416 - Mengulas Citta (2)
Hari ini kita melanjutkan pengulasan citta (batin), sebelumnya telah diungkapkan perihal ‘Citta Membunuh Visaya’ (Batin Mengalahkan Objek) yang merupakan batin kita sadhaka, tidak terhanyut oleh kondisi sekitar, justru mentransformasikan kondisi sekitar, seorang sadhaka yang telah memiliki pencapaian tinggi dalam bhavana, dalam samadhi ia merealisasi sunya tiada sesuatu apapun, tidak terpengaruh oleh kondisi eksternal, Anda berdiam dalam samadhi, ini disebut sebagai ‘Citta Membunuh Visaya’, bukan malah hanyut oleh kondisi sekitar.
Seorang sadhaka yang menekuni dhyana dan samadhi, menekuni metode pemurnian, tidak akan marah hanya karena mendengar sepatah kata. Seorang sadhaka yang mempunyai daya samadhi mendalam, tidak akan seperti orang awam yang mengatakan: “Hari ini suasana hati saya tidak baik, mungkin besok suasana hati saya akan membaik.”, besok belum tiba, masih belum diketahui! Karena sepatah kata, maka suasana hati Anda menjadi tidak baik, hanya sepatah kata, Anda langsung susah tidur, hanya sepatah kata, langsung timbul banyak kerisauan. Orang yang menekuni dhyana dan pemurnian tidak akan demikian, ia sepenuhnya hidup dalam sukacita, kedamaian samadhi merupakan sukha baginya, batin tiada datang dan pergi, tiada yang diperoleh, tiada kehilangan, tiada kesenangan juga tiada amarah, tiada kemelut, tiada benar dan salah, tiada hitam dan putih, tiada baik dan buruk, inilah Maha-ati-citta (Batin Kesempurnaan Agung) yang sejati, demikianlah dhyana yang sesungguhnya.
Oleh karena itu Patriark Keenam Hui-neng mengatakan: “Tidak memikirkan baik, tidak memikirkan buruk.”, orang awam tidak sanggup memahaminya, kebenaran ada di dalamnya, dhyana adalah kesempurnaan, kemurnian juga adalah kesempurnaan. Bhiksu Wuzhuo sangat hebat, ia mengatakan burung gagak datang dan pergi, ada saatnya ia berkicau dan ada saatnya ia tidak berkicau. Batin tiada datang dan pergi, tiada saat berkicau, juga tiada saat tidak berkicau. Untuk memasuki pusat dari dhyana Anda harus memahami batin yang sebenarnya, Batin Agung kosmos, tidak kontradiktif. Bagi seorang sadhaka yang murni, setiap hari adalah sukacita, kemurnian adalah sukacita. Terhadap fitnahan, misalnya seseorang mengatakan: “Aduh! Fitnah!”, Anda merasa terpukul mendengarnya, mengapa ada rumor semacam itu, hati ini terpukul sampai hampir remuk, meremukkan hati dan mengerat isi perut, puisi patah hati bagaikan mengambil pisau untuk mengerat isi perut sendiri, benci hingga mengerat usus, sakit hingga meremukkan hati, Anda ditekan oleh kondisi eksternal, hati Anda diremukkan oleh kondisi eksternal, sebabnya sangat sederhana, ini semua dikarenakan Anda tidak benar-benar menekuni bhavana.
Anda adalah seorang sadhaka ‘super’, Anda melatih batin, batin Anda tidak tergoyahkan, setiap saat berada dalam samadhi, tetap tak tergoyahkan walaupun angin meniup dari delapan penjuru, fitnahan seperti apapun, menurut Anda adalah tiada, tidak akan memengaruhi Anda, kondisi seperti apapun tidak akan memengaruhi Anda, kondisi separah apapun tidak akan menghancurkan kedamaian Anda, inilah sadhaka yang murni. Sekalipun tidak mempunyai tempat tinggal, langit adalah selimut, bumi adalah kasur, hujan adalah mandi, ini semua merupakan ciri-ciri sadhaka yang telah mencapai kondisi batin yang sangat tinggi. Apabila sepatah kata membuat Anda tidak sanggup lagi, tidak tahan lagi, menjadi susah tidur, air mata terus mengalir membasahi, kemana-mana ingin menceritakannya kepada orang lain, ingin mencurahkan amarah ini, sebab Anda merasa apabila ini semua tidak dicurahkan, terus disimpan di dalam, akan terasa mencekik, bisa berubah menjadi racun dalam diri. Dikarenakan tidak sanggup lagi menahannya, maka Anda merasa harus ‘talk’, ‘talk’, mencurahkannya kemana-mana, dengan demikian barulah hati terasa nyaman, ini merupakan aktivitas citta dan vijnana Anda sendiri.
Oleh karena itu, apabila Anda ingin menekuni dhyana, terlebih dahulu harus mampu menenangkan batin. Perlu merealisasi acitta (Tanpa Jerat Batin), batin Anda luas bagai angkasa, sepenuhnya berada dalam kondisi acitta, kondisi apapun, rumor dan fitnahan seperti apapun, semua tidak akan memengaruhi Anda, dengan demikian barulah tergolong memiliki daya samadhi yang mendalam, saat itu begitu Anda bermeditasi, langsung memasuki samadhi, timbul arus Dharma, barulah dapat menyaksikan Tathata, inilah dhyana. Namun apabila saat Anda mendengar burung gagak berkicau, Anda mengatakan: “Ada.”, setelah burung gagak pergi, Anda mengatakan: “Tidak ada.”, ini bukan merupakan hasil sejati dari dhyana, inilah maksud dari pengajaran Bhiksu Wuzhuo kepada Perdana Menteri Du, batin tiada datang dan pergi, tiada besar dan kecil, tiada benar dan salah, tiada konflik, inilah citta yang sejati.
Menurut Anda, bagaimanakah munculnya kerisauan? Muncul karena adanya batin, tanpa batin bagaimana mungkin ada kerisauan? Saat batin tak tergoyahkan, bagaimana mungkin ada kerisauan? Dikarenakan batin Anda goyah, maka barulah ada kerisauan, oleh karena itulah Buddhisme mengajarkan kepada kita untuk mengakhiri kerisauan batin, bagaimana mengakhirinya? acitta dapat mengakhirinya, batin tak tergoyahkan akan mengakhirinya, ‘Citta Membunuh Visaya’ mampu mengakhirinya, apabila batin selalu terhanyut oleh kondisi sekitar, maka kerisauan tidak akan pernah berakhir, saat ini Anda telah jelas dan memahami kebenarannya. Renungkanlah, beberapa hal di semesta ini, semua adalah kebodohan, kerisauan di semesta ini, semuanya adalah tiada, sama sekali tidak akan ada.
Burung gagak berkicau, burung gagak telah pergi, bagaikan sebuah rumor, setelah Anda mendengarnya, timbul kerisauan dalam batin Anda, setelah ia pergi, bagi Anda tiada persoalan, tidak peduli ia berkicau atau tidak, batin Anda tak tergoyahkan, acitta, inilah tingkatan yang benar-benar disadari oleh Bhiksu Zen Wuzhuo, itu semua merupakan ujian, adakalanya dalam bhavana Anda akan diberi banyak ujian, semua bertujuan untuk menempa batin Anda.
Pengulasan sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.