15 November 2025 Pujabakti Sadhana Istadewata Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Liputan Lianhua Yi Fen (蓮花衣芬)
Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)
Malam musim gugur berhiaskan dedaunan kuning, pada hari Sabtu, tanggal 15 November 2025, pukul 8 malam, di dalam baktisala Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, Amerika Serikat, Dharmaraja Lian Sheng memandu keempat golongan siswa dari berbagai penjuru dunia untuk bersama melakukan pujabakti Sadhana Istadewata Maha Padmakumara Putih, serta melanjutkan pengulasan Sutra Surangama.
Dharmaraja Lian Sheng Berdharmadesana, Sutra Surangama yang kita ulas saat ini, terutama adalah membabarkan bahwa segala sesuatu bukan karena sebab dan kondisi, pun bukan perpaduan, dan ini semua adalah fenomena dunia saha. Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma, mengungkapkan bahwa tubuh manusia dan lingkungan eksternal, antara lain enam indra, enam objek indra, enam kesadaran, semua dijumlahkan menjadi 18 dhatu, semua adalah sunya tanpa diri. Sekarang hendak mengulas elemen tanah, air, api, angin, angkasa, kesadaran, dan persepsi, tujuh macam ini juga tanpa diri, bukan sebab dan kondisi, bukan perpaduan, tidak nyata.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa bertanya:
Mengenai Vidyaraja Amerta Kundali (Ganlu Mingwang/甘露明王), dalam pengulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana oleh Dharmaraja Lian Sheng, disebutkan sering merapal Mantra Vidyaraja ini untuk berbagai urusan Dharma. Dalam Tantra Timur, Vidyaraja Amerta Kundali adalah perwujudan dari Buddha Ratnasambhava atau Dhyani Buddha sebelah selatan, tetapi nama dan mantranya: “Om Amida Hom Pan” apakah juga sangat erat hubungannya dengan Tathaghata Amertaraja (Buddha Amitabha)?
Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Menurut sepengetahuan saya, di barat adalah Sukhavatiloka, di timur adalah Abhirati, di selatan adalah Gunaloka, di sebelah utara adalah Siddhiloka, di tengah adalah Mangalaloka, di atas adalah Ghanavyuha. Setelah Anda mencapai alam suci yang mana pun, Anda bisa datang dan pergi dengan leluasa.
Panca Buddha menjelma menjadi Panca Maha Vajra, Asta Maha Bodhisatwa menjadi Asta Maha Vidyaraja, demikianlah yang dulu diajarkan oleh Guru. Menurut saya, semua saling terhubung, tidak perlu dipersoalkan makhluk suci mana adalah yang mana, memaksakan mengingat yang mana, menurut saya tidak ada artinya.
Siswa bertanya:
Pada tanggal 2 Februari 1995, merupakan transmisi perdana Sadhana Simabandhana Empat Lapis oleh Mulacarya Lian Sheng, yang dirapal adalah Mantra Vidyaraja Amerta Kundali. Dalam Simabandhana Empat Lapis menggunakan kila vajra, jala vajra, tembok vajra, dan api vajra. Namun, belakangan dalam pengulasan Sutra Ksitigarbha, Mulacarya Lian Sheng sempat menyebutkan Simabandhana Lima Lapis, yaitu ditambah fondasi vajra. Mohon petunjuk Mulacarya, bagaimana memvisualisasikan fondasi vajra? Apabila kita hanya memperoleh Abhiseka Simabandhana Empat Lapis, apakah saat melakukannya kitab oleh menambahkan fondasi vajra?
Jawaban Dharmaraja Lian Sheng:
Saat bersadhana, membuat Simabandhana Empat Lapis, terlebih dahulu bervisualisasi visvavajra ada di bawah tempat duduk Anda, ini adalah fondasi vajra, kemudian visualisasi di depan, belakang, kiri, dan kanan ada sebidang tembok vajra, Anda duduk di dalam tembok vajra. Di atas adalah jala vajra, di bagian bawah tembok, di sekeliling, berkobar api vajra, semua yang buruk tidak bisa masuk. Singkat kata, yang utama adalah empat lapis, Simabandhana Empat Lapis sudah cukup. Kila vajra adalah fondasi vajra. Terlebih dahulu menancapkan empat tiang (kila), ini juga benar, semua boleh.
