26 Oktober 2025 Upacara Homa Bodhisatwa Marici di Rainbow Temple
Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)
Pada tanggal 26 Oktober 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Bodhisatwa Marici (Molizhitian Pusa/摩利支天). Usai homa, Dharmaraja memberitahukan bahwa hari Minggu depan, tanggal 2 November 2025, pukul 3 sore akan diselenggarakan Upacara Homa Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung (Gaowang Guanshiyin Pusa/高王觀世音菩薩).
Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa Sutra Avalokitesvara Raja Agung (Gaowang Guanshiyin Zhenjing/高王觀世音真經), atau Sutra Raja Agung (Gaowangjing/高王經), setiap hari melafalkan, merupakan salah satu Sutra Istadewata yang senantiasa dibaca tanpa henti, sekaligus merupakan Sutra pertama yang beliau kenal. Sutra ini pendek dan mudah dibaca, sehingga di masa awal langsung menghafalnya dan membacanya sampai sekarang, setiap hari tanpa pernah terputus. Dharmaraja menjelaskan, mudra dari Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung adalah Mudra Memutar Dharmacakra, mantranya adalah Mantra Sapta Buddha Memadamkan Karma Buruk, sangat agung dan istimewa; Selama bertahun-tahun belakangan, segenap siswa membaca Sutra Raja Agung dan menghasilkan respon spiritual yang tak terhitung banyaknya, sungguh luar biasa.
Nidana Rainbow Temple dan Pembangunan Zashi Temple
Dharmaraja Lian Sheng menceritakan perihal upacara peletakan batu pertama Zashi Temple yang dilakukan pada pagi harinya, serta mengenang nidana pembangunan Rainbow Temple.
Pada masa itu, bersama Gurudara, dan Acarya Lian Bao (蓮寶上師) berada dalam satu mobil, melewati jalan tol I-90, mendadak melihat seutas Pelangi yang menjulang dari permukaan bumi, sangat terang, megah, dan indah, membentang di angkasa. Semua memutuskan untuk mengikuti arah pangkal pelangi berada, yaitu lahan tempat Rainbow Temple berdiri kini. Saat itu, di atas lahan ini terdapat papan keterangan bahwa lahan ini dijual, luasnya 40 ekar, di antaranya tanah datar seluas 7 ekar, tanah berbukit seluas 33 ekar. Dharmaraja memberitahu Gurudara: “Karena merupakan tempat di mana pelangi muncul, maka kita harus membelinya.”
Harga tanah saat itu $20,000, saat itu Gurudara memutuskan untuk membeli tanah. Kemudian, diupayakan oleh Acarya Lian Bao dan Acarya Lian Shi (蓮世上師), mereka meratakan tanah, dan memulai pembangunan, hingga merampungkan pembangunan mendasar dari Rainbow Vila. Berikutnya, dilanjutkan dengan pembangunan Homasala, Kolumbarium Twin-Lotus Realm, dan lain-lain, semua berturut-turut dibangun.
Dharmaraja mengenang, saat itu di akhir pekan sering ke sini untuk menginap satu malam, dan melakukan homa di lapangan terbuka, juga mengajak siswa untuk naik gunung, menikmati air terjun, dan kami sudah mengarungi semua bukit di sekitar. Kini, tanah seluas 5 ekar yang kita beli, sekarang akan dibangun Zashi Temple.
Pembangunan Zashi Temple Dimulai Tanda Manggala
Hari ini, upacara peletakan batu pertama di Zashi Temple, bertepatan dengan hari hujan. Dharmaraja tertawa mengatakan: “Jika tadi malam ada angin kencang, maka tenda pasti roboh tertiup angin, akhirnya hanya turun hujan, air adalah rezeki!” Membabarkan bahwa Drashi Lhamo hadir, ini merupakan adhisthana rezeki dan kemakmuran. Dengan humoris Dharmaraja memberi restu: “Saya harap, sekembalinya nanti, tiap orang benar-benar makmur mendadak. Bagi yang tidak makmur mendadak, masih punya harapan, harapan masih ada, demikianlah setiap hari saya berseru, ini pasti bisa memberi Anda kemakmuran mendadak.”
Marici Adalah Dharmapala Perwujudan dari Buddha Vairocana
Dharmaraja membabarkan, Bodhisatwa Marici adalah Dharmapala yang memiliki kewibawaan dan kekuatan agung, dan bukan hanya dewa biasa yang menjadi Dharmapala, melainkan perwujudan dari Buddha Vairocana, sekaligus merupakan pariwara dari Dewa Indra, senantiasa berjalan di depan Tathagata Mahavairocana, kecepatannya sangat tinggi, dan sanggup menyembunyikan diri.
