Penulis:Sheng-yen Lu
Penerbit:Budaya Daden Indonesia
Tanggal penerbit:2024/11/09
Bahasa:Bahasa Mandarin
Batas Usia Pembaca:Semua Usia
Tombol Tautan Situs:Lanjut membaca
Penjelasan Ringkas:
Karya tulis Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu ke-302【Petuah Mulia Bersinar】
Pendahuluan
Saya ingat ada kisah yang demikian:
Pada masa Sang Buddha, ada seorang tabib yang termasyhur, ia adalah tabib Jivaka dari Magadha. Ia sering mengobati siswa Buddha. Bahkan pernah menggunakan keterampilan bius untuk menyembuhkan tumor pada kepala raja, merupakan ilmu bedah kuno.
Jivaka dari India.
Huatuo dari Tiongkok.
Keduanya serupa, konon Huatuo juga pernah melakukan pembedahan kepada Guan Yunchang.
Demikian kisahnya:
Saat Jivaka belajar ilmu pengobatan, gurunya memanggil segenap siswa untuk mencari rumput yang tidak memiliki efek medis.
Para siswa naik gunung untuk mencarinya.
Hampir tiap siswa kembali membawa sebatang rumput yang tidak memiliki efek medis.
Sang Guru terdiam tanpa kata-kata.
Kemudian, Jivaka pun kembali dengan tangan kosong.
Sang Guru bertanya: “Kenapa kembali dengan tangan kosong?”
Jivaka menjawab: “Setelah mencari semua rumput, tiap batang rumput memiliki efek medis.”
Sang Guru mengangguk: “Sadhu! Benar, engkau adalah seorang siswa yang benar-benar berhasil.”
Oleh karena itu,
Jivaka menjadi tabib ternama pada masa itu.
●
Saya (Mahaguru Lu) menggunakan kisah ini sebagai pembuka, saya sedang mencari mutiara dalam samudra, petuah mulia yang bersinar. Saya menjumpai, kata-kata atau kalimat yang sangat sederhana, merupakan petuah mulia yang bersinar, sesungguhnya sangat mudah didapatkan.
Kalimat-kalimat tersebut merupakan:
Permata.
Emas.
Kebenaran.
Pepatah.
Kunci keberhasilan.
……….
Kalimat-kalimat sederhana ini, setelah diselami, melahirkan pandangan yang transenden.
Insan pada umumnya sangat mudah mengabaikan kalimat-kalimat tersebut, tetapi, setelah digali dengan saksama, Anda akan melompat, sangat takjub.
Ternyata mutiara dalam samudra, ada di mana-mana.
Pada tanggal 5 Mei 2024, saya memimpin Upacara Homa di Rainbow Temple.
Mahadewi Yaochi memasuki hatiku, duduk di atas Dharmasana, dalam sekejap, air mata pun menetes, mengalir selama dua puluh menit.
Orang bertanya:
“Apa yang menyebabkan Mahaguru Lu bersedih?”
Saya menjawab:
“Bukan saya yang menangis, Mahadewi Yaochi yang menangis.”
Orang bertanya:
“Apa yang ditangisi?”
Saya menjawab:
“Maitri karuna kepada semua makhluk.”
Saya beritahu Anda semua:
“Mahadewi Yaochi mengajarkan kepada saya, pikirkan insan lain, perlakukan semua makhluk dengan maitri karuna.”
Kalimat ini sangat sederhana, tetapi di dalam kesederhanaan, ada keistimewaan.
Benarkah?
Inilah petuah mulia!
Dharmaraja Liansheng,
Sheng-Yen Lu
17102 NE 40th Ct.,
Redmond WA 98052
U.S.A.
April 2024