Penulis:Master Sheng-yen Lu
Penerbit:Budaya Daden Indonesia
Tanggal penerbit:2019/05/01
Bahasa:Bahasa Indonesia
Batas Usia Pembaca:Semua Umur
Tombol Tautan Situs:Lanjut membaca
Penjelasan Ringkas:
Prakata Eka Pelita Tujuh Samudra
Apa makna “Tujuh Samudra” ?
Berikut adalah pandangan kosmologi dalam agama Buddha:
Posisi sentral alam semesta adalah Gunung Semeru.
Di empat sisi Gunung Semeru terdapat Empat Benua Besar, yakni Benua Timur Purvavideha, Benua Barat Aparagodaniya, Benua Selatan Jambudvipa, Benua Utara Uttarakuru.
Di luar Empat Benua Besar terdapat Delapan Benua Kecil.
Kemudian di antara Empat Benua Besar dan Delapan Benua Kecil, terdapat Tujuh Samudra Harum.
Inilah “Tujuh Samudra” yang dimaksud.
(Saya menggunakan Tujuh Samudra untuk menyiratkan Tujuh Samudra Harum, hal ini juga menyiratkan isi buku ini luas sekali)
Apa pula makna “Eka Pelita” ?
Eka Pelita tersebut adalah Guru Lu sendiri.
Artikel yang ditulis Guru Lu mengandung pandangan terang, memiliki makna kesunyataan yang menakjubkan.
Di dalamnya terdapat:
- filosofi,
- kaidah,
- Kebenaran Sejati,
- opini,
- perilaku diri.
….
Saya tidak ingin mengutip perkataan bijak orang lain, saya juga tidak ingin membabarkan hasil pencerahan orang lain. Yang saya banggakan adalah saya menuliskan karya sendiri, saya menuliskan sebuah pelita yang terdapat di dalam batin saya sendiri.
Jika pembaca membaca buku ini berulang kali kemudian menjadikannya sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari, niscaya Anda pun bisa berubah menjadi sebuah pelita terang.
Inilah yang disebut “Eka Pelita”.
●
Ada orang berkata kepada saya, “Guru Lu! Saya selalu merasa ada yang ganjil dengan diri Anda !”
Saya balik bertanya kepadanya, “Apanya yang ganjil ?”
Ia berkata, “Saya tidak bisa menerangkannya, pokoknya ganjil saja !”
Saya bertanya, “Bisa disebutkan lebih jelas ?”
Ia berkata, “Anda adalah menantu Mahadewi Yaochi, Anda juga salah satu Sepuluh Siswa Utama Buddha Sakyamuni; satu sisi Taois, satu sisi Buddhis; kemudian Anda juga adalah raja Dinasti Xixia, Anda juga adalah Yang Arya Atisha, Guru Agung Tsongkhapa serta Padmakumara, kami jadi bingung.”
Saya berpikir sejenak lalu berkata, “Bukan hal yang aneh! Hanya eksistensi saya melingkupi sejumlah zaman saja.”
Ia bertanya, “Bisakah Guru Lu menerangkannya secara sederhana dalam buku ini ?”
Saya menjawab, “Saya akan menuangkannya dalam berbagai topik, bisa juga saya sajikan secara ringkas dan apik, saya akan menuliskan kontemplasi yang bisa dipahami.”
Ia berkata, “Mohon disajikan dengan bahasa yang lugas biar kami bisa mengerti.”
Saya berkata, “Baik.”
●
Ada lagi orang bertanya pada saya, “Guru Lu, ke manakah Anda pergi kelak ?”
Saya menjawab, “Sekadar undur diri !”
Tanya: “Karya sudah berhasil, reputasi sudah gemilang, saatnya undur diri, begitukah maksud Anda ?”
Saya tertawa terbahak-bahak lalu berkata, “Karya belum berhasil, reputasi belum gemilang, hanya undur diri secara fisik saja !”
Kantor Korespondensi Guru Liansheng Sheng-yen Lu:
Sheng-yen Lu
17102 NE 40th CT.
Redmond, WA 98052
U.S.A.