Dewi Marici punya Mudra Menyembunyikan Tubuh, dapat menyembunyikan sadhaka dari penglihatan dunia luar. Dharmaraja Lian Sheng mengenang, di masa awal, saat memimpin upacara di Singapura, di arena upacara melakukan adhisthana dengan Mdura Menyembunyikan Tubuh, pada saat banyak umat memotret, kamera mereka tidak bisa menangkap gambar tubuh Dharmaraja, ini merupakan daya istimewa dari Gerbang Dharma Dewi Marici.
Dewa Pelindung Leluhur Ninja yang Dihormati di Jepang
Lebih lanjut, Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan bahwa Dewi Marici merupakan Dewi Pelindung yang dipuja oleh ninja di Jepang. Ninja paling menjunjung tinggi Dewi Marici, sebab Ia dapat menyembunyikan diri di atap, pohon, atau di antara bayangan batu. Dharmaraja mengungkapkan dengan humoris, bahwa di sekeliling wihara di Jepang terdapat kerikil, fungsinya adalah supaya saat ada siapapun yang mendekat ke wihara dapat diketahui dari suara kerikil, tetapi ninja bisa beraktivitas tanpa suara dan tanpa diketahui, sebab yang ditekuni mereka adalah Sadhana Menyembunyikan Tubuh dari Dewi Marici.
Dharmaraja juga menjelaskan, ninja mewariskan ilmu perlindungan diri di balik kayu dan batu, ini menandakan jika sadhaka memperoleh adhisthana dari Dewi Marici, dia akan dengan leluasa menyembunyikan diri dari berbagai bencana di dunia, tidak akan bisa diganggu oleh kekuatan luar.
Sadhana Mudra Menyembunyikan Diri Menghindari Bencana dan Tidur Nyenyak
Dharmaraja Lian Sheng memperagakan Mudra Menyembunyikan Diri dan keutamaan dalam Sadhana Dewi Marici: Visualisasikan diri sendiri memasuki bagian dalam mudra, kemudian tutup, diri sendiri telah bersembunyi dalam telapak tangan. Sadhana ini tidak hanya bisa menghindari gangguan Penagih Utang karma, bahkan bisa membuat Anda tidur nyenyak.
Menghindari Berbagai Bencana dan Melindungi Sadhaka
Dharmaraja membabarkan, menekuni Dewi Marici bisa mengatasi delapan jenis bencana utama: Bencana Raja (bencana politik), bencana perjalanan (musibah dalam perjalanan atau transportasi), bencana perang (dalam peperangan dan pembantaian, bencana racun (menghindari keracunan atau ilmu teluh), bencana rampok (perampokan dan pencurian), bencana hewan buas (serangan hewan buas), bencana tanah/air/api/angin, bencana kesambet atau makhluk halus.
Dharmaraja memberi contoh: Saat melihat harimau atau hewan buas lainnya, japa Mantra Dewi Marici, maka mereka tidak akan melihat Anda. Saat bertemu dengan perampok, atau pencuri yang diam-diam masuk rumah penduduk, hanya rumah Anda yang tidak bisa dimasuki. Dharmaraja membagikan kisah kesaksian dari siswa Zhenfo Zong, ia punya keluarga yang rumahnya terjebak di tengah bencana kebakaran hebat di California, seluruh wilayah itu habis terbakar, hanya rumahnya yang berdiri tanpa kerusakan.
Pahala Tertinggi dari Sutra Marici
Dharmaraja membabarkan Sutra Dewi Marici: “Dewi Marici senantiasa berjalan di hadapan matahari, tidak ada orang yang bisa melihat, tidak ada yang bisa menangkapnya, tidak ada yang bisa memperdaya, tidak ada yang bisa mengikat, tidak ada yang bisa berutang, dan tidak ada musuh yang bisa mencelakainya.”
Dewi Marici bisa berjalan dan terbang di siang atau malam, dan senantiasa melindungi sadhaka, membebaskan dari bencana raja dan perampok. Buddha Sakyamuni juga mengajarkan: “Jika ada orang yang menyalin, membaca, atau mengamalkan Sutra ini, senantiasa membawa serta Sutra ini, maka semua hal buruk akan mundur.” Dharmaraja menekankan, Dewi Marici memiliki gelar Vajra: Vajra Wibawa Perang, melambangkan abhaya dan daya kemenangan.
Kelak setelah Zashi Temple selesai dibangun, akan dengan resmi mengundang Drashi Lhamo. Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, Drashi Lhamo memiliki daya adhisthana yang sangat besar dalam hal membuat makmur mendadak, begitu upacara dilaksanakan, umat berhimpun, tidak ada tempat duduk yang kosong, dan Drashi Lhamo sudah menunjukkan kontak batin dan kekuatannya yang luar biasa.
Dharmaraja mengungkapkan, Drashi Lhamo semula adalah salah satu Dewi Pelindung Wilayah di Tibet, tergolong sebagai makhluk Mamo, merupakan Dewi Setempat yang memiliki kekuatan besar. Setelah Zhenfo Zong untuk pertama kalinya menggelar Upacara Homa Drashi Lhamo di Amerika Serikat, Drashi Lhamo memberi kontak batin kehadiran, dan menyatakan bersedia untuk menetap di Seattle. Dengan welas asih Dharmaraja memberi persetujuan, dan khusus membangun Zashi Temple sebagai tempat mempersemayamkan Beliau, sejak saat itu Drashi Lhamo akan berdiam dan melindungi Rainbow Temple.
Dharmaraja juga menunjukkan, di masa lampau, Drashi Lhamo pernah menjalin jodoh Dharma yang mendalam dengan banyak Acarya Zhenfo Zong. Kehidupan lampau Acarya Lian Yan (蓮彥上師), pernah terlahir di Tibet sebagai Duoji Zhuoma, sedangkan Acarya Lian Xi (蓮喜上師) adalah Zhuoga, di masa lampau, pernah menjalin jodoh dengan Drashi Lhamo.
Dharmaraja Lian Sheng mengenang nidana diri sendiri saat terlahir di Tibet, saat itu namanya adalah Qiangba, yang menuntun Drashi Lhamo masuk tanah Tibet, sehingga menanamkan jodoh yang sangat erat dan mendalam.
Dharmaraja berwelas asih memberi petunjuk, bahwa beliau telah menganugerahkan Titah Mahadewi Yaochi kepada Drashi Lhamo, serta membabarkan makna sejati dari tiga aksara: “zhu”, “qu”, dan “lai”: “zhu” adalah Dharmakaya, “qu” adalah nirmanakaya, “lai” adalah sambhogakaya, semua mempunyai substansi Bodhi widya. Sadhaka yang telah mencapai keberhasilan Terang Bodhi Widya, dapat menembus dasadharmadhatu, menampakkan Batin Sejati Terang nan Luhur.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Pertanyaan siswa dari Malaysia:
1)	Kami berdua adalah pasangan dan merupakan siswa Buddha Guru, mohon petunjuk Buddhaguru, metoda atau cara apakah yang sangat manjur supaya sepasang kekasih bisa bersama berbhavana dengan tekun dan gigih, dan saling memberi semangat untuk mencapai kemajuan? Bahkan supaya kelak bisa bersama mencapai vimoksa.
Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Jika suami istri atau sepasang kekasih, semua adalah siswa Zhenfo Zong, maka sudah semestinya bersama menekuni Sadhana Tantra Zhenfo. Sekalipun salah satunya mungkin malas bersadhana, tidak antusias berbhavana, maka saat bersadhana kita wajib memvisualisasikan pasangan kita ikut duduk bersadhana di samping kita: “Di sisi kanan visualisasikan keluarga dari pihak ibu, di sisi kiri visualisasikan keluarga dari pihak ayah, di hadapan visualisasikan ada Penagih Utang Karma, di bagian belakang adalah para senior yang berjasa, dan di sekitar sadhaka adalah semua makhluk di enam alam.” Berkat visualisasi demikian saat bersadhana, pasangan dan diri kita akan bersama menekuni Sadhana Tantra, bersama mencapai Kebuddhaan, dan pada akhirnya mencapai vimoksa.
2)	Dalam karya tulis Dharmaraja, pernah membaca, tidak peduli seks yang dilakukan secara sah, maupun yang tidak sah, semua adalah berahi. Kami adalah sepasang yang saling mencintai, tetapi belum mendaftarkan pernikahan, jika terjadi hubungan, apakah kami melanggar sila? Mohon petunjuk Buddha Guru, apakah ada cara untuk mengatasi dan mentransformasikannya?
