12 Juli 2025 Pujabakti Sadhana Istadewata Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Liputan Lianhua Yin Yin (蓮花因茵)
Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)
Pada tanggal 12 Juli 2025, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin pujabakti Sadhana Istadewata Padmakumara (Lianhuatongzi/蓮花童子), vihara cikal bakal dipenuhi kemanggalaan dan suasana keharmonisan, segenap siswa dengan khidmat dan sukacita menyambut kehadiran Dharmaraja Lian Sheng. Para siswa yang datang dari dalam maupun luar negeri bergiliran memperkenalkan diri masing-masing kepada Dharmaraja, ada beberapa umat Sedharma yang pertama kali bisa Berdharmayatra ke vihara cikal bakal, rasa haru mereka sungguh melampaui kata-kata.
Usai tata ritual Sadhana Istadewata, semua mengikuti Dharmaraja Lian Sheng bersembah puja kepada segenap Guru Silsilah dan Istadewata pujabakti, kemudian langsung bertepuk tangan meriah menyambut Dharmadesana dari Dharmaraja Lian Sheng.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa bertanya: Bhagavati, Dakini, dan para dewi yang menitis, apakah pasti akan menitis dalam wujud perempuan? Atau bisa juga menitis dalam wujud laki-laki?
Dharmaraja Lian Sheng menjawab: Dalam Sutra Ksitigarbha disebutkan, bila sadhaka membaca Sutra Ksitigarbha, menghormati Bodhisatwa Ksitigarbha, kelak dapat terlahir kembali sesuai dengan keinginan, baik itu wujud laki-laki maupun perempuan. Jika terlahir sebagai laki-laki, maka parasnya akan tampan, tinggi besar, dan terlahir di keluarga makmur. Jika terlahir sebagai perempuan, kelak terlahir sebagai ratu maupun putri, dengan paras laksana dewi.
Tumimbal lahir bukan hal yang demikian sederhana, ingin terlahir sebagai apa, maka bisa terlahir sesuai keinginan. Jika Anda punya karma bersama, atau karma pribadi, maka tidak bisa sekehendak sendiri terlahir sebagai perempuan atau laki-laki, kecuali Anda adalah Bhagavati, Dakini, atau dewi, Anda punya Dharmabala, maka Anda bisa menitis sesuai keinginan.
◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 2
Bagian ini melanjutkan pengulasan sebelumnya, Buddha Sakyamuni bertanya kepada Ananda: “Mengapa Anda bisa melihat?” Ananda menjawab: “Sebab ada cahaya matahari, cahaya bulan, dan cahaya pelita, sehingga bisa melihat. Jika tidak ada cahaya-cahaya tersebut, maka tidak akan melihat.”
“Ananda, jika orang tidak dapat melihat ketika cahaya tidak ada, mereka tidak akan memiliki kesadaran visual akan kegelapan total. Karena mereka secara visual menyadari kegelapan total, Anda tidak dapat mengatakan bahwa mereka tidak dapat melihat tanpa cahaya.”
Buddha Sakyamuni mengatakan: “Jika tidak melihat cahaya disebut sebagai tidak dapat melihat, maka karena tidak dapat melihat, semestinya Anda juga tidak bisa melihat kegelapan, dan ini bukan disebut tidak melihat, sebab Anda masih melihat kegelapan. Maka apa yang disebut dengan tidak melihat?”
“Ananda, jika ketidakmampuan mereka untuk melihat cahaya ketika mereka berada dalam kegelapan total berarti mereka tidak dapat melihat ketika gelap, maka sebaliknya, ketidakmampuan mereka untuk melihat kegelapan ketika terang juga harus berarti bahwa mereka tidak dapat melihat ketika terang, karena keduanya sama dan melibatkan kejadian tidak dapat melihat.”
Jika saat gelap, tidak bisa melihat cahaya, disebut sebagai tidak melihat, sedangkan saat terang, tidak melihat gelap, juga disebut tidak melihat. Maka dalam kedua kondisi tersebut, sesungguhnya mesti tidak bisa melihat.
“Cahaya dan kegelapan saling bercampur; namun, terlepas mana yang hadir, kesadaran visual Anda tidak akan hilang sedetik pun.”
Cahaya dan gelap saling bercampur, maka atribut kesadaran visual Anda ada di tengah, kesadaran visual Anda tidak akan hilang sedikit pun.
“Oleh karena itu Anda harus memahami bahwa dalam kedua hal tersebut ada penglihatan.”
Karena kondisi tersebut, sesungguhnya semua bisa melihat.
“Mengapa Anda mengatakan tidak melihat?”
Jadi mengapa Anda mengatakan tidak melihat?
