Kutipan Dharmaraja Liansheng:
Dharmaraja Liansheng pernah bersabda bahwa masyarakat adalah sebuah tempayan celup berukuran besar,
Sebenarnya buat apa manusia terlahir di dunia ini ?
Buat apa melatih diri ?
Melalui sebuah cerita ko’an, Dharmaraja Liansheng dengan kata-kata yang paling sederhana, mengungkapkan rahasia Zen pada kita semua.
Dunia Fana yang Bergelora
Karya Tulis Dharmaraja Liansheng ke-146【Burung Sebatang Kara di Angkasa】
Ada seorang Guru Zen bernama Lingxun yang belajar Agama Buddha dan menyelami Zen di Vihara Guizong, Gunung Lu. Selama 13 tahun, beliau merasa tidak mencerahi apa pun.
Suatu hari, tiba-tiba tebersit pikiran ingin turun gunung, lalu beliau mulai mengemasi kopernya dan bersiap-siap turun gunung.
Guru Zen Guizong melihatnya, lantas bertanya, “Anda mau ke mana?”
Guru Zen Lingxun menjawab apa adanya, “Turun gunung.”
Guru Zen Guizong berkata dengan welas asih dan penuh perhatian: “Di dunia Saha ini, di mana pun sama saja. Di sini Anda menyelami Zen selama 13 tahun, hari ini Anda hendak pergi, perkenankan saya menyampaikan kunci Ajaran Buddha pada Anda, setelah Anda selesai mengemasi koper Anda, temui saya sebentar.”
Guru Zen Lingxun menaruh koper yang telah dikemasi di luar pintu vihara, lalu mengenakan jubah Haiqing, menyandang kasaya, dengan santun menghadap Guru Zen Guizong untuk berpamitan.
Guru Zen Guizong berkata kepada Guru Zen Lingxun: “Kunci Ajaran Buddha hanyalah, hari ini Anda turun gunung, bertepatan dengan cuaca dingin yang merasuk tulang, di bawah gunung adalah dunia fana yang bergelora, jagalah diri Anda baik-baik sepanjang perjalanan Anda.”
Guru Zen Lingxun mendengarkan kalimat ini, tiba-tiba mencapai pencerahan seketika.
Banyak orang sangat tertarik dengan cerita ko’an Zen yang satu ini, karena kalimatnya sangat sederhana.
Mengapa setelah mendengarnya langsung mencapai pencerahan agung?
Sebenarnya, “Jagalah diri Anda baik-baik sepanjang perjalanan” bukanlah perhatian bersifat umum, tetapi petuah Zen yang sangat kental dengan rasa Dharma.
“Sepanjang perjalanan” – kehidupan.
“Anda baik-baik” – memahami diri sendiri.
“Jaga diri” – melakukan hal yang bermakna.
Inilah kunci Ajaran Buddha.
Kejadian di dunia ini memang aneh, setiap hari bicara Zen, setiap hari bicara sunya, setiap hari bicara hati Buddha dan sabda Buddha, malah semakin jauh meninggalkan Buddha; kadang-kadang tidak bicara tentang Zen, tidak bicara tentang pemahaman hati dan penampakan Buddhata, hanya sepatah kalimat yang sangat awam dan sederhana, justru mencapai pencerahan seketika.
Oleh karena itu, pencerahan itu ada pada: “Jika nasi belum matang dimasak, jangan asal membuka panci; jika telur belum matang dierami, jangan asal dipatuk.”
Pandangan saya mengenai cerita ko’an ini adalah, sebenarnya di dunia saha ini, di mana-mana sama saja.
Semua adalah dunia fana yang bergelora.
Di atas gunung demikian.
Di bawah gunung pun demikian.
Jaga diri berarti memahami diri sendiri, jangan berbuat segala kejahatan, dan banyak berbuat segala kebajikan. Lebih jelasnya lagi adalah melakukan hal yang bermakna, persis seperti yang dulu pernah saya katakan, setiap hari lakukanlah dengan baik setiap hal kecil.
Inilah Zen.
Inilah Buddha.
Inilah kehidupan.
Banyak orang berasumsi, dunia fana itu hiruk-pikuk, dunia fana itu kotor, dunia fana adalah pertarungan, dunia fana adalah keterpurukan, sehingga mereka ingin terbebas dari dunia fana yang bergelora.
Namun, tahukah Anda?
Dunia ini adalah dunia fana besar.
Vihara di atas gunung adalah dunia fana kecil.
Sama saja.
Kita sebagai sadhaka yang mendalami Buddhadharma, jika hendak mencerahi konsep Kebuddhaan, tentu harus berkali-kali ditempa dan digembleng di dunia fana yang bergelora.
Tidak menyelami dunia fana, bagaimana dapat melampaui dunia fana.
Sepanjang hidup saya, saya dapat “menjaga diri saya baik-baik”, saya tidak akan ikut-ikutan terjerumus dan tak terkendali, juga tidak tergoda oleh nafsu keinginan duniawi. Di dunia fana ini, saya juga bisa tetap damai, menghasilkan pemikiran yang suci, mengenal dengan jelas semua khayalan dan kesemuan duniawi.
Saya dapat melakukan satu hal yang bermakna setiap hari, di dunia fana ini, saya dapat memiliki kesabaran yang tak tergoyahkan, inilah yang saya peroleh dari dunia ini.
Begitulah prinsip teratai:
Akar tertancap di dalam lumpur kotor.
Di dalam air lumpur kotor yang bergelora.
Tumbuhlah teratai yang berdiri tegak tanpa noda !
Bodhisattva Vimalakirti bersabda: “Arahat terbagi antara langit dan bumi. Bodhisattva berjalan di antara langit dan bumi. Bagi Buddha, langit dan bumi sama saja.”
* Untuk membaca lebih lengkap “Karya Tulis Dharmaraja Liansheng”, silahkan klik tautan berikut: