undefined
Bedah Buku:
Sutra Satya Buddha adalah sebuah Sutra yang ditulis oleh Dharmaraja Liansheng, di mana isinya mengalir dari Buddhata Beliau. Tahukah Anda tahu apa itu mengalir dari Buddhata? Dan, apa Dharmabala menakjubkan yang dimiliki Sutra Satya Buddha? Dharmaraja Liansheng lewat sebuah kisah nyata, menjelaskan pada kita kemuskilannya.

Sutra Satya Buddha Bercahaya

Karya Tulis Dharmaraja Liansheng Sheng-Yen Lu ke-147_Jangan Hilangkan Hati

Ada satu orang asing, namanya Song Yuan, ia datang memberitahu saya sebuah kejadian aneh.

Ia mengikuti seorang temannya, pergi mengikuti satu sesi Upacara Pertobatan Satya Buddha di Vihara Vajragarbha. Song Yuan sendiri memang belum pernah punya keyakinan agama, ia kebetulan saja pergi mengunjungi teman, temannya baru saja akan keluar rumah, ia tanya temannya mau ke mana, temannya menjawab pergi menghadiri upacara dharma, ia mau tidak mau juga pergi mengikuti temannya menghadiri upacara dharma. Orang yang datang mengikuti ritual dharma itu tidak sedikit, setiap orang dibagikan satu 'Sutra Satya Buddha', ia membuka sebentar sutra itu, membaca sebentar, terlihat sebuah mantra: 'Om Guru Lian Sheng Siddhi Hum'. Song Yuan dengan penasaran menjapa beberapa kali, lalu ia menguap. Song Yuan mencari suatu sudut ruangan dan bersandar tembok lalu duduk di situ, dengan bosannya ia menyaksikan sejumlah besar orang bernyanyi, melafal, berlutut dan bersembah sujud.

Song Yuan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi mendengar ada orang berkata dengan suara samar-samar di dekat telinganya: 'Sutra Satya Buddha ini sangat baik!'
'Sutra Satya Buddha adalah kitab pusaka dengan mukjizat besar.'
'Sutra Satya Buddha yang menyertai dirimu dapat melindungimu.'

Song Yuan terbangun, melihat ke kiri dan kanan, tidak ada orang yang berbicara dengannya, semua orang sedang melakukan ritual, tidak ada orang yang memperdulikannya.
Song Yuan merasakan adanya keanehan, pegang-pegang kepala, tak habis pikir!
'Upacara Pertobatan Satya Buddha' akhirnya selesai.

Sebelum pergi, Song Yuan bertanya pada biksu: “Sutra Satya Buddha ini?”

Biksu menjawab: “Boleh diambil!”

Temannya sambil berjalan menertawakannya: “Buku sutra cuma-cuma, boleh diambil banyak sedikit. Buat apa kamu bawa Sutra Satya Buddha? Apakah sampai di rumah kamu akan melafalkannya?”

Dengan wajah memerah Song Yuan menjawab: “Membaca menambah wawasan.”

Setelah Song Yuan membawa pulang Sutra Satya Buddha, ia langsung menyimpan Sutra Satya Buddha di laci tempat tidurnya, suatu hari ia melihat laci tempat tidurnya bercahaya, berturut-turut ia melihat beberapa kali cahaya yang ajaib.

Ia buka laci tempat tidur. Tidak ada benda yang bercahaya. Hanya ada satu buku Sutra Satya Buddha.

*

Tahun itu, grup wisata perusahaan jasa, mencarter sebuah bus wisata besar, saat akan berangkat dari rumah, sekali lagi Song Yuan melihat Sutra Satya Buddha bercahaya. Ia bawa saja Sutra Satya Buddha itu, dimasukkan dalam travel bagnya, dipikul di punggung. Ini adalah wisata tiga hari dua malam, pada hari kedua, bus sampai di kawasan pegunungan, kawasan pegunungan baru saja turun hujan lebat.

Jalan gunung berliku-liku, berbelok-belok. Supir tidak mengurangi kecepatan bus. Ada beberapa rekan wanita yang bertubuh agak lemah, sudah mabuk perjalanan, ada satu yang sudah muntah. Song Yuan masih baik, buru-buru ia ambil minyak angin diberikan pada rekan wanita itu, tangannya membawa travel bag.

Kemudian, ini adalah kejadian mendadak -----

Bus wisata besar tiba-tiba kehilangan kendali. Terhempas dari jalan raya. Jatuh ke dalam tebing.
Karena jarak antara jalan raya dengan tebing jurang sangat lebar, seluruh penumpang dalam bus tidak ada satu pun yang masih hidup. Hanya Song Yuan yang tiba-tiba ada satu tenaga besar dari dalam travel bag nya menariknya, travel bag terlempar dari jendela bus, dan dia juga tertarik keluar jendela bus, seolah-olah Song Yuan dengan travel bag nya sama-sama dilempar keluar jendela bus.
Pada saat sebelum seluruh bus jatuh ke dalam jurang, Song Yuan telah terlempar keluar, terjatuh dan duduk di rumput tepi jalan, hanya lengannya yang sedikit lecet-lecet. Saat Song Yuan sadar.
Bus wisata telah berguling berkali-kali. Diam tidak bergerak di kedalaman jurang. Seluruh penumpang bus, sedikit pun tidak bergerak. Barang-barang berserakan di mana-mana.
Ini adalah suatu musibah besar kecelakaan bus wisata.

Walaupun Song Yuang sangat ketakutan, tetapi, ia adalah satu-satunya yang selamat, ia merenung kembali, ini pasti Sutra Satya Buddha yang telah menyelamatkan dia, ia ingat sewaktu Upacara Pertobatan Satya Buddha, ada orang di sisi telinganya berkata: “Sutra Satya Buddha yang menyertai dirimu dapat melindungimu!” Dan berturut-turut melihat beberapa kali Sutra Satya Buddha bercahaya. Mulailah Song Yuan melafalkan Sutra Satya Buddha.

Setelah ia bersarana kepada Dharmaraja Lian Sheng Sheng-yen Lu, tidak peduli bagaimana dunia luar mengkritik Dharmaraja Lian Sheng Sheng-yen Lu, ia tetap berhati Dharma kokoh, tidak bergeming sama sekali, ia merasa Sutra Satya Buddha sungguh-sungguh telah menyelamatkan nyawanya.

Kisah Song Yuan menarik perhatianku, tentu saja Aku percaya Sutra Satya Buddha telah menyelamatkan nyawa Song Yuan, akan tetapi, Aku mempunyai pikiran tersendiri, mengapa Sutra Satya Buddha tidak dapat menyelamatkan nyawa seluruh penumpang bus, dan hanya menyelamatkan nyawa seorang saja.

Pada saat Aku berpikir begitu----
Aku melihat sebuah lingkaran cahaya mendekat, di dalam cahaya terdapat pegunungan yang hijau subur, dari pegunungan keluar sesosok Dewa, Dewa ini memberitahuku: “Lian Sheng, melihat-Mu ada pertanyaan dalam hati, khusus datang memberitahu.”

“Anda Dewa apa?”

“Dewa Berkah dan Kebajikan.”

Dewa Berkah dan Kebajikan memberitahuku, Ia adalah Dewa Berkah dan Kebajikan pelindung gunung itu, Dewa Bumi dari daerah terjadinya musibah kecelakaan bus itu. Dewa Berkah Kebajikan berkata, malam sehari sebelum terjadinya kecelakaan itu, seperti biasanya Dewa Berkah dan Kebajikan, menyalakan sebuah pelita dewa, dipegang di tangan, pergi memeriksa seluruh gunung, sampai di daerah lembah sungai yang berarus deras, tiba-tiba Ia menemukan Dewa Jendral Kakek ke-7 dan Dewa Jenderal Kakek ke-8 dari kuil Dewa Kota membawa hantu-hantu kira-kira sejumlah ratusan yang gagah perkasa ditempatkan di lembah, setiap satu hantu itu membawa borgol, seperti sedang akan menangkap orang.