Setiap malam, saat tidur, bervisualisasi “Om Ah Hom”, kemudian menyerukan “A”, dari tenggorokan, Buddha Amitabha memancarkan cahaya merah memancar keluar, berubah menjadi sebuah jala, menaungi tempat tidur sadhaka, atau bahkan menaungi seluruh rumah tempat Anda tidur, kemudian merapal tujuh kali: “Om. Ah. Hom” untuk mengukuhkan jala ini, Anda tidur dalam jala, dengan demikian Anda bisa tidur dengan sangat nyenyak.
◎ Pengulasan Sutra Surangama
Ananda, sifat api sedemikian rupa sehingga tidak memiliki eksistensi independen, melainkan bergantung pada kondisi."
Buddha Sakyamuni memberitahu Arya Ananda: “Api tidak punya sifat diri, banyak kondisi berpadu baru bisa muncul api.”
"Mari kita perhatikan sebuah keluarga di kota. Mereka belum makan malam. Ketika mereka mulai memasak, seseorang menghadapkan permukaan yang memantulkan sinar matahari untuk menyalakan api."
Anda lihat di dalam kota ini, ada sangat banyak rumah tangga yang belum menanak nasi, ketika mereka hendak mulai menanak nasi, mereka memegang cermin tembaga dan menghadap matahari, memantulkan sinar matahari ke arah rumput untuk menghasilkan api.
"Ananda, contoh agregasi adalah komunitas kita di sini, yang mencakup Anda, seribu dua ratus lima puluh biksu, dan saya sendiri. Meskipun hanya ada satu komunitas, kita dapat melihat bahwa komunitas itu terdiri dari individu-individu yang terpisah, yang masing-masing lahir dalam kelas, klan, dan keluarga tertentu. Misalnya, ada Sariputra, seorang Brahmana; Uruvilva, yang berasal dari klan Kasyapa; dan Anda, Ananda, yang berasal dari keluarga Gautama."
Ananda, apa yang disebut dengan perpaduan? Seperti saya Buddha Sakyamuni bersama kalian 1250 biksu, digabungkan menjadi sebuah kelompok, meskipun sebuah kelompok, tetapi tiap orang memiliki tubuhnya sendiri, memiliki nama sukunya sendiri, namanya sendiri, dan marganya sendiri. Seperti Sariputra yang adalah Brahmana, dan Uruvilva yang merupakan Kasyapa, Ananda adalah Gautama, yang merupakan bangsawan ksatria.
"Dalam contoh keluarga yang menyalakan api untuk memasak, Ananda, maka anggaplah matahari, permukaan yang memantulkan, dan sumbu bekerja sama untuk menciptakan api. Kemudian ketika permukaan yang memantulkan diangkat ke matahari agar api dapat menyala, apakah api muncul dari permukaan yang memantulkan itu? Apakah api muncul dari sumbu? Apakah api berasal dari matahari?"
Buddha memberitahu Ananda: “Jika api yang Anda timbulkan baru ada oleh karena perpaduan, maka dari mana kah api itu? Apakah muncul dari cermin? Apakah dari rumput? Atau dari matahari?”
“Misalkan api itu berasal dari matahari, Ananda, sehingga matahari dengan sendirinya mampu membakar kayu bakar yang kau pegang. Maka, seharusnya matahari juga mampu membakar rumpun pohon hanya dengan menyinarinya. Misalkan api muncul dari permukaan yang memantulkan, sehingga api yang muncul menyulut kayu bakar. Mengapa permukaan yang memantulkan tidak meleleh saat kau mengangkatnya? Jauh dari meleleh, ia bahkan tidak menjadi sangat panas. Jika api muncul dari kayu bakar, apa perlunya sinar matahari dipantulkan oleh cermin? Pertimbangkan hal ini lebih lanjut dengan saksama. Seseorang sedang mengangkat permukaan yang memantulkan, sinar matahari berasal dari langit, kayu bakar berasal dari herba yang tumbuh di tanah, tetapi dari mana api itu berasal? Matahari dan permukaan yang memantulkan berjauhan dan tidak dapat bersentuhan. Namun, tidak mungkin api muncul dengan sendirinya."
