29 Februari 2020 Puja Bakti Sadhana Istadevata Avalokitesvara Bodhisattva
《Berita TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple - 西雅圖雷藏寺》
Semenjak wabah pneumonia COVID-19 merebak, kondisi penyebaran wabah di seluruh dunia semakin mengkhawatirkan. Dalam puja bakti Sadhana Istadevata Avalokitesvara Bodhisattva di vihara cikal bakal kali ini, banyak umat yang memiliki kesadaran untuk melakukan upaya pencegahan wabah, mengenakan masker, mencuci tangan, melindungi diri sendiri dan orang lain, serta menciptakan lingkungan pembabaran Dharma yang bersih dan aman bagi Mulacarya. Dengan demikian akan lebih banyak lagi insan yang dapat memperoleh manfaat adhisthana dari Mulacarya dan para Buddha Bodhisattva, kita sehati bersama melalui kondisi luar biasa ini.
True Buddha Foundation ( TBF ) menanggapi kebutuhan darurat segenap siswa Zhenfo yang berada di wilayah bencana wabah. Usai puja bakti di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple yang telah berjalan dengan khidmat dan sempurna, pada beberapa layar yang dipasang di dalam bhaktisala nampak True Buddha School Vajrayana Association of R.O.C. di Taiwan Lei Tsang Temple (台灣雷藏寺), Federal Tantric Buddhism Chen Foh Chong Malaysia ( Boyeh Leizangsi - 般若雷藏寺 ), Vihara Vajra Bumi Nusantara ( Yinni Leizangsi - 印尼雷藏寺 ), Buddhism H.K. Lui Tsang Szu Ltd. (Xianggang Leizangsi - 香港雷藏寺), dan Templo Zenti Brasil (Zhendi Leizangsi - 真諦雷藏寺) yang daring bersama, memohon Dharmaraja Liansheng untuk mengadhisthana kartu Tara Peredam Wabah dan fu tangkal wabah yang telah dicetak dan akan diedarkan oleh majelis di setiap wilayah tersebut. Daya adhisthana Buddha Dharmaraja Liansheng tidak terbatasi oleh jarak, adhisthana menjangkau setiap insan yang berjodoh, mengalirkan harapan baik supaya para insan terhindar dari wabah, dan sehat sentosa.
Usai adhisthana, Dharmaraja memperkenalkan Istadevata puja bakti malam ini : Avalokitesvara Bodhisattva yang memiliki tubuh penjelmaan tak terhingga banyaknya, di antaranya yang paling banyak dikenal : Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara, Cintamanicakra Avalokitesvara, Hayagriva, Cundilokesvara, dan lain-lain. Penjelmaan Sang Bodhiaattva sangat banyak, seluruh Tibet merupakan Bodhimanda bagi Avalokitesvara Bodhisattva.
Dalam Samantamukhavarga disebutkan, Avalokitesvara Bodhisattva dapat tampil dengan wujud yang sesuai untuk membimbing dan membabarkan Dharma kepada para insan yang berbeda. Dharmaraja mengatakan bahwa di masa lampau Avalokitesvara Bodhisattva telah menjadi Buddha, Dharmaraja juga pernah mengisahkan mengenai Ekadasamukhalokesvara, sebelas kepala Sang Bodhisattva merepresentasikan 11 bhumi Bodhisattva, sedangkan di atas bhumi ke-10 sudah merupakan tingkatan Buddha. Di masa lampau Beliau adalah Samyakdharmavidya Tathagata dan saat ini tampil dalam wujud Avalokitesvara Bodhisattva untuk menyeberangkan semua makhluk di dunia saha, Beliau sangat mulia.
Dharmaraja juga mengisahkan bahwa Maharyanandikesvara merupakan penjelmaan Avalokitesvara Bodhisattva, identitas sesungguhnya dari Raja Kalki ke-2 yaitu Raja Pundarika juga merupakan penjelmaan Avalokitesvara Bodhisattva, dalam Tantra dikenal penjelmaan silang.
Avalokitesvara Bodhisattva adalah abdi dari Amitabha Buddha, Amitabha Buddha juga memiliki banyak penjelmaan, salah satunya adalah Padmakumara, oleh karena itu mulabhumi Padmakumara adalah Amitabha Buddha. Guru Padmasambhava juga merupakan penjelmaan Amitabha Buddha. Salah satu Astadinata Zhenfo Zong : Cundi Bhagavati termasuk dalam sistem Avalokitesvara Bodhisattva, demikian pula dengan Padmakumara yang merupakan sistem Avalokitesvara Bodhisattva dan sekaligus berada dalam sistem Amitabha Buddha.
Di dalam jajaran Devavajra, Hayagriva Vidyaraja dan Sadbhuja Mahakala juga merupakan penjelmaan Avalokitesvara Bodhisattva. Penjelmaan Avalokitesvara Bodhisattva tak terhingga banyaknya, dan kesemuanya memiliki Caturapramanacitta : maitri, karuna, mudita, dan upeksha. Maitri tak terhingga berarti memberikan kebahagiaan kepada insan lain, karuna tak terhingga berarti mencabut penderitaan insan lain, mudita tak terhingga berarti turut bersukacita dan gemar dalam mengamalkan maitrikaruna, sedangkan upeksha berarti merelakan dengan sikap batin kesetaraan, tiada diskriminasi, semua dibimbing, bahkan terhadap musuh pun juga harus mengamalkan maitri, karuna, mudita, dan upeksha.
Sama seperti semangat dari Yeshe Tsogyal, dalam hagiografi Beliau dikisahkan, saat Beliau menjalankan laku Bodhisattva, pernah ada seorang penderita lepra yang ditinggalkan oleh istrinya, penderita lepra ini menanyai Sang Bhagavati : “Engkau sanggup melepas segalanya. Saya membutuhkan istri, oleh karena itu jadilah istriku.” Maka Sang Bhagavati pun merelakan diri sendiri untuk dinikahi oleh penderita lepra tersebut, semua dilakukan demi menolong penderita tersebut.
Pernah ada seorang yang lumpuh datang kepada Sang Bhagavati, ia memberitahu Bhagavati bahwa menurut tabib, asalkan kedua lutut Sang Bhagavati dicangkokkan ke tubuhnya, maka ia dapat berjalan. Yeshe Tsogyal pun berjanji untuk memberikan lutut kepadanya walau harus menyebabkan diri sendiri menjadi lumpuh. Avalokitesvara Bodhisattva juga memiliki semangat seperti ini. Dharmaraja mengatakan bahwa dirinya juga bisa melepas, sanggup melepas hidup dan mati. Jika ada penderita wabah datang, maka beliau akan tetap memberi adhisthana, sekalipun diri sendiri harus tertular, hanya berharap supaya orang yang sakit dapat tersembuhkan, beliau rela walaupun harus mengorbankan hidup. Demikianlah Dharmaraja memiliki semangat upeksha.
Teks Lamdre :
Makna secara ringkas :
"Prajna" dalam slokha adalah pudgala.
"Mara eksternal" dalam slokha adalah vinayaka yang semenjak awal terus merintangi.
"Dwimarga, delapan transformasi dalam darsana tujuan", "Dwimarga" adalah utpattikrama dan Sampannakrama, atau upayamarga dan prajnamarga ; Delapan transformasi darsana tujuan adalah empat rintangan, anubhava dan duhkha, serta pemahaman langsung ; Empat metode perlindungan empat penyadaran dari mara eksternal.
10.2, Perlindungan dari mara internal.
Mara Internal :
Abhiseka Kalasa.
Abhiseka-guhya.
Abhiseka-prajna.
Abhiseka Keempat.
Empat Tanda :
Abhiseka Kalasa.
Abhiseka-guhya.
Abhiseka-prajna.
Abhiseka Keempat.
Tanda Caturvak :
Abhiseka Kalasa.
Abhiseka-guhya.
Abhiseka-prajna.
Abhiseka Keempat.
Memberikan instruksi perlindungan dari mara internal, barang siapa mengetahui rintangan mara, namun setelah menekuni metode apa pun masih belum bisa menangkalnya, terus terganggu oleh mara, dalam slokha disebutkan : "Mara internal" yang menciptakan empat jenis rintangan
Menggunakan empat tanda abhiseka untuk melindungi, mara internal yang disebutkan dalam slokha adalah : Smashana Adipati dan Dewa Pelindung Lokasi, sadhaka mesti berlindung kepada Dharmapala, membuat persembahan dari berbagai bahan makanan dan sarana puja yang sesuai, supaya mereka bersukacita dan memberikan bantuan.
Jika mereka tidak bersukacita dan malah merintangi, lakukan perenungan pemutusan dan kerelaan, oleh sebab itu mereka disebut sebagai : mara internal atau rintangan.
Slokha : "Dasamarga, antara lain : 8 darsanabhumi dan dua tahapan yaitu utpattikrama dan sampannakrama."