“Maka, pahamilah bahwa ketika melihat cahaya, kesadaran visual bukan muncul karena cahaya itu sendiri. Ketika melihat kegelapan, kesadaran visual bukan muncul karena kegelapan itu sendiri. Ketika melihat ruang, kesadaran visual bukan muncul karena ruang itu sendiri, dan ketika melihat benda padat, kesadaran visual akan benda-benda itu tidak muncul karena benda padat itu sendiri.”
Oleh karena itu, wahai Ananda, semestinya engkau sekarang mengetahuinya, saat Engkau melihat cahaya, maka penglihatan tersebut bukan cahaya; Saat melihat kegelapan, penglihatan tersebut bukan gelap; Saat melihat ruang, penglihatan tersebut bukan ruang. Melihat ada halangan di hadapan, penglihatan tersebut tidak terhalangi.
“Ada empat makna.”
Engkau mesti tahu empat macam maknanya.
“Engkau mesti mengetahui, ketika mampu menggunakan kesadaran sejati untuk menyadari hakikat kesadaran visual, maka kesadaran visual bukanlah kesadaran visual.”
Dengan demikian bisa mengetahui, semua “Saat menyaksikan kesadaran visual, maka kesadaran visual bukanlah kesadaran visual.”, melihat berarti tidak melihat.
“Kesadaran visual berarti meninggalkan kesadaran visual.”
Setelah melihat, meninggalkan penglihatan.
“Kesadaran visual tidak dapat dilampaui.”
Anda sama sekali tidak bisa melihat.
“Bagaimana mungkin kembali menyatakan, mengenai sebab dan kondisi, dan keberadaan dengan sendirinya, dan bentuk perpaduan.”
Sehingga tidak bisa dikatakan itu adalah sebab dan kondisi, juga tidak bisa dikatakan ada dengan sendirinya, bentuk perpaduan.
Sebab dan kondisi menunjuk pada karena melihat cahaya maka tidak bisa melihat gelap, melihat gelap, maka tidak melihat cahaya. Ada dengan sendirinya, maksudnya adalah demikianlah hakikatnya. Bentuk perpaduan adalah campuran cahaya dan kegelapan.
“Engkau wahai para Sravaka, kurang pengetahuan, belum bisa menembusi realitas sejati nan suci.”
Kalian para Sravaka yang menekuni Hinayana, sama sekali tidak memiliki pemahaman, tidak tahu apa yang disebut sebagai realitas sejati nan murni.
“Kini Aku memberikan instruksi lanjutan, renungkanlah dengan sebaik-baiknya, jangan pernah merasa jemu menapaki jalan Bodhi nan luhur.”
Sekarang Aku mengajar kalian, mesti renungkan dengan sebaik-baiknya, jangan karena demikian maka malas berbhavana, jangan berhenti menapaki jalan Bodhi.
Penglihatan insan awam, karena ada cahaya matahari, cahaya bulan, dan cahaya lampu, sehingga kita bisa melihat. Namun, penglihatan Buddha Sakyamuni, tidak ada atribut terang, juga tanpa atribut kegelapan, bukan karena terang, gelap, ruang atau objek solid sehingga baru bisa melihat. Beliau membabarkan Batin Sejati Terang nan Luhur, yang maha hadir, tiada nama dan atribut, dan tidak terperikan. Oleh karena itu, Ananda terus bertanya, dan Buddha Sakyamuni terus menjelaskan, tetapi walau sudah sangat lama dijelaskan, Ananda masih belum memahami.
“Ananda berkata kepada Sang Buddha, ‘Sang Begawan, seperti yang telah dijelaskan oleh Buddha Begawan mengenai ajaran tentang sebab dan kondisi, serta tentang keberadaan segala sesuatu dalam dan dari dirinya sendiri, tetapi kita belum memahami ajaran tentang bentuk perpaduan, serta bukan perpaduan. Dan sekarang ketika kita mendengar lebih lanjut bahwa hakikat kesadaran visual yang disadari oleh kesadaran sejati tidaklah sama dengan kesadaran sejati, sehingga menambah kebingungan kami.”
Ananda berkata kepada Buddha Sakyamuni: “Buddha, kepada kami para Sravaka, telah membabarkan Batin Sejati Terang nan Luhur bukanlah sebab dan kondisi, bukan ada dengan sendirinya, perpaduan, pun bukan perpaduan, batin kami belum tercerahkan. Kini mendengar Buddha membabarkan bahwa pandangan kesadaran visual bukanlah kesadaran visual, justru menambah kebingungan kami.”
“Demikianlah permohonanku penuh kerendahan hati, berwelas asih lah, anugerahkan mata kebijaksanaan agung, babarkan kepada kami semua, ungkapkan batin pencerahan nan murni.”
Wahai Buddha Sakyamuni, mohon Anda berwelas asih menganugerahkan kebijaksanaan kepada kami semua, membabarkan Dharma kepada kami semua, supaya batin kami menjadi suci, memiliki Batin Sejati Terang nan Luhur.
“Dengan mengucapkannya, Ia menangis sedih dan bernamaskara, menanti untuk menerima instruksi Hyang Arya.”
Ananda bernamaskara kepada Buddha Sakyamuni sambil menangis, memohon Beliau segera membabarkan Dharma menghalau ketidaktahuan, supaya Sravaka Hinayana memperoleh pencerahan.
“Kemudian, Begawan mengasihani Ananda dan para hadirin, hendak membabarkan jalan bhavana luhur, Maha Dharani, sarwa samadhi.”
Saat itu, Buddha Sakyamuni sangat berempati kepada Ananda dan segenap hadirin, akan membabarkan Maha Dharani, dan jalan bhavana nan luhur untuk memasuki samadhi.
Dharani adalah mantra, Buddha akan membabarkan Maha Dharani, hendak membabarkan Mantra Hati Surangama.
Buddha berkata kepada Ānanda, “Engkau memiliki ingatan yang tajam, tetapi hanya menambah pengetahuan belaka. Engkau belum memahami praktik samadhi yang darinya muncul wawasan halus. Dengarkan baik-baik saat aku memberikan instruksi secara bertahap kepadamu.”
Buddha memberitahu Arya Ananda: “Meskipun daya ingatmu sangat kuat, tetapi hanya banyak pengetahuan belaka, Anda mendengar lebih banyak dari orang lain. Saat memasuki samadhi, pengamatan Anda, mengamati batin Anda sendiri, mengamati segala sesuatu, masih belum mencapai puncak, masih sangat awal. Maka hari ini dengarkanlah dengan baik, Aku akan membabarkannya secara bertahap.”
“Demi semua yang masih tiris di masa yang akan datang, supaya mereka memperoleh Bodhi.”
Demikian pula, supaya insan yang di masa mendatang yang menapaki jalan bhavana, bisa memperoleh Anuttarasambodhi.
“Ananda, semua makhluk, bertumimbal lahir di dunia, karena dua jenis kesadaran menyimpang, sehingga menghasilkan pandangan delusi.”
Arya Ananda, semua makhluk bertumimbal lahir di dunia, karena pandangan delusi.
“Di mana pun kedua jenis kesadaran ini muncul, di sana lah siklus karma tersebut.”
Karena ada pandangan delusi, pikiran delusi, maka melakukan kesalahan, menjadi rintangan karma, sehingga bertumimbal lahir.
“Apa saja dua jenis kesadaran terdistorsi ini? Yang pertama adalah pandangan delusi yang didasarkan pada karma tiap makhluk; yang kedua adalah pandangan delusi yang didasarkan pada karma semua makhluk.”
Apa saja dua macam pandangan delusi? Yang satu adalah pandangan delusi karma tiap makhluk, yaitu karma pribadi, yaitu karma buruk yang Anda lakukan secara perorangan. Satu lagi adalah pandangan delusi bersama semua makhluk, yaitu karma bersama, karma buruk yang dilakukan bersama-sama oleh semua, yang akibatnya bisa berupa bersama mengalami bencana paceklik, perang, dan wabah.
Oleh karena itu, sadhaka mesti memiliki pemikiran benar, pandangan benar, dan memahami delapan ruas jalan kebenaran, 37 Bodhipaksika (catvari-smrti-upasthanani, catvari-samyak-prahanani, catvara-rddhi-padah, panca indra, pancabala, saptabodhi, dan jalan utama beruas delapan), menapaki jalan utama beruas delapan merupakan pemikiran benar, jika tidak, berarti pemikiran Anda adalah delusi.
Ananda hanya mendengar belaka, Beliau masih belum memiliki praktik bhavana yang sejati, oleh karena itu, berbhavana mesti memasuki samadhi, baru merupakan bhavana sejati, mencerahi dari pemusatan perhatian.
Dharmadesana Dharmaraja Lian Sheng mengupas ajaran mendalam secara mudah dipahami, sehingga semua yang menyimak memperoleh manfaatnya, sehingga semakin memahami Batin Sejati Terang nan Luhur yang disampaikan Sutra Surangama. Di pengujung acara, Dharmaraja Lian Sheng mengadhisthana Air Maha Karuna Dharani, kemudian mengadhisthana segenap hadirin. Pujabakti pun usai dengan manggala dan sempurna.
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#Padmakumara
Istadewata Pujabakti Sabtu depan #BuddhaBhaisajyaguru