Dharmaraja menunjukkan, jika kedua belah pihak saling mencintai dengan tulus, saat hendak melakukan, bisa visualisasikan kedua belah pihak menjadi Istadewata, kemudian bervisualisasi berdua berada di dalam sekuntum padma, dan mahkota bunga padma menutup, membentuk kuncup, sehingga dewa dan hantu di luaran tidak sanggup melihat, ini akan menjadi “tidak terekam”, ada hetu, tiada phala, dan tidak menghasilkan akibat karma.
3)	Tiap insan memiliki nafsu keinginan, sepasang kekasih walau berusaha menahan hasrat, tetapi sukar terhindarkan karena perasaan asmara dan interaksi, sehingga terjadi hubungan pria dan wanita. Mohon petunjuk Buddha Guru, bagaimana cara mentransformasikan hasrat dalam diri sepasang kekasih, bagaimana melampauinya, bahkan untuk mentransformasikan supaya bisa bermanfaat bagi bhavana. 
Dharmaraja membabarkan, jika dalam hasrat, sadhaka bisa mentransformasikan batin, maka yang semula kotor bisa diubah menjadi bersih, mengubah hasrat menjadi bhavana. Dharmaraja memberi contoh bhavana diri sendiri, menjelaskan metode bindu takt iris, yaitu ketika hasrat muncul, langsung visualisasikan diri sendiri menjadi Istadewata, supaya tirta amerta nan suci mengalir ke bawah, membuat jiwa dan raga menjadi bersih, memadamkan api hasrat.
Dharmaraja berwelas asih memberi petunjuk, sadhaka bisa menggunakan metode pengalihan dan visualisasi, seperti fokus kepada Istadewata, terang, atau mengalihkan perhatian, supaya hasrat cepat ditransformasikan. Lama kelamaan, hasrat akan menjadi bersih, bahkan menjadi anubhava Istadevata.
Membahas perihal bhavana pribadi, Dharmaraja mengungkapkan, gunakan metode 6 postur Yoga Sakya untuk menahan prana dan bindu, menurunkan dan mengangkat, supaya bindu menyebar ke sekujur tubuh, menjadi metode bindu anasrava. Metode ini wajib ditekuni dalam waktu lama secara konsisten, pada akhirnya dapat mencapai jiwa dan raga nan suci, penuh sukacita Dharma, mencapai tingkat Simharaja Wijaya.
◎ Pengulasan Sutra Surangama, Bab 3
“Lebih lanjut, Ananda, menurut pemahamanmu, daya kognitif dan objek-objeknya merupakan syarat bagi munculnya kesadaran pikiran. Tetapi apakah kesadaran ini muncul dari daya kognitif, sehingga dibatasi oleh batas-batas daya kognitif? Atau apakah ia muncul dari objek-objeknya, sehingga dibatasi oleh batas-batas objek-objeknya?”
“Ananda, misalkan kesadaran-pikiran muncul dari daya kognitif. Nah, daya kognitifmu harus mempertimbangkan sesuatu agar ia berfungsi. Jika tidak ada objek kognisi yang hadir, daya kognitif tidak muncul. Jika daya kognitif tidak terwujud, bagaimana kesadaran-pikiran akan berfungsi? Lebih lanjut, hakikat kesadaran-pikiran dan kemampuan kognitif Anda sedemikian rupa sehingga keduanya memiliki perbedaan. Apakah keduanya berbeda satu sama lain, atau sama? Jika kesadaran-pikiran sama dengan kemampuan kognitif, maka kesadaran-pikiran tersebut adalah kemampuan kognitif; lalu
bagaimana kesadaran-pikiran dapat muncul dari kemampuan kognitif? Jika kesadaran-pikiran berbeda dari kemampuan
kognitif, kesadaran-pikiran tersebut tidak akan menyadari apa pun. Jika kesadaran-pikiran tidak menyadari apa pun, bagaimana kesadaran-pikiran dapat muncul dari kemampuan kognitif? Jika kesadaran-pikiran tersebut sadar, bagaimana Anda dapat membedakannya dari kemampuan kognitif? Karena kesamaan maupun perbedaan tidak dapat diidentifikasi, atas dasar apa kesadaran-pikiran dapat didasarkan?”
