkan seutas cahaya, ke sisi kiri Ananda, Ananda pun menoleh ke sisi kiri.”

Buddha kembali memancarkan seutas cahaya, ke sisi kiri Ananda, dan Ananda pun menoleh ke sisi kiri.

“Buddha memberitahu Ananda, apa yang menyebabkan kepala Anda hari ini bergerak?”

Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda: “Apa yag menyebabkan kepala Anda bergerak menoleh ke sana dan ke sini?”

Ananda menjawab: “Saya melihat Tathagata memancarkan cahaya permata luhur, ke sisi kanan dan kiri saya, oleh karena itu saya melihat ke kanan dan ke kiri, melihat ke kiri, dengan sendirinya kepala pun bergerak.”

“Ananda, Anda melihat cahaya Buddha, menolehkan kepala ke kiri dan kanan, apakah kepala Anda yang bergerak, atau penglihatan yang bergerak?”

Buddha Sakyamuni mengatakan: “Demi melihat cahaya Buddha, kepala Anda bergerak ke kiri dan kanan, apakah ini kepala Anda yang bergerak? Atau Buddhata yang tampak yang sedang bergerak?”

“Begawan, kepala saya bergerak sendiri, sedangkan Buddhata yang tampak, tidak ada penghentian, meskipun ada pergerakan.”

Arya Ananda mengatakan: “Buddha, kepala saya yang bergerak, Buddhata yang tampak tidak lah bergerak.”

“Buddha menjawab, demikianlah.”

Buddha Sakyamuni menjawab: “Demikianlah.”

“Tathagata memberitahu segenap hadirin.”

Saat itu, Buddha Sakyamuni memberitahu segenap hadirin.

“Seperti insan, yang bergerak dinamakan debu, yang tidak menetap dinamakan tamu.”

Yang bergerak, yang sedang bergerak, adalah debu. Yang pada dasarnya sedang bergerak, adalah tamu, sekaligus debu.

“Anda melihat kepala Ananda bergerak dengan sendirinya, penglihatan tidak bergerak.”

Sesungguhnya menurut Ananda sendiri, “kepala bergerak sendiri”, sedangkan Buddhata dia tidak bergerak.

“Anda melihat-Ku, tangan terbuka sendiri, tetapi penglihatan tidak terbuka dan tidak menggenggam, mengapa kini Anda menganggap gerakan sebagai tubuh, dan menganggap gerakan sebagai kondisi.”

Anda melihat tangan-Ku, terbuka dan terutup lagi, penglihatan Buddhata Anda tidak bergerak, tetapi menganggap gerakan sebagai tubuh, ini berarti Anda sendiri yang bergerak, menganggap gerakan sebagai kondisi, ini berarti kondisi gerakan Anda sendiri.

“Sejak awal hingga akhir.”

Sejak saat itu, terus hingga satu kehidupan.

“Arus pikiran, muncul dan lenyap.”

Pikiran manusia seumur hidupnya, muncul dan lenyap, pikiran ini sekejap muncul, sekejap lenyap, sekejap lagi timbul lagi, sekejap lagi lenyap lagi.

Mengapa bisa ada pikiran seperti ini? Sebab mata melihat, telinga mendengar, hidung mencium, lidah mengecap, tubuh menyentuh, pikiran memikirkan, demikianlah mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran menuntun Anda, semua bukan batin sejati, semua bukan Buddhata yang sejati.

“Kehilangan Sifat Sejati, melakukan segala sesuatu bertolak belakang dengan kesejatian.”

Buddhata diri sendiri atau batin sejati terang nan luhur telah dilupakan, dan demi hal-hal lahiriah, melakukan segala sesuatu dengan bertolak belakang dari kebenaran.

“Sifat batin meninggalkan kesejatian, mengira benda sebagai diri.”

Tidak menyadari batin sejati terang nan luhur, mengira segala fenomena yang bergerak di dunia saha ini adalah diri sendiri.

“Dalam samsara, terus berputar.”

Dalam enam alam samsara, terus berputar-putar, semua adalah tamu dan debu, tidak ada batin sejati terang nan luhur.

Maksud dari Buddha Sakyamuni, pikiran kita umat manusia dikendalikan oleh mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, Sifat Mula kita tidak terpengaruh, tetapi kita tidak mengenali Sifat Mula diri sendiri, melupakan batin sejati terang nan luhur, mengira benda-benda sebagai diri, bertumimbal lahir dalam sadgati, seperti seorang tamu, tidak pernah menetap.

Kita tidak melihat batin sejati terang nan luhur, hanya melihat kulit luar, melihat debu rupa, demi debu rupa ini terus kebingungan, tidak dapat meninggalkan samsara. Buddha Sakyamuni mengulurkan telapak tangan, sesungguhnya tidak ada sesuatu, tetapi saat mengulurkan telapak tangan, memancarkan sinar ke sisi kiri dan kanan Ananda, kepala Ananda menoleh mengikuti sinar yang terpancar ke sisi kiri dan kanan, terpikat oleh fenomena di hadapan mata.

