Kutipan Dharmaraja Liansheng:
Pernahkah Anda terbentur “Tembok Tak Berwujud” ?
Sebenarnya apa perbedaan antara kehidupan seorang awam dan kehidupan seorang sadhaka ?
Melalui artikel ini, Dharmaraja Liansheng memberitahu kita bagaimana cara seorang sadhaka melampaui tembok tak berwujud.
Tembok Tak Berwujud
Karya Tulis Dharmaraja Liansheng ke-274【Butiran Nasihat】
Anda berkata:
“Hari ini, Anda mencelakai saya,
sembari berpikir …
terbentur tembok tak berwujud,
seketika kepala saya pusing tujuh keliling,
hati selalu terasa tegang.
Ingin sekali –
langsung terjun ke dalam pelukan samudera.”
Saya berkata:
“Memang benar.
Di hadapan saya,
sama saja banyak tembok tak berwujud.
Kita memang tidak boleh sesuka hati,
untuk itu,
cukup banyak pertimbangan.
Sama sekali bukan saya mencelakai Anda,
niat menjaga Anda saja tidak kesampaian,
saya mana mungkin mencelakai Anda.”
Saya ingin berkata kepada Anda:
Hidup adalah satu langkah satu jejak kaki.
Memang gampang diucapkan,
namun, setiap jejak kaki, diangkat dengan susah payah, dan diletakkan dengan susah payah.
Umur setahun, tampil dengan wajah berseri.
Umur sepuluh tahun, prestasi di sekolah terus menanjak.
Umur dua puluh tahun, remaja belia penuh gelora.
Umur tiga puluh tahun, melanglang di dunia karir.
Umur empat puluh tahun, tubuh mulai melar.
Umur lima puluh tahun, paruh baya tetap masih kuat.
Umur enam puluh tahun, tekanan darah meningkat.
Umur tujuh puluh tahun, kadang-kadang lupa ingat.
Umur delapan puluh tahun, langkah sempoyongan.
Umur sembilan puluh tahun, semua lupa.
Umur seratus tahun, pampang di tembok.
Inilah tembok kehidupan, hampir 99 persen manusia menempuh jalan yang sama.
Namun, kita beda.
Kita masih harus melatih diri.
1. Sambhara-marga.
2. Prayoga-marga.
3. Dharsana-marga. (Pencerahan)
4. Bhavana-marga.
5. Nistha-marga.
Kita harus melewati banyak tembok tak berwujud, meskipun setiap kali tersungkur dan terbentur.
Jika Anda tidak mengembangkan Bodhicitta di awal, Anda tidak akan menempuh jalan ini. Jika Anda tidak memiliki keteguhan hati, juga tidak akan menempuh seluruh jalan ini. Keteguhan hati ini, disebut pula konsistensi.
Saya menempuh jalan melatih diri, tidak boleh tanpa Dewa Dharmapala. Oleh karenaitu, Guru, Yidam, dan Vajra Dharmapala adalah samudera Anda dan saya.
Sajak:
<Tembok Tak Berwujud>
Anda terbentur tembok
Saya juga terbentur tembok
Lumrah tersungkur dan terbentur
Sebab
Jalan sangat panjang
Saya tahu Anda sangat sibuk
Juga tahu masalah duniawi sangat sulit
Saya akan memaklumi Anda
Bersembunyilah di dalam lubuk hatiku yang paling rahasia
* Untuk membaca lebih lengkap “Karya Tulis Dharmaraja Liansheng”, silahkan klik tautan berikut: