12 Oktober 2025 Upacara Homa Padmakumara di Rainbow Temple

12 Oktober 2025 Upacara Homa Padmakumara di Rainbow Temple

Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)

Welas Asih Ribuan Bahtera Dharma Mulacarya Lian Sheng Membawa ke Pantai Seberang

Pada tanggal 12 Oktober 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Homa Padmakumara (Lianhuatongzi/蓮花童子). Upacara berjalan hingga sesi memasukkan sarana puja ke dalam tungku, dan membentuk mudra santika, paustika, vasikarana, dan abhicaruka, mendadak Dharmaraja menghentikan suara mantra, dengan penuh welas asih berkontak batin ada arwah tak terhingga banyaknya yang memohon penyeberangan, sehingga menggelar Ribuan Bahtera Dharma, menyeberangkan arwah leluhur pemohon utama dan semua arwah yang berjodoh, terlahir di Sukhavatiloka. Seluruh arena dipenuhi susasana haru, dan tepuk tangan terus membahana.

Dharmaraja Lian Sheng Memandu Sadhana Penyeberangan Ribuan Bahtera Dharma

Dharmaraja Lian Sheng memohon adhisthana Mahadewi Yaochi dan Vajra Vyaghravakta, menjelmakan Ribuan Bahtera Dharma, dan memohon Bodhisatwa Ksitigarbha mengundang segenap arwah untuk naik bahtera, memohon Buddha Amitabha memancarkan cahaya putih, merah, dan biru, tricahaya mengadhisthana, menyucikan arwah, bahtera mengangkasa ke Sukhavatiloka. (Tata ritual lengkap bisa disimak melalui True Buddha News)

Usai homa sempurna, Dharmaraja mengumumkan minggu depan, tanggal 19 Oktober, pukul 3 sore, akan dilaksanakan Upacara Homa Vajra Mahabala (Dali Jin’gang/大力金剛), memperagakan Mudra Vajra Mahabala, menjapa Mantra Hati: “Om. Ma Ha Ba La Ya. Suo Ha.” Dan membabarkan “Vajra Mahabala adalah Vajra Dharmapala ikrar dalam Zhenfo Zong.”

Dharmaraja Lian Sheng membabarkan mengenai penyeberangan Ribuan Bahtera Dharma, yang mengandalkan welas asih dan jasa kebajikan Buddha dan Bodhisatwa, terutama mengandalkan adhisthana cahaya tanpa batas dari Buddha Amitabha, menyucikan batin dan tubuh segenap arwah, menyingkirkan karmavarana. Dalam sekejap pikiran, bahtera Dharma berlabuh di Sukhavatiloka, sehingga segenap arwah bisa melanjutkan bhavana dan mencapai keberhasilan.

Nadi Dharma Padmakumara Merata di Sarwa Buddhaksetra

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, Padmakumara menghubungkan tanah suci sarwa Buddha dan merupakan simbol penting silsilah Tantra. Buddha Amitabha, Bodhisatwa Avalokitesvara, dan Bodhisatwa Mahastamaprapta adalah Padmakumara; Raja Pundarika, raja kedua dari Shambala, dan Guru Padmasambhava, semua melanjutkan nadi Dharma ini.

Dharmaraja Lian Sheng menunjukkan, dulu dalam Sutra Buddha tidak ada nama Padmakumara, dan setelah diri ini membuktikan langsung tanah suci Sukhavatiloka, dan langsung berjumpa dengan segenap Padmakumara, sehingga mengetahui bahwa nama Padmakumara benar adanya. Belakangan, setelah memeriksa Sutra Buddha, menjumpai bahwa Bodhisatwa Avalokitesvara, Bodhisatwa Mahastamaprapta, bahkan Buddha Amitabha, semua adalah divisi Padmakumara, ini membuktikan segala yang dijumpai adalah kenyataan.

