1 Juni 2025 Upacara Homa Mahottara Heruka di Rainbow Temple
Liputan Lianhua Lihua (蓮花麗樺)
Pada tanggal 1 Juni 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Homa Mahottara Heruka (Dahuanhuawang Jin’gang/大幻化網金剛). Setelah tata ritual Homa sempurna, Dharmaraja secara khusus mengundang kehadiran Istadewata Homa, untuk melakukan adhisthana penyembuhan Mantra Mahottara Heruka selama 5 menit, untuk memberkati sepuluh penjuru umat. Usai sesi adhisthana penyembuhan, Dharmaraja memberitahukan bahwa tanggal 8 Juni akan diselenggarakan Upacara Homa Buddha Amitayus (Changshoufo/長壽佛), membabarkan bahwa mudra dari Buddha Amitayus adalah Mudra Samadhi, Mantra: “Om. Amareni. Zuwendiye. Suoha.”, yang merupakan perwujudan dari Buddha Amitabha.
Dharmaraja Lian Sheng Berdharmadesana, Istadewata hari ini adalah Mahottara Heruka, yang disebut juga sebagai Vajra Mata Penembusan, merupakan wujud krodha dari Tathagata Samantabhadraraja atau Buddha Adharma. Mahottara Heruka tergolong sebagai satu dari Lima Maha Vajra Tantra, antara lain: Hevajra, Cakrasamvara, Yamantaka, dan Guhyasamaja (atau bisa juga Kalacakra), yang keseluruhan adalah Lima Maha Vajra, memiliki daya adhisthana tiada tara.
Dalam Vidyarajasala di Rainbow Temple, di tengah adalah Yamantaka, di sisi kanan dipuja Mahottara Heruka, di sisi kiri adalah Hevajra, ada Vidyaraja Acalanatha, ada Acalanatha Panca Warna, ada Asta Maha Vidyaraja, dan para Dharmapala beserta para dewata.
Lebih lanjut, Dharmaraja mengungkapkan, Mahottara Heruka menguasai 42 Istadewata Santam dan 58 Istadewata Krodha, digabungkan menjadi Seratus Istadewata, dapat memancarkan cahaya ratusan mestika. Saat upacara, bahkan hanya mendengar Mantra Hati-Nya saja “Om. Biezha. Zhuoda. Mahaxie. Xili. Haluga. Hom Hom Pei.” Juga mengalami mukjizat. Ada orang yang saat melewati lokasi upacara, naik kendaraan umum, dia mendengar suara mantra Mahottara Heruka, sekujur tubuh hangat, setibanya di rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan, didapati bahwa tumor di lehernya telah hilang dengan ajaib. Ada pula yang jari tangannya lengket sejak kecil, usai upacara, kelima jarinya dapat terbuka, semua di lokasi berdecak kagum. Dharmaraja mengungkapkan, semua ini merupakan daya luar biasa dari Mahottara Heruka.
Dharmaraja Lian Sheng mengatakan, sadhaka yang menekuni Mahottara Heruka dapat mencapai keberhasilan sekujur tubuh adalah mata, bahkan di tengah tiap pori terdapat mata kebijaksanaan. Dharmaraja memuji: “Dewa Vajra yang memiliki kemampuan ini, sudah sangat sedikit.”
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa memohon Dharmaraja Lian Sheng berkenan untuk mengulas Tata Ritual Pujana dalam Kitab Tata Ritual Zhenfo bagian 009 dalam karya tulis Dharmaraja Lian Sheng buku ke-081, dalam Upacara Trimula Puja, butir ke-16: Melemparkan sarana puja Trimulapuja ke angkasa; Butir ke-20: persembahan; Serta, bagian ke-21, Pelafalan Derma Pujana Sisa, dan visualisasi mahapujana kepada Tiga Objek, bagaimana cara melakukannya?
16. Melempar sarana puja ke angkasa, dan melafal gatha berikut:
(Umat membentuk Mudra Mahapujana) memasuki visualisasi mendalam.
Om. A. Hom.
