
007 Menangkup Wajah Menangis Pilu (3)
Suatu kala,
Buddha Sakyamuni sedang memberikan Dharmadesana di Surga Akanistha.
Yang Arya Nanda mempersembahkan sekuntum bunga Utpala kepada Buddha Sakyamuni.
Semua bertepuk tangan!
Sang Buddha bertanya pada Nanda, “Guru Lu yang sedang berada di Dunia Saha, apakah yang ia kerjakan?”
Nanda menjawab, “Setiap hari Sabtu dan hari Minggu, ia memberi Dharmadesana kepada lima juta siswanya lewat siaran langsung di internet.”
Sang Buddha berkata, “Saddhu! Apa lagi?”
Nanda menjawab, “Setiap pagi, ia menulis buku hingga jam 11 siang, sekarang ia telah menulis total 283 buku, menyebarluaskan Saddharma.”
Sang Buddha berkata, “Saddhu! Apa lagi?”
Nanda menjawab, “Setiap malam sekitar jam 1 subuh, ia duduk di Dharmasana melakukan Ritual Penyeberangan Arwah bagi insan yang meninggal karena Virus Corona. Ia tidak pernah berhenti melakukannya sedari pandemi merebak hingga sekarang.”
Sang Buddha berkata, “Saddhu! Apa lagi?”
Nanda menjawab, “Setiap hari jam 5 sore bertempat di kantornya, ia akan memberkati setiap pengirim surat, mengatasi berbagai permasalahan insan, dan menjawab pertanyaan insan.
Sang Buddha bertanya, “Saddhu! Apa lagi?”
Nanda bertanya, “Setiap hari jam 2 siang, hadir pengunjung dari berbagai belahan dunia, ia akan memberikan adisthana, abhiseka, Dharmadesana serta mengatasi berbagai permasalahan mereka satu per satu.”
Sang Buddha berkata, “Saddhu! Apa lagi?”
Nanda menjawab, “Belakangan ini ketika bersadhana, ia sering menangkupkan tangan dan menangis pilu.”
Sang Buddha bertanya, “Apa sebabnya? Saya penasaran.”
Nanda menjawab, “Menangkupkan tangan dan menangis pilu karena berbagai penderitaan yang dialami insan, yakni penderitaan kelahiran, penderitaan usia tua, penderitaan penyakit, dan penderitaan kematian. Ada pula perpisahan dengan orang yang dicintai, berkumpul dengan orang yang dibenci, keinginan yang tak tercapai, ketidakkekalan, dan lain-lain.”
Sang Buddha bertanya, “Adakah ia meneteskan air mata demi insan di Alam Hewan, Alam Preta, dan Alam Neraka?”
Nanda menjawab, “Ada, dapat ditemukan di dalam artikel buku karya tulisnya.”
Sang Buddha memuji dan berkata, “Persembahkan saja bunga Utpala ini kepada Guru Lu yang berada di Dunia Saha!”
Nanda bertanya pada Sang Buddha, “Apa sebabnya? Apakah karena menangkupkan tangan dan menangis pilu?”
Sang Buddha berkata, “Bukan karena menangkupkan tangan dan menangis pilu, melainkan karena hati maitri karuna Guru Lu sudah matang!”
Nanda bertanya pada Sang Buddha, “Mohon Sang Buddha berwelas asih membabarkan perihal hati maitri karuna!”
Sang Buddha menjawab, “Hati maitri karuna adalah sebab utama mencapai Kebuddhaan, hendaknya setiap manusia di Dunia Saha menelaah hati maitri karuna-nya sendiri, setelah mengamalkan hati maitri karuna secara sempurna barulah dapat mencapai Kebuddhaan.”
Saat memberi Dharmadesana, Sang Buddha secara khusus membabarkan perihal hati maitri karuna.
Maitri karuna adalah sebab utama mencapai Kebuddhaan.
(tanpa memiliki maitri karuna, segenap Dharma tiada artinya)
Sumber: https://reader.tbboyeh.org/#/mybook?id=1000392&bookmark=c999&highlight=283