Lebih lanjut, Dharmaraja mengungkapkan, Mahamudra dalam Kagyu, bermula dari Adi Buddha yang mentransmisikan kepada Ratnamatikumara dan Ratnasamudgatakumara, dan kedua kumara tersebut adalah Padmakumara, oleh karena itu sumber dari Guru Silsilah Mahamudra adalah nadi Dharma Padmakumara. Guru Padmasambhava sebagai sesepuh awal Tantra, bertransformasi dari padma, bermakna paling suci tanpa noda, Beliau adalah perwujudan dari Padmakumara.

Dalam Gua nomor 314 di Dunhuang, gambar di bagian dalam, banyak melukiskan Padmakumara, menjadi sebuah harta karun seni agama Buddha yang paling langka sepanjang sejarah. Dalam penelitian penerbitan Nigensha Co, Ltd tertulis, Sang Buddha, Bodhisatwa Maitreya dan Bodhisatwa Padmapani muncul dalam satu gua, di antaranya, Bodhisatwa Padmapani adalah lambang status dari Padmakumara.

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Pertanyaan siswa dari Taiwan:
(1) Apakah saat bersamaan manunggalnya sadhaka dengan Guru dan Istadewata, juga merupakan Samadhi Laksana Maya? Apakah ini yang dikatakan oleh Buddha Guru sebagai di dalam kue matahari tidak ada matahari?
(2) Sadhaka dan Istadewata manunggal, dengan sendirinya daya ikrar Istadewata juga merupakan daya ikrar sadhaka, tepatnya, semestinya juga bukan membangkitkan Bodhicitta, terlebih juga bukan pahala, sebab sudah semestinya dilakukan, bukankah demikian?
(3) Tiga sebelum dan tiga sesudah, dengan yang dibabarkan oleh Buddha Guru sebagai tidak diperoleh, sama seperti saat itu Sang Dewi bertanya kepada Sariputra, mengapa mengibaskan daun? Menurut Buddha Guru, dunia yang penuh dengan lima kekeruhan, apakah sama seperti sehelai daun, sama seperti Sang Dewi menanyai Sariputra supaya jangan buru-buru mengibaskan daun, benarkah? Bisakah senantiasa menetap di dunia dan tidak buru-buru mengibaskannya?

Dharmaraja Lian Sheng membabarkan:
Tentu saja dalam kue matahari tidak ada matahari, sama seperti dalam kue istri tidak ada istri! Segenap hadirin tersenyum. Seketika bertransformasi memasuki makna Dharma. Dharmaraja menjelaskan: Samadhi Laksana Maya berarti mencerahi segala sesuatu di dunia adalah ilusi. Dalam Sutra Vajra disebutkan: “Semua Dharma yang berkondisi, laksana mimpi, ilusi, buih, dan bayangan, laksana embun dan kilat, demikianlah hendaknya mengamatinya.” Dunia saha ini pada dasarnya ibarat ilusi, dari ilusi mengonfirmasi Tathata, inilah Samadhi Laksana Maya.

Lebih lanjut, Dharmaraja Lian Sheng menuturkan, sadhaka, lingkungan, dan metode yang ditekuni, semua adalah lingkungan ilusi. Ketika dalam ilusi ini Anda tercerahkan, merealisasi kebenaran, tingkatan pencerahan ini, adalah samadhi. Batin Sejati Terang nan Luhur yang dibabarkan dalam Sutra Surangama, adalah Samadhi tersebut. Selama belum tercerahkan, hanya ilusi semata. Setelah tercerahkan, menampakkan Tathata.

“Lulamuta” Sadhaka Manunggal Dengan Istadewata Menampakkan Tathata

Menjawab pertanyaan kedua, sadhaka manunggal dengan Istadewata, dengan welas asih membabarkan: Dalam bahasa Tibet, manunggal disebut “lulamuta”. Sadhaka dan Istadewata manunggal, sesungguhnya ilusi manunggal dengan ilusi. Tubuh sadhaka adalah palsu, wujud Istadewata juga ilusi, ketika keduanya beryoga, yang tampak adalah Tathata.

Dharmaraja Lian Sheng menjelaskan: Daya ikrar Istadewata adalah daya ikrar sadhaka, jika sadhaka bisa senantiasa mengenang ikrar Istadewata, mempraktikkannya sesuai ikrar, dengan sendirinya menghasilkan daya. Yang ditunjukkan oleh “lulamuta” adalah kondisi kontak yoga ikrar dengan ikrar.

Lebih lanjut Dharmaraja menuturkan: Pahala yang sejati, bukan pada pamrih. Sutra Vajra membabarkan: “Yang disebut pahala, bukan pahala, justru merupakan pahala.” Jika Anda melekat pada pembangkitan Bodhicitta, justru bukan Bodhicitta; Jika tidak melekati pembangkitan Bodhicitta, justru menampakkan Bodhicitta sejati.

Mengenai pertanyaan ketiga, terlebih dahulu Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa dalam Sutra disebutkan: “Daun bunga jatuh di atas tubuh Bodhisatwa tetapi tidak menempel, justru menempel pada tubuh Arahat, sekalipun dikibaskan tetap tidak jatuh.” Kuncinya pada tingkat spiritual berbeda berdasarkan kemelekatan pikiran. Sadhaka yang sejati, seperti Arya Vimalakirti, “Sekalipun berjalan melalui semak bunga, sehelai daun pun tidak menempel pada tubuh.” Sebab batin tiada polusi, tidak terpengaruh oleh lingkungan eksternal.

Dharmaraja mengungkapkan, Bodhisatwa tidak tercemar oleh kekotoran, tidak peduli bunga atau daun melekat, semua tidak memengaruhi sifat kesucian; Berbeda dengan Arahat, karena mematuhi sila yang ditetapkan Buddha Sakyamuni, tidak boleh memegang bunga, begitu ada bunga yang menempel pada tubuh, memandangnya sebagai pelanggaran sila. Dari sini bisa diketahui, meskipun tubuh Bodhisatwa ada pada dunia yang penuh lima kekeruhan, senantiasa berdiam pada kesucian; Sedangkan Arahat perlu dengan ketat mematuhi sila, supaya kondisi batin tidak terganggu.

Dengan humoris Dharmaraja menjawab: “Anda bertanya, boleh atau tidak menetap di dunia, jangan buru-buru mengibaskannya? Jika Anda Bodhisatwa tentu saja boleh; Namun, jika Anda bukan Bodhisatwa, maka benda-benda tersebut akan memengaruhi Anda, bahkan Arahat pun tidak sanggup!”

Dharmaraja melanjutkan: Jika Anda bisa senantiasa menetap di dunia tanpa tercemar, berarti Anda adalah Bodhisatwa; Jika Anda masih perlu buru-buru mengibaskannya untuk membersihkannya, ini menandakan Anda masih dalam tingkatan belajar di jalan Bodhi. Dharmaraja tertawa mengungkapkan: “Jika Anda benar-benar Bodhisatwa, maka tidak akan menanyakan pertanyaan ini kepada saya, dari sini bisa diketahui Anda belum Bodhisatwa!”

Dharmaraja Lian Sheng mencontohkan Arya Vimalakirti, Beliau adalah titisan Tathagata Gandum Emas, sudah ada di tingkat Buddha, tidak goyah akan bunga dan debu, oleh karena itu “Sekalipun berjalan melewati semak bunga, sehelai daun pun tidak menempel pada tubuh.”

◎ Pengulasan Sutra Surangama, Bab 3

"Dan lagi, wahai Ananda, menurut pemahamanmu, indra pendengaran dan suara merupakan syarat bagi munculnya kesadaran pendengaran. Namun, apakah kesadaran ini muncul dari indra pendengaran sehingga dibatasi oleh batas-batas indra pendengaran? Atau, apakah ia muncul dari suara, sehingga dibatasi oleh batas-batas suara?"

"Ananda, jika ia muncul dari indra pendengaran. Namun, tanpa adanya suara maupun keheningan, indra pendengaran tidak akan menyadari apa pun. Jika indra pendengaran tidak memiliki kesadaran, karena tidak ada objek yang dapat disadarinya, lalu atribut apa yang dimiliki kesadaran tersebut? Kau mungkin bersikeras bahwa telingalah yang mendengar. Namun, tanpa adanya suara atau keheningan, pendengaran tidak dapat terjadi. Telinga juga dilapisi kulit, dan indra tubuh terlibat dengan objek-objek sentuhan. Mungkinkah kesadaran pendengaran muncul dari indra tersebut? Karena tidak mungkin, apa dasar kesadaran pendengaran?"

“Jika kesadaran-telinga muncul dari suara. Jika kesadaran-telinga ada karena suara, maka itu tidak ada hubungannya dengan pendengaran. Tetapi jika tidak ada pendengaran yang terjadi, bagaimana Anda tahu dari mana suara itu berasal? Namun, misalkan kesadaran-telinga muncul dari suara. Karena suara harus didengar agar menjadi apa yang kita kenal sebagai suara, kesadaran-telinga juga akan didengar sebagai suara."

"Dan ketika tidak terdengar, ia tidak akan ada. Lagipula, jika terdengar, maka itu akan menjadi hal yang sama dengan suara; itu akan menjadi sesuatu yang terdengar. Tetapi apa yang dapat mendengarnya? Dan jika Anda tidak memiliki kesadaran, Anda akan menjadi tidak peka seperti rumput atau kayu."

"Jangan katakan bahwa suara, yang tidak memiliki kesadaran, dan indra-telinga, yang sadar, dapat bercampur untuk menciptakan kesadaran-telinga. Tidak mungkin ada tempat di mana keduanya dapat bercampur, karena yang satu bersifat internal dan yang lainnya eksternal. Lalu, di mana lagi kesadaran-telinga dapat muncul?"

"Oleh karena itu, ketahuilah bahwa daya pendengaran dan bunyi tidak dapat menjadi syarat bagi munculnya kesadaran telinga, karena tidak satu pun dari ketiga unsur ini: daya pendengaran, bunyi, dan kesadaran telinga, memiliki eksistensi yang independen. Pada dasarnya, ketiganya tidak muncul dari sebab dan kondisi; juga tidak muncul dengan sendirinya."


Pengulasan Dharmaraja Lian Sheng:

Mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, keenam indra ini, dengan rupa, suara, bebauan, sentuhan, dan dharma atau enam debu, enam kesadaran yang dihasilkan adalah palsu. Sadhaka mesti mulai dari tubuh dan batin yang laksana ilusi ini, “Menggunakan kepalsuan untuk melatih yang sejati”, melebur dalam Samadhi Laksana Maya yang dibabarkan dalam Sutra Surangama.

Dharmaraja menjelaskan: “Meskipun kesadaran pendengaran muncul dari gabungan indra telinga dan suara, tetapi suara bisa berubah, telinga bisa rusak, kesadaran pun mengalami kelenyapan. Jika melekati suara dan pendengaran, berarti masuk dalam jebakan diskriminasi.” Supaya semua bisa mencerahinya, Dharmaraja menyanyikan: “Pak Wang Punya Sebidang Tanah”, menunjukkan bahwa suara ayam, bebek, dan kambing, semua bangkit karena diskriminasi, indra telinga, debu suara, dan kesadaran pendengaran, ketiga hal ini tidak memiliki sifat diri.

Dharmaraja Lian Sheng menyimpulkan: Melatih yang palsu, mencapai keberhasilan yang sejati, ibarat ilusi merealisasikan kesejatian. Dengan suara memasuki samadhi, dari diskriminasi menjumpai Tathata, mencerahi abhava.

Usai Dharmadesana yang sangat istimewa dalam menyingkap makna dalam samudra Dharma maha luas dan mendalam, Dharmaraja Lian Sheng berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Sadhana Maha Padmakumara Putih kepada segenap hadirin, upacara pun usai dengan sempurna.

------------------------

Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate

Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊

Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB

Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw

Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature

Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#Padmakumara
Istadewata Homa Minggu depan #VajraMahabala

請佛住世長壽佛心咒 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。