Tulus mengundang persamuhan Acarya menikmati pujana
Tulus mengundang persamuhan Istadewata menikmati pujana
Tulus mengundang persamuhan Daka dan Dakini menikmati pujana
Tulus mengundang sarwa Dharmapala menikmati pujana
Tulus mengundang para Dewa Rezeki dan Penguasa Harta menikmati pujana gabungan
Tulus mengundang segenap makhluk halus yang hadir untuk menikmati pujana
Tulus mengundang Dewa Gunung dan Penguasa Tanah untuk menikmati pujana
Tulus mengundang ayah bunda di enam alam untuk menikmati pujana
Tulus mengundang Penagih Utang Karma dan Perintang untuk menikmati pujana
Tulus mengundang Anda sekalian untuk menerima pujana eksternal
Tulus mengundang generasi ini untuk menerima pujana internal
Tulus mengundang semua untuk menerima pujana kolektif rahasia
Mengundang secara kolektif untuk menerima pujana Mahasuka Sejati
Dengan
20. Persembahan Pujana:
Asisten upacarika mengambil tirta amerta dan lain-lain, membentuk mudra vajra karman, sesuai tata ritual mempersembahkan di hadapan Dharmasana utama, melantunkan:
A La La Huo
Berdiam dalam samadhi, menerima dan menikmati, bagian ini dipersembahkan kepada segenap Yogi dan segenap mudita berjodoh, setelah menikmati pujana, harap tetap tinggal untuk menikmati makanan yang tersisa, mengadhisthana dengan Mantra Tri Aksara, dipersembahkan kepada para Pelindung di luar.
Ada lagi
21. Pelafalan Derma Pujana Sisa:
Om. A. Hom (mengadhisthana pujana sisa untuk dipersembahkan kepada para Pelindung di luar)
Beserta segenap makhluk halus penerima pujana sisa nan leluasa,
sebanyak himpunan maha mega, harap berkenan hadir.
Menerima sisa aneka pujana yang lezat, supaya ikrar yang pernah kalian buat di hadapan Buddha di masa lampau, semua pelanggaran sila, dan tindakan merusak ajaran, seketika sirna, dan supaya membantu Anda sekalian mencapai keberhasilan karman lokiya dan lokuttara.
Mantra Derma Sisa Pujana: “Wu Ji Zha. Ba Ling Da. Ka He Yi. Ka Xi. Ka Xi.”
(Asisten upacarika membawa sarana puja ke luar mandala, dan mempersembahkannya kepada para Pelindung di luar, di tempat yang bersih)
Dharmaraja Lian Sheng menanyai, apakah umat di lokasi ada yang pernah berpartisipasi dalam Trimula Puja, Acarya Lian Yan (蓮彥上師) merespon, mengungkapkan bahwa setiap tahun, True Buddha Foundation (TBF) menyelenggarakan Trimula Puja, dan pada tanggal 18 Mei, telah menggelar Upacara Trimula Puja Mahadewi Yaochi, yang dapat diikuti oleh segenap siswa di seluruh dunia.
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa, karena keterbatasan waktu, dan masih banyak hal yang perlu disampaikan dalam upacara kali ini, maka belum bisa mengulas bagian tata ritual tersebut dengan mendetail. Oleh karena itu, Dharmaraja menyarankan supaya umat bisa langsung minta petunjuk dari TBF.
Pertanyaan kedua:
Siswa mohon petunjuk Buddha Guru: Dalam Sadhana Kriyatantra, sadhaka wajib mengupayakan sesuai dengan tata ritual, dan Buddha Guru memberikan petunjuk mengenai penekunan visualisasinya. Namun, dalam Sadhana Caryatantra, jika sadhaka memiliki ketulusan dan sanggup memusatkan perhatian, sekalipun dalam tata ritual Kriyatantra ada yang tidak dipahami sehingga ada yang terlewat, apakah ini masih tergolong tidak ada kesalahan?