Setelah Dewa Berkah dan Kebajikan melihat Kakek ke-7 dan Kakek ke-8 beserta para hantu masuk, Ia tahu musibah akan terjadi, ada ratusan hantu, masalah tentu bukan kecil. Dan Kakek ke-7 dan Kakek ke-8 juga melihat Dewa Berkah dan Kebajikan.

Dewa Berkah dan Kebajikan maju dan bertanya: “Jenderal sedang bersusah payah, akan terjadi hal apakah kiranya?”

Jenderal Kakek ke-8 menjawab: “Ini bukan urusanmu, Dewa Bumi kecil, cepatlah kamu pergi tidur!”

“Ini....”

Jenderal Kakek ke-8 berkata: “Hukum Yin dari Kuil Dewa Kota, Kuil Dewa Bumi tidak boleh ikut campur.”

Dengan suara kecil Dewa Berkah dan Kebajikan berkata: “Akan tetapi, kawasan pegunungan dan lembah ini, selalu Aku jaga dengan hati-hati.”

Setelah Jenderal Kakek ke-7 mendengarnya, Ia merasa masuk akal dan tidak bicara lagi, dari dalam jubah dikeluarkan file penangkapan.

Begitu melihatnya Dewa Berkah dan Kebajikan sangat terkejut, rupanya musibah kecelakaan bus besar, total akan menangkap 50 orang, daftar nama satu per satu dikeluarkan, total 50 orang, ada pria ada wanita.

Di antaranya terdapat satu yang agak istimewa, merupakan yang terakhir dari daftar 50 orang itu, orang ini bernama Song Yuan, mengapa agak istimewa, karena ke 50 nama itu bercahaya abu-abu, hanya nama orang ini yang terdapat setitik cahaya terang.

Dewa Berkah dan Kebajikan bertanya: “Ada yang hidup?”

“Tidak salah.”

“Mengapa Song Yuan tetap hidup?”

“Orang ini memiliki satu kitab pelindung diri yang melindunginya.”

“Kitab apa?”

“Sutra Satya Buddha.”

Timbul welas asih dalam hati Dewa Berkah dan Kebajikan, Ia bertanya lagi satu pertanyaan yang sama: “Aneh, di dalam bus ada Sutra Satya Buddha, mengapa tidak dapat melindungi nyawa penumpang satu bus, hanya melindungi nyawa satu orang saja?”

Kakek ke-8 menjawab: “Song Yuan ini setelah melihat Sutra Satya Buddha, ia juga menjapa Mantra Hati Padmakumara. Yang lain belum pernah melihat Sutra Satya Buddha, juga belum pernah menjapa Mantra Hati. Semua kelahiran dan kematian selalu ada ketetapannya, di antara langit dan bumi, segala berkah dan bencana, mujur dan malang selalu terdapat sebab musababnya, Dewa dan hantu di alam semesta ini hanya pelaksana saja, kapan harus mengambil nyawa, itu hanya soal waktu saja.”

Setelah Dewa Berkah dan Kebajikan mendengar itu, hati-Nya sedih, dengan lemah lunglai Ia kembali ke kuil kecil Dewa Bumi.

Dewa Berkah dan Kebajikan berkata: “Karena Dharmaraja Lian Sheng Sheng-yen Lu, memikirkan peristiwa musibah besar kecelakaan bus ini, dan juga memikirkan pertanyaan yang sama, oleh karenanya Aku menampakkan diri untuk memberitahu.”

Aku beranjali berterima kasih kepada Dewa Berkah dan Kebajikan. Dengan sukacita Dewa Berkah dan Kebajikan pun pergi.

Aku menarik nafas panjang! Di atas Langit tersimpan Kebajikan Kehidupan, sehingga menurunkan banyak kitab yang membimbing manusia melatih diri, sutra dan mantra ini asalnya adalah Ajaran yang sungguh-sungguh, yang juga merupakan Hati dari Buddha Bodhisatva, jadi dikatakan sebagai Segaris Harapan Hidup.