Ananda, jika api muncul dari matahari, maka semua pepohonan akan terbakar. Jika api muncul dari cermin, maka cermin yang Anda pegang itu, mengapa cermin itu tidak meleleh? Dan mengapa tangan Anda yang memegangnya tidak terbakar? Jika api muncul dari rumput, tangan Anda yang membawa rumput, mengapa tidak ikut terbakar?
Oleh karena itu, api ini bukan muncul dari matahari, juga bukan dari cermin tembaga, pun bukan dari rumput.
Jika api muncul dari rumput, maka dari mana kah api bisa mencapai rumput? Jarak antara matahari dan cermin demikian jauh, maka keduanya tidak mungkin berpadu, sehingga tidak semestinya menghasilkan cahaya kobaran api, tetapi sungguh aneh, api bisa muncul.
"Kalian masih belum tahu bahwa, dalam Tathagatagarbha, hakikat sejati api unsur utama identik dengan hakikat sejati kekosongan. Hakikat sejati api unsur utama pada dasarnya murni dan meliputi seluruh Alam Dharma."
Dalam Tathagatagarbha, yang merupakan Batin Sejati Terang nan Luhur, sifat api kesunyataan sejati, dengan kata lain Buddhata dan api adalah sunya. Kesunyataan api sejati, karena Buddhata adalah sunya, api juga sunya, sehingga bisa muncul api, sehingga “pada hakikatnya suci”, pada hakikatnya memang demikian.
"Sejauh mana makhluk menyadari hakikat sejati ini bergantung pada kapasitas pemahaman mereka. Ananda, perlu kau ketahui bahwa di mana pun di seluruh dunia, di seluruh Alam Dharma, permukaan yang memantulkan cahaya dapat diangkat ke matahari untuk menyalakan api. Karena api dapat dinyalakan di mana pun di dunia, bagaimana mungkin api hanya terbatas pada satu tempat tertentu? Faktanya, unsur utama api menjadi nyata bagi makhluk sesuai dengan karma mereka. Manusia biasa, dalam ketidaktahuannya, secara keliru menganggap bahwa unsur utama api muncul dari sebab dan kondisi, atau muncul dengan sendirinya. Ini adalah perbedaan dan konstruksi yang dibuat oleh pikiran sadar. Semua itu hanyalah kata-kata, tanpa makna yang nyata."
Sehingga Anda pun tahu, tetapi insan di dunia tidak memahaminya, mereka menyangka timbul karena sebab dan kondisi, atau karena ada dengan sendirinya, sesungguhnya semua adalah karena batin yang membedakan. Menurut insan di dunia, semua tidak punya makna sejati.
Buddha Guru menjelaskan, api bukan dihasilkan oleh matahari, pun bukan dari cermin, bukan pula dari rumput. Matahari, cermin tembaga, dan rumput, sebenarnya tidak ada api, ketiga benda ini berpadu baru menghasilkan api. Api dihasilkan oleh berbagai macam kondisi, berbagai macam kondisi dihasilkan oleh Batin Sejati Terang nan Luhur. Ini semua digunakan oleh Buddha Sakyamuni untuk mengupas Batin Sejati Terang nan Luhur dan sifat Tathagatagarbha, yang pada hakikatnya ada. Api adalah sunya, tetapi api bisa dihasilkan, dan bukan ada dengan sendirinya, pun bukan karena sebab dan kondisi, bukan pula karena perpaduan, melainkan dihasilkan oleh Batin Sejati Terang nan Luhur.
Terakhir, Buddha Guru menekankan, apa yang dimaksud dengan amanasikara? Amanasikara bukan berarti tidak ada pikiran, bukan benak yang kosong melompong, melainkan membimbing Anda supaya tidak melekati pikiran.
Usai Dharmadesana yang sangat berharga dan sarat makna, Mahaguru Lu berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Sarana kepada siswa baru, kemudian mengadhisthana Air Maha Karuna Dharani, dan mengabhiseka pratima Buddha, dan di akhir, menggunakan vyajanacamara untuk mengadhisthana segenap siswa.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#Padmakumara
Istadewata pujabakti Sabtu depan #BuddhaBhaisajyaguru