
023 Apakah Suasana Hati Hari Ini Lega?
Pada tanggal 27 Mei 2011,saya didampingi oleh Pandita Wen berkunjung ke sebuah kuil bernama ‘HuangdiDamiao’ yang berlokasi di Taoyuan, Taiwan.
Di belakang Huangdi Damiao terdapat sebuah pendopo yang sangat strategiuntuk menyimak pemandangan alam yang terselimut di bawah kabut.
Pegunungan di sekitarnya berbentuk seperti tiga ekor lipan panjang, sayamenamakannya ‘Liang Lipan’.
Di seberang Huangdi Damiao terdapat ‘Gunung Dudukan Mopit’.
Huangdi Damiao menduduki posisi ‘Hai’, menghadap posisi ‘Si’, di depanada pelataran luas, di kedua sisi ada gundukan naga dan macan, di belakang adatiga pegunungan.
Fengshui Huangdi Damiao sangat apik, saya memberi nilai 90.
Rupang yang dipuja pada altar utama kuil ini, di tengah adalah ‘XuanyuanHuangdi’, di sebelah kanan adalah ‘Huangmu’, di sebelah kiri adalah ‘Huanghou’,paling kanan ada ‘Mahadewi Yaochi’, paling kiri ada ‘Dewi Bahari Mazu’.
Saya bernamaskara di altar utama.
Pada malam hari itu, kami berkunjung ke sebuah rumah makan yang beradadi ‘Neili’ untuk bersantap malam.
Saat menikmati makan malam, Pandita Wen bertanya kepada saya, “Apakahsuasana hati hari ini lega?”
“Suasana hati?”
“Belakangan ini ada yang iseng pada Guru Lu.”
Saya berkata,”Seorang yang tercerahkan dengan sungguh-sungguh, batinnyatidak akan bergejolak dan tidak ada amarah pula, jadi tak ada lagi yang namanyasuasana hati.”
“Maksudnya?”
Saya menjelaskannya sebagai berikut:
Hati yang tidak terluka atau tidak menderita atas gangguan luar, adalahwujud dari ksanti, yang mana merupakan sebuah solusi dari timbulnya amarahhati.
Ksanti terdapat tiga jenis, yakni:
(1) Tahan maki dan tahan benci.
Seorang sadhaka hendaknya sadar bahwa kehidupan manusia ini penuh duka,banyak masalah, diibaratkan rumah api, sehingga segala hal yang mencelakakandiri dianggap wajar.
Belajarlah bersabar, jangan naik pitam, sekalipun tidak kuat tetap harusmenahan, agar kelak terbebaskan dan tidak tumimbal lahir kembali di alammanusia.
(2) Sabar menderita.
Hadapi dengan solusi pikiran, bahwa segala kondisi yang melukai ataumencelakai diri kita tak lain adalah pihak lawan sedang memberi kesempatan padakita untuk berlatih bersabar. Pihak lawan adalah Mahabodhisattva, orang yangamat berbudi.
Kita sebagai seorang sadhaka hendaknya bersyukur pada mereka, tidakmalah timbul amarah.
Ksanti itu sebuah bekal menuju pencapaian Buddha. Hal-hal yang melukaikita tak lain untuk membersihkan karma rintangan melalui ksanti yang sempurna.
Oleh sebab itu, hormatilah “Bodhisattva” yang mahabudi yang melukai dirikita.
(3) Anutpattika Dharma-ksanti.
Ini sungguh sebuah upaya yang mahatinggi.
Aku, engkau, dia, semuanya memiliki Buddhata yang senyawa.
Kita senantiasa berada dalam kondisi ‘anatman’ dan ‘anutpattika’ atauyang disebut sebagai “tiada wujud keakuan, tiada wujud manusia, tiada wujudmakhluk hidup, dan tiada wujud kehidupan”.
Pada hakekatnya, tiada orang yang melukai atau mencelakai aku, tiadawujud aku.
Dengan demikian tercapailah samadhi ‘segala kondisi suka adanya’.
Inilah keberhasilan sebuah Anutpattika Dharma-ksanti.