12 April 2020 Upacara Agung Homa Tara Peredam Wabah di Rainbow Temple
【Berita TBS Seattle】
Sore hari tanggal 12 April 2020, di Rainbow Temple ( 彩虹雷藏寺 ) Seattle Amerika Serikat, Mulacarya Dharmaraja Liansheng memimpin Upacara Agung Homa Tara Peredam Wabah.
Pada tanggal 23 Januari 2020 tengah hari, usai bernamaskara kepada Buddha di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple ( 西雅圖雷藏寺 ), Dharmaraja memperoleh petunjuk dari Syama Tara : "Di antara 21 Tara, ada 1 Tara yang dapat menolong dari wabah, japa Mantra Hati Tara Peredam Wabah melimpahkan jasa supaya wabah dan epidemi tersingkirkan."
Oleh karena itu, berkat imbauan dari True Buddha Foundation ( TBF ), tempat ibadah dan umat Zhenfo Zong di seluruh dunia mulai menjapa Mantra Hati Tara Peredam Wabah. Tidak hanya dapat melindungi diri sendiri, namun juga dapat mengembangkan rasa welas asih untuk melimpahkan jasa supaya epidemi dan wabah cepat berakhir. Sampai hari ini, kegiatan japa mantra telah diikuti oleh 247 tempat ibadah, dan jumlah penjapaan Mantra Hati Tara Peredam Wabah adalah : 61,921,709.
Dharmaraja mengungkapkan, dalam karya tulis beliau, buku nomor 279 akan berisi ungkapan hati beliau, "Supaya setelah membaca buku ini, setiap umat dapat tergugah, dan memahami mengapa Mahaguru bersedia menyeberangkan insan di dunia saha."
True Buddha News ( Zhenfobao ) dan Enlightenment Magazine ( Majalah Randeng ) telah muncul dengan wajah baru, Dharmaraja memuji bahwa standar dari True Buddha News dan Enlightenment Magazine telah meningkat, "Baik sekali ! Harap semua perhatikan, supaya saat sudah diterbitkan, kalian semua mesti baca True Buddha News dan Enlightenment Magazine. Saat buku Mahaguru telah terbit, kalian mesti menyimak buku Mahaguru."
Setiap sutra dalam agama Buddha merupakan hasil pertanyaan para siswa yang dijawab oleh Sakyamuni Buddha, namun ada sedikit yang merupakan pembabaran langsung oleh Sang Buddha. Demikianlah dari interaksi antara Sang Buddha dengan para siswa, disusun menjadi sutra dan tantra.
Ada umat yang menanyakan dua hal kepada Dharmaraja :
1. Masing-masing bagian dari Caturprayoga mesti dilakukan sebanyak seratus ribu kali, namun bagaimana cara melakukan mahapujana sebanyak seratus ribu kali ? Mohon petunjuk Mahaguru, bagaimana menyelesaikan Mahapujana dalam waktu singkat atau dalam waktu beberapa tahun.
2. Seluruh dunia sedang resah memikirkan pandemi COVID-19 dan tidak tahu kapan akan berakhir, dalam sudut pandang Buddhadharma, bagaimana kita mesti bersikap dan pandangan apa yang mesti kita miliki untuk mengatasi keresahan ini ? Demi mencegah lebih banyak lagi orang yang berpikiran negatif dan pesimis sehingga memilih jalan bunuh diri, bagaimana cara mengembangkan pikiran optimis di tengah pandemi ?
Dharmaraja menjawab, mahapujana di sini adalah Mandalapuja, mesti gunakan nampan mandala untuk berpuja, isi dengan beras, tiap satu kali pujana, baca gatha dan mantra pujana, kemudian putar 3 kali, menandakan sadhaka memberikan persembahan bagi trisahasra-mahasahasra-lokadhatu. Dharmaraja memberi petunjuk, cukup bentuk mudra khadga ke arah nampan pujana. Setelah selesai, segera keluarkan semua beras dari dalam mandala, ini artinya Anda telah melakukan satu kali Mandalapuja.
Dharmaraja menekankan, visualisasi sangat penting, "Visualisasikan mandala tersebut menjadi sepuluh penjuru alam semesta mencakup atas dan bawah, visualisasi sarana puja memenuhi sepuluh penjuru , usai visualisasi dan baca gatha mantrapujana berarti sudah 1 kali Mandalapuja, kemudian keluarkan semua beras tadi, isi lagi dengan beras yang baru, setelah genap seratus ribu kali, sadhaka memperoleh adhisthana Buddha dan Bodhisattva, sehingga sambhara pun akan tercukupi."
Mengenai dampak dari pandemi COVID-19, yang menyebabkan banyak orang menjadi resah, menurut Dharmaraja, dalam sudut pandang seorang sadhaka, orang yang membina diri dalam Buddhadharma, peristiwa ini merupakan peristiwa yang bersifat setara, terjadi hampir di semua negara di dunia, oleh karena itu tidak perlu terlampau bersedih, "Lihatlah, orang lain juga mengalami hal yang sama, bahkan ada korban jiwa, namun Anda masih sehat, tidak tertular, maka mestinya Anda bersyukur dan mempertahankan rasa bahagia."