Pertanyaan ketiga:
Siswa mohon petunjuk Buddha Guru, jika sadhaka mengenakan topi, apakah ini akan mengakibatkan sukar merasakan arus Dharma? Apakah perbedaan bahan material bisa menyebabkan rintangan bagi adhisthana cahaya Buddha? (Contoh: Cahaya Buddha atau arus Dharma sukar menembus topi, atau sukar menembus bahan plastic, atau bahan logam?)
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, daya adhisthana arus Dharma tidak akan terbatasi oleh rintangan eksternal. Dengan bercanda Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan: “Helm besi, arus Dharma akan tetap masuk!” Dharmaraja menekankan, tidak peduli sadhaka ada di mana, di benteng, atau di bawah tanah, atau kepala berambut, atau bertopi, atau payung, atau bahkan atap rumah, arus Dharma pasti dapat masuk, tidak ada hubungannya dengan barang apa yang dikenakan.
◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 2
Teks Sutra:
Buddha memberitahu Ananda, “Kini engkau melihat-Ku, melihat esensi terang hakiki, meskipun penglihatan ini bukan Esensi Luhur Batin Terang . Ibarat bulan yang kedua, bukan bayangan dari rembulan. Dengarkanlah dengan saksama, kini Aku akan menunjukkan kepadamu sesuatu yang tidak bergantung pada apa pun. Wahai Ananda, di aula pembabaran ini, jika dibuka ke arah timur, saat mentari terbit, aula ini akan dipenuhi oleh cahaya matahari. Namun, di tengah malam, ruangan ini akan gelap, jika rembulan tidak muncul, atau jika langit terhalang oleh awan dan kabut. Orang dapat melihat ke luar melalui celah-celah pintu dan jendela, tetapi tembok dan atap menghalangi pandangan. Ketika berbagai objek tampak, kita dapat melihat bagaimana mereka terkait antara satu dan lainnya, tetapi di mana tidak ada objek, hanya ruang yang tampak. Saat muncul kabut atau awan, objek akan terhalang, atau terdistorsi. Setelah kabut menghilang atau setelah debu mengendap sehingga udara kembali bersih, kita dapat melihat segala sesuatu dengan jelas lagi.”
“Ananda, kamu semua telah mengamati bagaimana aspek-aspek dari fenomena ini akan berubah. Sekarang Aku akan menunjukkan kepada kalian bagaimana keberadaan masing-masing fenomena tersebut bergantung pada suatu kondisi yang dibutuhkannya. Apa saja kondisi yang dibutuhkan untuk fenomena yang berubah ini, wahai Ananda?
“Tanpa matahari, tidak ada terang, karena tidak terang tanpa matahari. Ketidakhadiran bulan merupakan syarat mutlak bagi kegelapan. Celah pada pintu dan jendela merupakan syarat mutlak bagi Anda untuk dapat melihat keluar. Dinding dan atap merupakan syarat mutlak bagi pandangan yang terhalang.”
“Membedakan berbagai objek merupakan syarat yang diperlukan untuk mengamati bagaimana objek-objek tersebut saling terkait. Ketiadaan objek merupakan syarat yang diperlukan untuk melihat ruang saja. Kabut dan awan debu merupakan syarat yang diperlukan untuk mengaburkan atau mendistorsi kesadaran visual kita terhadap objek. Penyebaran kabut dan pengendapan debu merupakan syarat yang diperlukan untuk melihat dengan jelas lagi. Dan setiap tindakan melihat fenomena dunia yang berubah-ubah termasuk ke dalam salah satu jenis ini.”
“Pertimbangkanlah delapan jenis ini. Menurut Anda, apa syarat mutlak bagi hadirnya sifat pengertian yang merupakan hakikat kesadaran visualmu? Jika hadirnya cahaya merupakan syarat mutlak bagi kesadaran visual, maka ketika cahaya tidak ada sehingga gelap total, engkau tidak akan bisa melihat kegelapan yang sesungguhnya engkau lihat. Pikiran membuat perbedaan antara terang dan gelap dan fenomena lainnya, tetapi hakikat kesadaran visual tidak membuat perbedaan ini. Jelaslah, pikiran yang mengalami fenomena terkondisi ini bukanlah yang hakikatnya ada. Namun, apa yang bukan fenomena terkondisi ini pastilah engkau yang hakikatnya ada. Jika bukan engkau, apa lagi yang mungkin ada?”