Asalkan manusia menangkap Segaris Harapan Hidup itu, ia akan dapat hidup, asalkan dengan sepenuh hati membaca sutra dan mantra, segala kejahatan jangan dilakukan, segala kebajikan dilaksanakan, suci murnikan tubuh ucapan dan pikiran sendiri. Praktekkan semua itu, inilah Jalan kembali ke Langit, yang juga dapat melenyapkan segala bencana, Jalan untuk menambah berkah dan kebijaksanaan.

*

‘Sutra Satya Buddha’ adalah sutra milik Aliran Satya Buddha, sedari awal sudah menyeberangkan makhluk hidup yang tiada batas hingganya, pahala-Nya besar luas tak terhingga, kekuatan Dharma unggul tak terperikan!

Sutra ini, nama panjang-Nya adalah ‘Sutra Penambah Berkah Pelenyap Bencana Buddha Dharma Sejati’, disingkat ‘Sutra Satya Buddha’. Sutra ini luarbiasa istimewa, berbeda dengan sutra Buddha lainnya. Sutra ini sungguh-sungguh merupakan pengalaman pribadi ke Maha Dwi Kolam Teratai Tanah Suci Sukhavati dari Dharmaraja Lian Sheng Sheng-yen Lu, sutra yang mengalir keluar dari hati sendiri Dharmaraja.

Mengalir keluar dari hati sendiri, satu kata demi satu kata, dari dalam hati Buddha, bercahaya, sepatah demi sepatah, satu alinea demi satu alinea, dikumpulkan sehingga menjadi satu sutra.

Intisari sutra ini adalah berkisah tentang perubahan gaib dari 18 Maha Padmakumara dari Maha Dwi Kolam Teratai Tanah Suci Sukhavati.

Delapan belas Mahapadmakumara, Yidam Utamanya adalah Maha Padmakumara Putih, menampilkan kekuasaan gaib besar, sehingga seluruh angkasa diterangi cahaya emas, berubah menjadi transparan terang benderang, Empat Alam Suci dan Triloka semuanya dipenuhi cahaya Gaib Panca Warna, tanah mengalami gempa, semua Budha Bodhisatva semua Penguasa Sorga, semuanya datang ke Maha Dwi Kolam Teratai. Pada waktu itu, Maha Padmakumara Putih mengeluarkan suara Brahma besar, menyebarkan Buddha Dharma, Langit menurunkan bunga pusaka sehingga para Dewa mengalami sukacita luarbiasa, sukacita yang belum pernah ada, sehingga timbul keyakinan besar di dalam hati Mereka.

Maha Padmakumara Putih membabarkan 'Tri Ratna':

1. Dengan 'Tiada Pikiran' sebagai Sambodhi Buddha Ratna.
'Tiada Pikiran' ini mengandung makna yang sangat luas.
Makhluk hidup harus tahu, diri sendiri memiliki Buddhatta, dikatakan lagi, mencerahi Jatidiri, Jatidiri adalah Hati, Hati adalah Jatidiri, Jatidiri adalah Buddha.
Oleh karena hati sendiri adalah Buddha, seandainya mencari di luar, akhirnya akan kehilangan arah, tidak akan menemukan Buddha.
Berniat Menyaksikan Buddhatta dan Hati Cerah, harus tahu bahwa:
Rupa Tathagata itu tiada hingganya.
Prajna Tathagata itu tiada hingganya.
Ketiadahinggaan itu berada dalam hati sendiri, seandainya hati sendiri mampu membedakan segalanya, bahkan diterapkan untuk pemanfaatan itulah Prajna, tiada wujud rupa, Prajna tiada hingga.
Memahami bahwa empat tubuh rupa adalah kilesa, tubuh rupa itu ada lahir dan matinya, hanya Dharmakaya selalu menetap dan tidak menetap di mana pun, Dharmakaya Tathagata selamanya tidak berubah.
Ini adalah 'Tiada Pikiran' dari Tathagata Raja Maha Leluasa. 'Tiada Pikiran' adalah kebebasan, 'Tiada Pikiran' tidak terikat hidup dan mati, 'Tiada Pikiran' segala kilesa tidak dapat mengikatnya, 'Tiada Pikiran' kemanfaatan tiada hingga, 'Tiada Pikiran' adalah Sifat Kesunyataan.