“Akhirnya, anggaplah kesadaran-pikiran muncul dari objek-objek kognisi. Sekarang, semua pengalaman Anda tentang dunia luar adalah pengalaman akan objek-objek yang terlihat, suara-suara, bau-bauan, rasa-rasa, atau objek-objek sentuhan. Masing-masing kategori objek ini memiliki atribut yang melengkapi salah satu dari lima kemampuan. Tak satu pun dari mereka melengkapi kemampuan kognitif. Jika Anda tetap bersikeras bahwa kesadaran-pikiran Anda harus muncul dari objek-objek kognisi, Anda harus mempertimbangkan dengan cermat apa saja atribut esensial dari objek-objek kognisi dan objek-objek lain yang dipersepsikan. Jika Anda mengecualikan atribut-atribut esensial dari objek-objek yang tampak dan jika Anda mengecualikan ketidakhadirannya, serta mengecualikan atribut-atribut esensial suara dan keheningan, keterbukaan dan penyumbatan, serta pemisahan dan kontak di luar semua ini, apa yang tersisa bagi objek-objek kognisi?”
“Objek-objek yang tampak, ketiadaan objek-objek yang tampak, dan jenis-jenis objek yang dipersepsikan lainnya beserta ketidakhadirannya adalah apa yang muncul, dan merekalah yang musnah, sementara objek-objek kognisi, yang sekarang kita anggap sebagai penyebab kesadaran-pikiran, tidak dapat muncul secara independent tanpa kehadiran objek lain yang dipersepsikan. Oleh karena itu, jika objek-objek kognisilah yang menyebabkan munculnya kesadaran-pikiran, atribut esensial apa yang dimilikinya? Karena objek-objek kognisi tidak memiliki atribut independen, bagaimana mungkin kesadaran-pikiran muncul darinya?”
“Oleh karena itu, ketahuilah bahwa kemampuan kognitif dan objek-objek kognisi tidak dapat menjadi kondisi yang diperlukan untuk munculnya kesadaran-pikiran, karena tidak satu pun dari ketiga unsur ini kemampuan kognitif, objek-objek kognisi, dan kesadaran-pikiran—memiliki keberadaan yang independen. Pada dasarnya, ketiganya tidak muncul dari sebab dan kondisi, juga tidak muncul dengan sendirinya.”
Pengulasan Dharmaraja Lian Sheng:
Dharmaraja menunjukkan, dalam pertanyaan Arya Ananda mengenai menjadikan manodharma sebagai kondisi, indra pikiran dan objek dharma eksternal saling menjadi kondisi, sehingga membangkitkan manovijnana. Vijnana atau kesadaran ini bukan muncul dari pikiran, pun bukan dari dharma, sehingga jangan melekati pikiran dan jangan melekati dharma sebagai ruang lingkup.
Lebih lanjut lagi, Dharmaraja menjelaskan, indra pikiran bukan berdiri sendiri, melainkan merupakan perpaduan dari indra mata, telinga, hidung, lidah,dan tubuh. Objek dharma eksternal: rupa, suara, bebauan, cita rasa, sentuhan, satu-persatu saling bertemu, sehingga membangkitkan manovijnana. Namun, sesungguhnya di mana kah eksistensi kesadaran ini? Apakah di dalam otak? Atau di dalam hati? Semua tidak dapat diperoleh. Sekalipun dipandang dari ilmu pengetahuan masa kini, mungkin dikatakan bahwa kesadaran ada di bagian tertentu otak, tetapi tidak dapat benar-benar menggenggam substansinya.
Dharmaraja membabarkan: “Mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh, semua tanpa inti; Rupa, suara, bebauan, cita rasa, dan sentuhan, semua adalah tanpa inti. Kesadaran yang dihasilkan, dengan sendirinya juga sunya. Ketiganya adalah sunya, ketiganya bertemu adalah tiada. Pikiran, dharma, dan kemampuan pikiran, paa dasarnya bukan muncul dari sebab dan kondisi, pun bukan ada dengan sendirinya.”
Dharmaraja  menunjukkan, 18 dhatu: enam indra, enam objek, enam kesadaran, tidak peduli bagaimana pun menganalisisnya, pada akhirnya semua kembali pada sunya. Sama seperti yang dikatakan dalam Sutra Hati: “Tiada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran; Tiada rupa, suara, bebauan, cita rasa, sentuhan, dan dharma; Tiada dhatu mata bahkan tiada dhatu kesadaran.” Bagian dari Sutra ini, membabarkan bahwa dhatu pikiran dan kesadaran adalah tanpa diri.
Usai Dharmadesana sempurna, Dharmaraja Lian Sheng secara langsung menganugerahkan Abhiseka Sadhana Dewi Marici kepada segenap siswa yang hadir. Arena upacara dipenuhi cahaya manggala, adhisthana yang unggul menyempurnakan upacara hari ini, semua penuh dengan sukacita Dharma.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaMarici
Istadewata Homa Minggu depan #BodhisatwaAvalokitesvaraRajaAgung
