417 - Mengulas Dzogchen (1)

Hari ini kita mengulas Dzogchen. Ada empat sekte Tantra Tibet, seperti yang sering kita bahas: Nyingmapa, Gelugpa, Kagyudpa dan Sakyapa. Tiap sekte memiliki Maha-sadhana yang khusus.

Nyingmapa memiliki Sadhana Dzogchen (Ati Yoga, Maha Ati, Mahasandhi), Kagyudpa memiliki Sadhana Mahamudra, Sakyapa memiliki Sadhana Mahaparipurnaprajna, Gelugpa memiliki Sadhana Vajrabhairava, meskipun sebutannya berbeda, namun di dalamnya terdapat kesamaan dan sedikit perbedaan.

Sadhana Dzogchen dari Nyingmapa, Nyingmapa disebut juga sebagai sekte tertua, ketiga sekte yang lain disebut sekte baru. Sadhana Dzogchen cenderung kontroversial, ada banyak Acarya yang mengakui Sadhana Dzogchen, namun ada banyak orang dalam sekte baru Tantra Tibet yang tidak begitu sepakat dengan Sadhana Dzogchen.

Menurut yang kita pelajari, Sadhana Dzogchen mirip dan cenderung dekat dengan sekte Dhyana (Chan) dari Buddhisme Tiongkok. Dalam penekunan bhavana tantrayana terdapat tahapan, tergolong sebagai bhavana bertahap, ada pendirian mandala yang memerlukan penekunan beberapa hari, merupakan bhavana tantra yang memiliki tahapan tata ritual. Sadhana Dzogchen sedikit berbeda, sebab ia lebih bersifat langsung, lebih mirip dengan ‘Pencerahan Seketika’ dalam sekte Dhyana. Oleh karena itulah di antara semua sadhana tantra, Sadhana Dzogchen merupakan sadhana yang cenderung kontroversial.

Sebelum mengulas Dzogchen, terlebih dahulu saya akan mengulas sedikit mengenai sebuah koan dari sekte Dhyana. Banyak orang yang mencari Bhiksu Nanyun untuk membahas dhyana, beberapa orang di antaranya memiliki pandangan yang sangat subjektif,  mereka mencari Bhiksu Nanyun untuk berdebat. Saya tahu ada kalanya saat kita mengulas teori Buddhisme, kita juga perlu menerima sedikit ‘tantangan’, tantangan ini adalah karena Anda sendiri merasa pengetahuan Buddhisme Anda telah sempurna, sementara itu penekun Buddhisme yang lainnya juga ingin berdebat dengan Anda, oleh karena itu dahulu di India dan Tibet ada perdebatan. Dalam Tantra Tibet ada yang disebut dengan rtsod pa, semua mempelajari satu teks yang sama, kemudian dilakukan perdebatan. Di India sendiri, dulu saat Bhiksu Tang San-zang tiba di India, ia juga melakukan perdebatan dengan orang lain. Dalam Buddhisme bahkan ada sekte debat, yang khusus mengulas debat. Ada yang mengetahui bahwa Bhiksu Nanyun memiliki kualitas dan bakat yang agung, ada juga mencarinya untuk berdebat, Nanyun mengambil sebuah cangkir, kemudian menjamu tamunya dengan teh, ia mengangkat teko teh dan terus menuangkannya, ia terus menuangkannya tanpa melihat cangkir dan tamunya, setelah cangkirnya penuh, ia masih terus menuangkannya, tamunya mengatakan: “Cangkirnya sudah penuh, mengapa Anda terus menuangnya?”, Bhiksu Nanyun sengaja terus menuangkan air teh ke dalam cangkir hingga meluap. Maka ia pun berkata kepada tamu itu: “Anda datang untuk membahas dhyana dengan saya, terlebih dahulu batin Anda harus dikosongkan, saat Anda datang kemari, Anda sudah sangat penuh dengan pandangan subjektif, apa pun yang hendak saya ajarkan kepada Anda tidak akan bisa memasuki batin Anda, sebab Anda telah penuh!” Tamu itu tahu bahwa Bhiksu Nanyun sedang membicarakannya, bahwa dia telah penuh dengan pandangan subjektif, sehingga ucapan siapapun tidak akan bisa dipahami, jadi untuk apa membahas dhyana? Sebelum mencari Bhiksu sekte Dhyana untuk membahas dhyana, terlebih dahulu Anda harus rendah hati, supaya Anda dapat menerima apa yang dituangkan olehnya, apabila Anda sendiri telah dipenuhi dengan pandangan subjektif, dituang bagaimana pun juga tidak akan bermanfaat, tidak akan Anda dengar.
 
Oleh karena itu dalam mengulas dhyana, ada kalanya kita harus mengulas kerendah-hatian, pengulasan Buddha Dharma perlu disimak, bukan malah membahas dhyana dengan kondisi hati yang telah penuh. Hari ini kita mengulas Dzogchen, sesungguhnya sangat dekat dengan itu. Kita sadhaka yang menekuni bhavana, terlebih dahulu harus mengosongkan diri sendiri, saat Anda hendak memasuki samadhi, Anda tidak dapat memasuki samadhi dengan kondisi penuh, harus kosong baru bisa memasuki samadhi, dalam Sadhana Dzogchen diulas teori sunya, termasuk sunya eksternal dan sunya internal. Ada dua teori dalam Nyingmapa, yang satu adalah trekcho atau penghentian seketika, yang satu lagi adalah togal atau langsung melampaui, Sesungguhnya ia merupakan sebuah teori sunya, satu-satunya cara untuk menghentikan semua kekacauan pikiran adalah mengosongkan diri sendiri, apabila dalam diri Anda masih terdapat sesuatu, mana mungkin dapat menghentikan pikiran kacau. Apabila Anda ingin menerima arus Dharma semesta, ingin mencapai keberhasilan langsung melampaui, maka terlebih dahulu harus mengosongkan diri sendiri.

Oleh karena itu kita menyebut sadhaka sebagai: “Memasuki Pintu Sunya”, kita yang menggunduli kepala untuk meninggalkan keduniawian berarti memasuki pintu sunya, kita hendak menekuni sunya. Untuk menghentikan semua kerisauan dan kekacauan batin, Anda harus memasuki sunya, apabila sekujur tubuh Anda telah penuh oleh harta, rupa, nama, makan dan tidur, bagaimana mungkin bisa memasuki dhyana samadhi? 

Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。