Jadi:
'Dengan Tiada Pikiran sebagai Sambodhi Buddha Ratna.'
Meskipun 'Tiada Pikiran' adalah Nirvana.
'Tiada Pikiran' juga merupakan pemanfaatan luas Prajna yang tiada hingga tiada batasnya.

2. 'Kesucian tubuh, kesucian ucapan, kesucian pikiran sebagai Dharma Ratna.'
'Kesucian tubuh ucapan dan pikiran ini adalah tiga rahasia dari Tathagata'. Rahasia Tathagata adalah tri karma berubah menjadi tri rahasya. Sedangkan orang awam adalah tiada pencerahan, selalu membelakangi pencerahan dan berkumpul dengan kekotoran, menciptakan tri karma dari tubuh ucapan dan pikiran, sehingga Sad Gati tidak pernah berhenti.
Ingin melatih dari orang awam menjadi Tathagata, harus diri sendiri yang mencerahi dan melatih Dharma, harus sendiri mencerahi dan membuat orang lain mencerahi, bermanfaat bagi diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain, harus sempurna antara pencerahan dan pengamalan.

Sakyamuni Buddha bersabda:
Segala kejahatan jangan dilakukan.
Segala kebajikan dilaksanakan.
Sucimurnikan pikiran.
Inilah Ajaran semua Buddha.

Dua kalimat terdepan adalah 'kesucian tubuh dan ucapan'.
Dua kalimat terakhir adalah 'kesucian pikiran'. 'Kesucian tubuh ucapan dan pikiran adalah Tiada Pikiran'.

3. 'Dengan Acharya Satya Buddha sebagai Sangha Ratna'.
Acharya Satya Buddha adalah Acharya yang melatih diri berdasarkan 'Sadhana Tantra Satya Buddha', mereka adalah sadhaka yang memahami sadhana Tantra, bersadhana berdasarkan pewarisan silsilah sadhana Tantra dari Mulaguru, memahami 'Menghormati Guru', 'Menghargai Dharma', 'Bersadhana secara nyata', dirangkai jadi satu, menyelamatkan makhluk hidup dengan Dharma Tantra, agar mereka menghentikan kejahatan dan berbuat kebajikan, sungguh-sungguh mencapai kesucian 'tubuh ucapan dan pikiran'.
Acharya Satya Buddha, tekad Dharma kekal tidak berubah, melatih diri berdasarkan Buddha Dharma, memegang Tri Mula, ini adalah teladan khas dari Acharya, merupakan pelita di malam gelap, merupakan kompas di jalan sesat, memimpin makhluk hidup berjalan ke arah maha marga yang bercahaya, agar tidak memasuki jalan sesat.

Inilah 'Sangha Ratna'.

'Sutra Satya Buddha' memiliki Mantra Hati 18 Maha Padmakumara: 'Om Guru Lian Sheng Siddhi Hum'. Sungguh merupakan maha mantra yang mengantarkan makhluk hidup terus ke arah pencapaian Tanah Suci Buddha.

Pada waktu 'Sutra Satya Buddha' ini muncul ke dunia, pada saat yang sama di atas langit muncul 12 batang pelangi putih, Cahaya Panca Warna merangkai rasi bintang Tai Wei, bumi mengalami gempa, terbentuk kanopi pusaka di angkasa, cahaya menyinari langit dan bumi, para Dewa dan Jenderal Sorga semuanya melindungi, sutra ini bermanfaat bagi alam manusia dan alam bardo, merupakan sutra yang berpahala berkah paling besar.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。