413 - Mengulas Dhyana dan Samadhi (1)
Hari ini kita mengulas dhyana dan samadhi, Sakyamuni Buddha telah membabarkan Trini-anasravani yang ditekuni melalui sila, samadhi dan Prajna secara bertahap. Kita sering mengatakan seseorang mempunyai daya samadhi yang sangat mendalam, apa manfaat dari dhyana samadhi? Pada umumnya para sadhaka berpendapat bahwa asalkan Anda dapat memperoleh samadhi dalam dhyana, maka akan muncul sebuah kekuatan tanpa batas. Setelah kekuatan dhyana dan samadhi timbul, maka Prajna akan terbuka.
Hari ini kita mengulas pelatihan dhyana samadhi, ada sangat banyak jalan atau metode untuk melatih dhyana samadhi, banyak orang menjadikan dhyana samadhi sebagai sebuah tahapan yang harus dilalui dalam bhavana. Demikian pula dengan sekte Sukhavati, walau kita semua mengetahui bahwa sekte Sukhavati hanya melafalkan Nama Buddha, namun dalam pelafalan Nama Buddha mereka juga terdapat dhyana samadhi. Saya telah membaca Riwayat Mahabhiksu Lianchi, seorang patriark sekte Sukhavati, meskipun Ia mengajarkan pelafalan Nama Buddha kepada semua orang, namun Ia telah menuliskan sebuah buku berjudul Esai Pengetahuan Chi, di dalamnya dibahas banyak metode dhyana samadhi, meskipun Ia mengutamakan ketekunan pelafalan Nama Buddha, namun sesungguhnya Ia sendiri juga menekuni samadhi. Oleh karena itu pelafalan Nama Buddha juga merupakan salah satu metode dhyana samadhi, saat kita melafalkan Nama Buddha, seperti: “Namo Amituofo.”, begitu kita melafal enam aksara: “Namo Amituofo” ini, maka pikiran yang kacau akan berhenti, sebenarnya saat Anda melafalkan Nama Buddha dengan bersuara, telinga Anda mendengarnya, kemudian mematrinya dalam batin, ini merupakan semacam samadhi, menghentikan pikiran Anda pada Nama Buddha. Pelafalan Nama Buddha juga merupakan sebuah metode untuk menekuni samadhi, oleh karena itu ada banyak metode.
Seperti saya sendiri, dulu saya menekuni pelafalan Nama Buddha, sampai sekarang juga masih sering melafalkan Nama Buddha, meskipun saya menekuni tantrayana, namun sesungguhnya selain menjapa mantra, saya juga melafal Nama Buddha. Pelafalan Nama Buddha cenderung menghasilkan rasa murni dan sejuk, menjapa mantra adalah menjapa Hati Buddha, melafal Nama Buddha adalah melafal Nama dari Buddha, meskipun Patriark Tsongkhapa mengatakan: “Menjapa mantra adalah penekunan hati, melafal Nama adalah penekunan atribut.” Namun sesungguhnya, saat melafalkan Nama Buddha, dapat dirasakan seolah-olah bahkan Hati Buddha juga beserta kita. Melafal satu: “Namo Amituofo.” , bisa merasakan Buddha sedang bersama dengan kita, pikiran yang lain tidak lagi timbul, ini juga merupakan dhyana samadhi.
Saat saya mengendarai mobil, saya juga melafal Nama Buddha, dahulu di Taiwan saat berjalan juga melafalkan Nama Buddha, sekarang saat mengadhistana surat-surat saya juga melafal Nama Buddha, saat menandatangani surat-surat, tiap kali satu tanda tangan, saya melafal satu Nama Buddha. Menurut saya jasmani dan batin tiada berbeda, tantrayana juga mengolah jasmani, juga mengolah batin, tidak mendiskriminasikan antara jasamani dan batin, sebab jasmani berwujud dan batin tidak berwujud, tanpa jasmani yang berwujud, maka tidak akan ada batin yang tak berwujud. Saat Anda hanya mengulas batin, hal itu tidaklah berwujud, namun di manakah batin? Ini merupakan pemahaman lain lagi. Oleh karena itu dalam penekunan dhyana samadhi, tidak hanya melulu perihal batin, selain harus mengulas sisi yang tak berwujud, Anda juga perlu mengulas dari sisi yang berwujud, yaitu metode bhavana pemanunggalan jasmani dan batin.
Sakyamuni Buddha pernah mengajari kita untuk menggunakan metode menghitung pernapasan, ini merupakan metode mengatur pernapasan. Ada satu kunci dalam metode menghitung pernapasan, seperti yang telah sering saya ungkapkan, yaitu harus sangat halus, sangat pelan dan sangat panjang. Kali ini di California, saudari Sedharma itu mengatakan, halus, pelan dan panjang merupakan kunci berciuman, dia mengatakan: “Anda harus ingat kunci berciuman, yaitu halus, pelan dan panjang!” Setelah dipikir-pikir, memang cukup bercitarasa, berciuman juga perlu halus, pelan dan panjang.
Sebenarnya demi apakah kunci halus, pelan dan panjang ini? Yaitu demi batin, supaya Anda sendiri dapat tenang. Sesunggunya, pernapasan yang tergesa-gesa menandakan batin yang sedang bergerak. Dengan pernapasan yang halus, perlahan dan panjang, maka batin akan lebih mudah untuk ditenangkan, inilah pemanunggalan antara napas dan batin. Tantrayana banyak mengulas pernapasan dan prana, kuncinya masih tetap: halus, pelan dan panjang, tujuan utamanya adalah supaya Anda dapat bersamadhi. Sebab dengan halus, pelan dan panjang, maka prana Anda akan stabil, batin juga dapat tenang.
Pengulasan untuk hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.