Slokha : "Jika tidak mengenal tanda", mara internal menyebabkan empat jenis rintangan, menghasilkan berbagai anubhava dan rasa sakit sehingga tidak bisa memasuki samadhi, tampil dalam berbagai wujud perolehan atau kehilangan serta suara, membuat rintangan melalui transformasi darsanabhumi.
Tanda kesadaran juga dapat melindungi, antara lain : Tanda empat akar, tanda empat bagian, tanda empat ucapan, jumlahnya 12.
Dharmaraja mengulas makna Lamdre :
Dharmaraja memberitahu semua, mengapa ada upayamarga dan Prajnamarga. Dharmaraja mengatakan dua jenis marga memang dibutuhkan, sebab tanpa utpattikrama tidak akan ada Sampannakrama.
Utpattikrama adalah Garbhadhatumandala, sedangkan Vajradhatumandala adalah Sampannakrama. Jika tiada Garbhadhatu, tidak akan ada Vajradhatu. Sama halnya, tanpa bhavana, tidak akan ada Kebuddhaan.
Makna dari Garbhadhatu adalah, tanpa insan awam, tidak akan ada manusia yang mencapai Kebuddhaan. Utpattikrama bermakna awam yang mulai berbhavana, sedangkan Sampannakrama telah dekat dengan Kebuddhaan.
Seperti kita menjapa mantra, visualisasi, membentuk mudra, masuk samadhi, semua ini merupakan upayamarga, di saat telah menanti keberhasilan berarti telah dekat dengan parayana, saat itu disebut Prajnamarga. Setelah benar-benar mencapai keberhasilan, dapat melepas upayamarga, namun keberhasilan ini juga berasal dari upayamarga, dengan kata lain berasal dari utpattikrama.
Di sini disebutkan apa itu mara internal ? Di sini menunjuk pada Smashana Adipati, yaitu kepala makhluk halus di kuburan, Vajrakila juga merupakan Smashana Adipati.
Guru Padmasambhava sendiri juga telah menaklukkan Smashana Adipati, mengubahnya menjadi Dharmapala Buddha.
Dewa Pelindung Lokasi yang disebutkan dalam teks adalah Dewa Pelindung Setempat, seperti Dewa Gunung dan Dewa Kota juga bisa menciptakan rintangan. Untuk menyingkirkan rintangan, mesti mempersembahkan sesuatu yang disukai mereka, jika dapat memberikan persembahan dengan baik maka dapat memperoleh kekuatan besar, akan tetapi, jika mereka merasa tidak senang, justru akan merintangi Anda.
Konfusius pernah mengatakan, "Hormati makhluk halus, namun jauhi." Kita cukup memiliki sraddha kepada Buddha, jangan mengarahkan keyakinan kepada makhluk halus. Memang makhluk halus perlu diberi persembahan supaya mereka bersukacita dan memberikan bantuan, ini baik adanya, namun sraddha mesti diarahkan kepada Buddha dan Bodhisattva.
Mara internal bisa memperdaya sadhaka menggunakan rupa, suara, wangi, rasa, dan sentuhan, sadhaka mesti bisa mengenalinya. Kadang mara bisa merintangi sadhaka saat bermeditasi, sehingga sadhaka tidak bisa benar-benar memasuki samadhi. Oleh karena itu, perlu memberi persembahan kepada makhluk halus, perlu mengenali tanda-tanda, setelah mencerahi marga tidak akan lagi terperdaya oleh makhluk halus. Perlu memberi persembahan kepada mereka, supaya mereka menjadi daya pendukung dan tidak merintangi. Akan tetapi, sadhaka tidak boleh bersarana kepada makhluk halus, sebab sadhaka bersarana kepada Vajracarya, Buddha, Dharma, dan Sangha.
Usai Dharmadesana mengulas makna Dharma terdalam, Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Sarana, mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani dan mengabhiseka rupang Buddha.
Sebelum meninggalkan lokasi, Dharmaraja berwelas asih memberikan adhisthana jamah kepala kepada setiap umat, supaya segala harapan yang baik dan wajar dapat terpenuhi.
Melangkah keluar dari bhaktisala, nampak sinar rembulan yang jernih, akhir-akhir ini cuaca di Seattle mulai memasuki masa musim semi, sering terlihat matahari bersinar megah di tengah angkasa cerah tanpa awan.
Semoga berkat adhisthana dan perlindungan Dharmaraja Liansheng dan Buddha Bodhisattva, mendung wabah dapat segera tersingkirkan, berganti cerahnya mentari, supaya semua terlepas dari kekhawatiran akan wabah, supaya wabah segera berakhir, dan setiap insan dapat hidup dengan sehat sentosa.