“Saat itu, Ananda dan segenap hadirin, mendengar petunjuk Buddha, merasakan tubuh dan batin memperoleh kelegaan.”

Saat itu, Arya Ananda dan para hadirin, usai mendengar pembabaran Buddha Sakyamuni, semua memiliki pemahaman lebih dalam.

“Sejak masa tanpa awal, tidak mengenali batin mula, keliru mengenali debu kondisi, tidak dapat mengenali segala sesuatu ibarat bayangan.”

Sejak lahir hingga sekarang, semua tidak tahu apa itu batin sejati terang nan luhur, hanya secara keliru mengenal segala sesuatu di dunia saha, sesungguhnya segala sesuatu di dunia, hanya ilusi semata.

“Hari ini tercerahkan, ibarat anak yang kehilangan air susu, tiba-tiba berjumpa lagi dengan ibu penuh kasih.”

Hari ini mencapai pencerahan, ibarat anak kecil yang setelah meninggalkan ibunya, mendadak berjumpa kembali dengan ibunya yang penuh kasih.

“Beranjali dan bernamaskara kepada Buddha, berharap bisa mendengarkan Tathagata, membabarkan kesejatian dan sifat delusi dari tubuh dan batin, menampilkan dengan jelas mengenai muncul dan lenyap, serta tidak muncul dan tidak lenyap, mencerahi Buddhata.”

Semua beranjali bernamaskara kepada Buddha Sakyamuni, supaya Buddha Sakyamuni kembali membabarkan apa yang sejati, apa yang palsu, apa yang ilusi, apa yang nyata? Apa itu dua akar, ada lahir dan ada mati, dan tiada lahir dan tiada mati? Dari sini menyaksikan Buddhata sejati.

Segala sesuatu di dunia saha ini, seperti kendaraan, rumah, tanah, uang, dan lain sebagainya, ada dalam ketidakkekalan, tidak peduli ada uang atau tidak ada, rupawan atau tidak, punya nama atau tidak, bagaimana kedudukannya, sesungguhnya semua adalah tamu dan debu.

Buddha Sakyamuni mengatakan, apakah tubuh manusia itu? Sarang ulat; Untuk apa di dunia saha? Melunasi karma. Karena karmavarana, sehingga datang ke dunia saha ini untuk melunasi hukum karma diri sendiri.

Sutra ini, membuat kita memahami apa itu batin sejati terang nan luhur, memahami apa itu tuan rumah yang sejati, kita semua saat ini adalah tamu dan debu, lingkungan eksternal adalah debu, kita adalah tamu. Semua yang disentuh, segala yang dilihat oleh mata, seperti harta, rupa, nama, semua memperdaya diri sendiri, kemudian kita berkarma, menyebabkan tumimbal lahir di sadgati. Buddha Sakyamuni mengupasnya dengan sangat jelas, siapa tuan rumah? Siapa tamu? Mesti dibedakan dengan jelas. Yang terutama adalah batin sejati terang nan luhur, sedangkan yang lain adalah tamu. Namun, kita mengira tamu adalah tuan rumah, kita tidak mengenali batin sejati terang nan luhur, terus mengembara dalam sadgati.

Usai Dharmadesana, Dharmaraja Lian Sheng menganugerahkan Abhiseka Sarana kepada segenap umat yang memohon, kemudian mengadhisthana Air Maha Karuna Dharani, mengabhiseka pratima Buddha, dan sebelum meninggalkan lokasi, menganugerahkan adhisthana jamah kepala bagi segenap siswa yang hadir.

Melangkah keluar dari baktisala, gerimis Seattle membasahi jiwa raga siswa, seolah tetes air mata, menyaksikan Mulacarya menampilkan peristiwa sakit, membuat segenap siswa merasa tidak rela, walau dalam benak mengingat apa yang dituturkan Dharmaraja: “Di dunia ini, tidak ada hal yang tidak bisa dilalui, ketidaksanggupan dalam melalui sesuatu, hanya lah antara diri sendiri dengan diri sendiri. Sering kali, menoleh ke belakang dan mengamati, hal yang membuat diri ini menderita, tidak berdaya, khawatir, bingung, dan resah, sesungguhnya semua adalah pertarungan antara diri sendiri dengan diri sendiri.”

Terima kasih tak terhingga kepada Mulacarya Silsilah dengan jasa-jasa agung, yang telah memberikan contoh Dharma melalui tubuh sendiri, setiap saat, memberikan bimbingan kepada segenap siswa.

------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate

Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊

Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB

Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw

Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature

Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BuddhaBhaisajyaguru
Istadewata Pujabakti Sabtu depan #BuddhaAmitabha

2025真佛宗為世界祈福 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。