Jika telah berupaya maksimal untuk mencegah, namun tidak sengaja tertular, maka selain mengupayakan pertolongan medis, kita juga mengamalkan keluhuran Buddhadharma, mohon adhisthana Buddha dan Bodhisattva, bangkitkan kundalini untuk membakar semua virus dalam diri. Gunakan hati yang riang untuk bersadhana.
Jika penyakitnya semakin gawat, Dharmaraja berpesan supaya kita bersungguh hati menghadapi kematian, gunakan apa yang Anda peroleh dari sadhana setiap hari, gunakan apa yang telah diajarkan oleh Mahaguru, di saat napas tersengal dan diambang kematian, Anda mesti mengenang Mulacarya menetap di puncak kepala, Istadevata manunggal dengan Mulacarya, bagi yang belum punya Mula-istadevata dapat bervisualisasi Vajrasattva manunggal dengan Mahaguru, kemudian visualisasi cahaya terang Vajrasattva ada di dalam hati Anda, roh Anda mengikuti cahaya terang Vajrasattva, terus sampai terlahir di Negeri Buddha. "Ini termasuk sebagai sebuah keuntungan, sebab di dunia fana ini, kita sadhaka mesti memiliki naiskramyacitta, tidak menggandrungi dunia fana, sebab dunia ini didominasi oleh penderitaan, bisa terhindar dari derita dan merealisasi kebahagiaan sejati sungguh merupakan keberuntungan."
Dharmaraja menyaksikan sangat banyak insan yang meninggal dunia karena pandemi, oleh karena itu, setiap hari Dharmaraja melakukan penyeberangan arwah, mengundang kehadiran Trini Arya Sukhavati. Padma di tangan Amitabha Buddha berubah menjadi bahtera besar, di atas bahtera ada seutas sinar emas yang berkilauan, terus terpancar ke arah dunia saha. "Melalui garis emas itu mereka naik bahtera Dharma menuju Sukhavatiloka, mereka yang bisa naik Bahtera Dharma ini berarti berjodoh dengan Buddhadharma, tidak peduli apakah ia adalah siswa atau bukan, asalkan mereka berjodoh dengan Buddhadharma maka dapat memperoleh penyeberangan."
Bagi Dharmaraja, tiada istilah resah, "Jikalau tertular, maka selalu siap menghadapi kematian, terlahir di Negeri Buddha. Jika tidak tertular, berarti memperoleh kesempatan untuk membimbing lebih banyak lagi insan di dunia fana."
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre, dalam teks disebutkan : Enam macam tiris bindu - Tiris saat penuh dan sukha menyebar, tiris dalam mimpi karena hawa makhluk halus, tiris karena sakit, tiris karena hawa nafsu, tiris karena tidak mengatur makan dan minum, tiris karena perilaku tidak baik."
Dharmaraja berpesan, sadhaka tidak boleh sampai tiris bindu, "Orang yang tidak tiris bindu merah dan putih cenderung bisa stabil dalam samadhi, dan sangat mudah memperoleh enam jenis Siddhi utama."
Sadhaka pria bisa saja tidak mengalami tiris selama sebulan atau dua bulan, akan tetapi, di saat penuh ia akan tiris dengan sendirinya, dikarenakan belum berhasil membangkitkan kundalini untuk penguapan bindu, sehingga Anda mengalami tiris karena kepenuhan ( Tiris saat penuh dan sukha menyebar ).
Ada beberapa cara untuk mencegah tiris :
1. Membentuk Mudra Genggam : Angkat dua kepalan tinju, japa : "Hum ! Hum ! Hum !" Visualisasi bindu naik ke atas, menjaganya menggunakan daya aksara "Hum".
2. Membentuk Mudra Simhavimukti, Dharmaraja pernah memperagakan mudra ini di Vihara Vajragarbha Guashan di Taiwan.
Saat mencapai pencerahan, Sang Buddha mengucapkan gatha : "Sadhu ! Ternyata semua makhluk memiliki Buddhata."
Dharmaraja kembali mengingatkan semua, ternyata kita semua berasal dari Negeri Buddha, bhavana berarti mengikis pikiran buruk dan pembawaan buruk, kembali pada Wajah Sejati, "Asalkan Anda bisa menyingkirkan pembawaan buruk dan pikiran buruk, maka Anda dapat melihat Buddhata sejati."
Siaran langsung upacara hari itu disaksikan oleh lebih dari 3500 orang, sama seperti sebuah upacara akbar.
◎ Judul Asli
2020年4月12日彩虹雷藏寺救瘟疫度母護摩大法會
◎ Sumber :
https://ch.tbsn.org/news/detail/854/2020年4月12日彩虹雷藏寺救瘟疫度母護摩大法會.html