8 Februari 2020 Puja Bakti Sadhana Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Liputan TBS Seattle
Hari ini adalah Festival Yuanxiao ( Cap Go Meh ), umat dari berbagai penjuru dunia hadir memenuhi Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺) untuk bersama melakukan Sadhana Padmakumara Puja. Di antara umat ada yang berasal dari Inggirs, Taiwan, Singapura, Shanghai, Hong Kong, New York, Indonesia, Panama, dan Spanyol, masing-masing memberi salam kepada Mahaguru dan Gurudara.
Usai puja bakti, Acarya Shi Lianqin (釋蓮琴上師) dari Rainbow Temple mewakili semua untuk memohon Dharma kepada Mulacarya Dharmaraja Liansheng Lu Shengyan (蓮生活佛盧勝彥).
Mahaguru mengatakan : “Upacara Musim Semi telah berlalu, hari ini adalah Festival Yuanxiao, dan sudah hampir berlalu pula. Setengah bulan ibarat ilusi mimpi, bagaikan bermimpi. Tadi di atas Dharmasana juga hampir memasuki alam mimpi. Hidup ini adalah sebuah mimpi, sebuah ilusi. Meskipun mimpi dan ilusi, namun dalam kondisi samar, seolah-olah benar-benar ada sesuatu.”
Pada upacara agung musim semi hari itu, Mahaguru mengenakan berlian yang besar, kemudian disimpan dan tidak dikenakan lagi. Namun sungguh aneh, setelah upacara usai, di angkasa ada sangat banyak Dakini dan para Adhinatha yang mencurahkan hujan es, butiran-butirannya sebesar berlian. Padahal pada saat upacara dimulai tidak ada hujan, hawanya juga tidak sangat dingin. Hujan es dicurahkan oleh para Adhinatha dan Dakini yang menghadiri upacara hari itu. Setelah upacara turun hujan es, ini merupakan tanda-tanda manggala.
Seattle adalah ‘rain city’ ( kota hujan ), di musim dingin selalu gerimis, sebelum upacara, selalu turun hujan selama dua bulan berturut-turut, namun saat upacara cuacanya menjadi lebih baik, kemudian di hari wisata bersama cuacanya juga sangat baik, sangat cerah. Mulai hari itu sampai hari ini, hujan turun lagi. Ini artinya, diam-diam ada sesuatu.
Saat saya berkunjung ke Angkor Wat, tiap kali saya berjalan, langit selalu cerah. Tiap kali saya naik bus wisata, begitu kaki masuk ke dalam bus, hujan langsung turun. Pemandu wisata sampai mengatakan bahwa dia tidak pernah mengalami fenomena seperti ini, akhirnya ia pun bersarana.
Sebenarnya saya tidak pernah merasa diri ini sangat suci, sangat luar biasa, seperti seorang Dewa Resi, saya hanya setiap hari membaca Sutra Raja Agung, setiap hari manunggal dengan Amitabha Buddha, menekuni “Memasuki Aku dan Aku Memasuki”. Avalokitesvara Bodhisattva dan Mahastamaprapta Bodhisattva berdiri di samping saya. Amerta tirta Avalokitesvara Bodhisattva senantiasa dipercikkan kepada saya menggunakan ranting dedalu. Kuncup teratai Mahastamaprapta Bodhisattva senantiasa menerangi saya. Padmaratnasana di telapak tangan Amitabha Buddha bisa terbang kemari untuk saya naiki. Demikianlah setiap hari berlatih sadhana ini, setiap hari menulis Dharma, setiap hari membaca Sutra Raja Agung, dan anehnya, apa pun yang saya ucapkan akan datang terwujud.
Saya berpikir : Hendak memimpin Upacara Yeshe Tsogyal, Beliau adalah seorang selir, mengenakan banyak permata, oleh karena itu butuh permata seperti milik seorang selir. Tiba-tiba datanglah permata 33 karat ini. Dahulu saat Guru Padmasambhava hendak pergi, Yeshe Tsogyal menebarkan pasir emas sebanyak 7 genggam sebagai persembahan kepada Sang Guru. Tujuh genggam emas beratnya sekitar setengah kilo, saat memimpin Upacara Yeshe Tsogyal saya terpikirkan setengah kilo pasir emas, dan kemarin saya pun menerima persembahan emas setengah kilo.