“Ketahuilah bahwa pikiranmu pada dasarnya menakjubkan, cemerlang, dan murni. Engkau telah membingungkan dirimu sendiri dan telah kehilangan jejak akan apa yang mendasar. Terus-menerus hanyut dan tenggelam, engkau telah tenggelam dalam lautan kematian dan kelahiran kembali. Itulah sebabnya Sang Tathagata berkata engkau patut dikasihani.”
Dharmaraja Lian Sheng menggunakan perumpamaan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengulas makna Sutra: “Anda menatap keluar melalui jendela, bisa melihat orang, sebab jendela membuat Anda bisa melihat tembus. Jika Anda menatap tembok, hanya tembok, ini adalah rintangan. Fenomena yang dapat dilihat, pada akhirnya adalah kondisi yang bergantung, cahaya bergantung pada matahari, kegelapan pada malam, tembus bergantung pada jendela, rintangan bergantung pada tembok.”
Semua perubahan ini bersumber dari lingkungan eksternal, merupakan rupa-rupa dari anitya. Segala sesuatu yang berubah, yang bisa kembali pada kebergantungannya, semua bukan Anda, hanya yang tidak bergantung pada suatu apa pun, barulah sifat sejati Anda, yaitu Batin Sejati Terang nan Luhur.
Dharmaraja menggambarkan, segala sesuatu ibarat meminjam belaka. Kedudukan bakal dikembalikan pada jabatan, uang dikembalikan pada uang, tanah dikembalikan pada tanah, tubuh dikembalikan pada kematian, kemasyhuran dikembalikan pada debu dan tanah. Sekalipun Anda pernah seorang presiden, direktur, semua hanya label status sesaat, pada akhirnya kembali pada dunia.
Mengenai akar dari samsara, Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa semua makhluk teperdaya oleh lingkungan eksternal, melekati berbagai fenomena yang saling bergantung, tidak dapat mengikis karmavarana, terjerumus ke dalam enam alam samsara, ibarat kayu mengapung di lautan, insan tanpa daya diombang-ambing oleh daya karma, sungguh kasihan. Contohnya adalah Qiong Yao, sekalipun memiliki harta dan kemasyhuran, tetap tidak dapat terbebas dari prinsip kembali pada asal kebergantungan, ini membuktikan kebenaran “Segala sesuatu akan berpulang.”
Di akhir, Dharmaraja menekankan, setiap insan memiliki Batin Sejati Terang nan Luhur, yang merupakan akar yang benar-benar dapat membawa vimoksa. Mengapa sebuah keyakinan bisa menghasilkan kekuatan, sebab kita meyakini Batin Sejati yang semula ada. Jika tidak ada Batin Sejati Terang nan Luhur, maka semua bhavana dan keyakinan akan kehilangan makna. Meskipun banyak insan masih belum memahami Batin Sejati Terang nan Luhur, tetapi asalkan dalam batin ada keyakinan, maka sudah beryoga dengannya. Entah itu meyakini Buddha, Yesus, Allah Bapa, atau lainnya, keyakinan ibarat pagar pelindung, sesungguhnya kekuatannya sungguh ada.
Sampai di sini, Dharmaraja telah menyelesaikan Dharmadesana dalam upacara kali ini, dilanjutkan dengan menganugerahkan Abhiseka Maha Sadhana Avenika Mahottara Heruka, Seratus Istadewata Santam dan Krodha Mahottara Heruka, Sadhana Penyeberangan Bimbingan Lisan Bardo, dan Sadhana Mahottara Heruka Mata Sekujur Tubuh. Upacara pun usai dengan sempurna, memberikan manfaat tak terhingga.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#MahottaraHeruka
Istadewata Homa Minggu depan #BuddhaAmiatyus