Leluasa Sesuai Harapan
Tadi kita menjapa Mantra Hati Tara Peredam Wabah, semoga wabah pneumonia Wuhan segera reda. Dalam benak saya muncul semacam kerisauan, mungkin saja pneumonia Wuhan kelak menjadi epidemi pneumonia, ada kemungkinan, dan bukan pasti terjadi. Jika benar, ini akan menjadi petaka bagi umat manusia.
Saya berani pergi ke Wuhan untuk memberikan adhisthana jamah kepala kepada setiap orang dari mereka. Meski saya harus berkorban, saya pun puas. Meski saya harus berkorban, saya pasti kembali ke tempat asal, sebab Padmakumara menitis untuk menyeberangkan insan.
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre :
Dharmaraja menjelaskan : “Kenali nidana, maka rintangan dapat disingkirkan. Contohnya, pneumonia Wuhan kali ini, ada nidananya. Anda mesti terlebih dahulu mengetahui apa sebabnya, sehingga dapat menyingkirkan wabah pneumonia Wuhan, dan mencegahnya supaya tidak muncul lagi.
Meskipun peristiwa ini merupakan kondisi yang tidak sesuai harapan, namun Anda dapat menggunakan rintangan untuk menyingkirkan rintangan, dengan demikian daya kemampuan Anda akan meningkat. Anda mesti mengenal dhyana-samadhi, sehingga dapat menyingkirkan rintangan dhyana-samadhi.”
Sama seperti saat saya melukis di atas kanvas raksasa, perhatian saya terpusat pada melukis ikan, daun seroja, bunga seroja, kecapung, langit, sepenuhnya konsentrasi untuk melukis. Memusatkan konsentrasi, tidak memikirkan hal lain, inilah dhyana-samadhi. Saat itu, Pengacara Zhou sedang berbicara, saya tidak mendengarnya, dan tidak memengaruhi saya. Dhyana-samadhi yang terpusat dapat menyingkirkan rintangan-rintangan lainnya. Mulai dengan fokus pada dhyana-samadhi, kemudian belajar trekcho atau pemutusan total. Kemudian togal atau melampaui. Melampaui semua ini.
Dharmaraja juga memanjatkan permohonan supaya para Buddha dan Bodhisattva menyingkirkan nidana wabah pneumonia Wuhan, jangan lagi ada bencana alam dan bencana buatan manusia.
Puja bakti di malam hari pun menjadi sempurna setelah sesi pelantunan Nama Buddha, abhiseka sarana, dan Dharmaraja Liansheng berwelas asih memberikan adhisthana jamah kepala.
Teks Lamdre
Tidak mengenal rintangan nidana – Saat batin sangat kukuh, tidak mengenal rintangan nidana : Menggunakan prana hati untuk kembali ke aksara “Qia” di cakra svadhisthana, dan menghasilkan tanda-tanda rintangan berupa dipukuli oleh raksasa atau makhluk pemakan daging. Cara pelindungannya adalah seperti yang disebutkan dalam Vajrasloka : “Membangkitkan nidana menggunakan bantuan eksternal”, menggunakan pratyaya untuk melindungi, muncul dari prana hati berhimpun ada aksara “Qia”.
Mengenali kondisi dhyana-samadhi berarti menyingkirkan rintangan dalam dhyana-samadhi, mengenali sifat rintangan sehingga dapat menyingkirkan rintangan mara, dari kekeliruan ditransformasikan menjadi pahala, memahami rintangan ditransformasikan menjadi berhasil menyingkirkan rintangan.
Singkat kata, “Membangkitkan nidana menggunakan bantuan eksternal”, segala proses menyingkirkan rintangan memerlukan kedudukan ini, menggunakan nidana untuk melindungi diri dari rintangan upaya, ini mencakup delapan metode perlindungan.