425 - Sad-prayoga (1)
Kita mengulas Sadhana Sad-prayoga. Ada tahapan dalam sadhana Tantrayana, mulai dari fondasi hingga yang tertinggi dan paling mendalam, setelah Anda menerima abhiseka menjadi siswa Tantrayana, maka Anda harus menekuni sadhana sesuai dengan tahapan tersebut.
Kita sering mendengar, sadhana yang paling awal adalah sadhana prayoga, ada Catur-prayoga (Empat Sadhana Pendahuluan), juga ada Sad-prayoga (Enam Sadhana Pendahuluan). Kita semua telah mengetahui Catur-prayoga, yaitu mahanamaskara, mahapujana, Catur-sarana dan Mantra Sataksara, inilah Catur-prayoga. Sebenarnya Sad-prayoga adalah Catur-prayoga ditambahkan Sadhana Guru-yoga dan Cheda Sadhana (Persembahan Tubuh), menjadi Sad-prayoga.
Hari ini kita akan mengulas tiap prayoga, meskipun prayoga adalah sebuah dasar dan sebuah permulaan, namun sesungguhnya tanpa prayoga ini, Anda tidak akan mempunyai fondasi Tantrayana, Anda tidak dapat menekuni tahap inti, sebab bermula dari prayoga, kemudian menekuni tahap inti, setelah tahap inti adalah tahap akhir, bahkan sadhana yang lebih tinggi. Dalam Tantrayana, fondasi sangatlah penting, apabila fondasi tidak kokoh, maka yang didirikan di atasnya juga tidak akan kokoh. Orang jaman dahulu sering mengatakan istilah membangun pagoda, untuk mendirikan pagoda juga dimulai dari fondasi, tidak ada yang membangun sebuah pagoda mulai dari tingkat yang tertinggi, semua mulai dengan pengokohan fondasi, prayoga juga berarti fondasi.
Dalam pengulasan Sad-prayoga ini, terlebih dahulu kita mengulas yang pertama, yaitu mahanamaskara, dalam Tantrayana ada beberapa cara mahanamaskara, ada mahanamaskara setengah jongkok, yaitu namaskara seperti tiga kali berlutut dan sembil kali bersujud, atau namaskara dalam sutrayana pada umumnya. Mahanamaskara dalam Tantrayana yaitu berdiri, kemudian agak membungkuk, kemudian bernamaskara dengan sekujur tubuh menyentuh tanah, makna yang terutama adalah menaklukkan keangkuhan diri, ini juga merupakan sebuah gerakan yang sangat intens. Kita sering melihat, saat orang Tibet sedang Berdharmayatra, atau saat berziarah ke Istana Potala, tiap beberapa langkah mereka melakukan satu mahanamaskara, ini merupakan sebuah olahraga yang sangat intens, ada juga yang melakukan namaskara mulai dari tempat kelahirannya, terus hingga Istana Potala, membutuhkan waktu sepanjang tahun, ini memiliki arti menaklukkan keangkuhan diri. Sebagian orang merasa diri sendiri sangat terhormat, ada kalanya terlampau terhormat, maka ada sebuah lelucon: “Aduh! Lutut kamu tumbuh tumor!” , tumbuh tumor di lutut berarti tidak dapat berlutut, selalu berdiri sangat tegak, ia merasa dirinya sangat terhormat. Sadhana Mahanamaskara melatih supaya kita bisa merendah, tidak timbul keangkuhan, kita bersarana pada Buddha maka kita melakukan mahanamaskara.
Ada mahanamaskara sekujur tubuh menyentuh tanah gaya Tibet, ada juga yang gaya separuh, bahkan ada yang hanya berlutut, ada banyak cara. Salah satunya yaitu sekujur tubuh menyentuh tanah, ada juga yang langsung memantul berdiri, terlebih dahulu Anda menarik napas, setelah sekujur tubuh dipenuhi prana, barulah bernamaskara, kemudian memantul berdiri, sekujur tubuh harus dipenuhi prana, prana jangan sampai keluar, ini juga merupakan sebuah metode untuk memelihara prana dalam tubuh. Anda menekuni olah prana, setelah menghirup prana sampai penuh, sekujur tubuh Anda melakukan mahanamaskara memantul, sehingga tidak akan terluka saat terhempas ke tanah. Apabila tubuh Anda tidak menghirup prana, kemudian Anda terhempas, maka Anda akan terluka, oleh karena itu dalam melakukan mahanamaskara sekujur tubuh juga perlu berhati-hati, sebab ini merupakan olahraga yang sangat intens.
Prayoga yang kedua adalah mahapujana, penekunan mandalapuja Tantrayana, dalam memvisualisasikan pujana bisa mencapai ratusan, ribuan, bahkan tak terhingga memenuhi angkasa, inilah mahapujana, berbeda dengan pujana biasa. Dalam sutrayana pada umumnya saat melakukan puja pada Buddha, akan menghaturkan satu nampan pisang, kemudian menyalakan sebatang dupa, mereka tidak bervisualisasi, ini adalah pujana biasa. Mahapujana dalam Tantrayana memerlukan manifestasi melalui visualisasi, memvisualisasikan satu nampan pisang menjadi sebaris, sebidang, kemudian memenuhi angkasa, ini disebut mahapujana. Saya sering melakukan visualisasi demikian, saya mempersembahkan sebuah pisang, saya tidak memvisualisasikannya menjadi sebaris, sebidang, kemudian memenuhi angkasa, sebab di masa kecil, saya pernah pergi ke Pingdong, di Pingdong ada banyak kebun pisang, kebun pisang yang sangat panjang, sangat besar dan sangat luas. Saya memvisualisasikan pohon pisang itu, kemudian tumbuh satu sisir pisang, kemudian seluruh permukaan bumi dipenuhi pisang.
Pada suatu ketika Buddha Bodhisattva memberikan petunjuk, Beliau mengatakan: “Dengan visualisasi yang Anda latih ini, kelak Anda akan luar biasa!”, mengapa luar biasa? “Sebab kelak paling tidak Anda akan memiliki sebuah kebun pisang yang sangat luas.”, sebab saya selalu melakukan visualisasi demikian, Ia mengatakan: “Kelak Anda akan memiliki kebun pisang yang sangat luas.”, saya sendiri juga sangat suka makan pisang, menurut saya rasa pisang sangat unik, saya sangat menyukai wangi pisang, sehingga tiap kali makan selalu setengah pisang, sebab satu pisang terlalu banyak, oleh karena itu selalu makan setengah, saya sangat suka makan pisang, tapi saya bukan ‘monkey’. Inilah makna dari mahapujana, Anda memvisualisasikan sangat banyak, ini melatih visualisasi Anda, juga melatih konsentrasi Anda, selain itu juga menambah berkah Anda sendiri, menambah bekal bhavana Anda kelak, dalam kehidupan saat ini dan yang akan datang, Anda akan memiliki berkah dan bekal bhavana yang terus bertambah.
Saya sering mengatakan kita harus sering melakukan visualisasi pujana, dalam Tantrayana diajarkan bahwa dalam mahanamaskara juga terdapat visualisasi, inilah Sadhana Tantra yang sangat unggul, dalam Sadhana Tantra terdapat visualisasi, ini luar biasa. Dari satu menjadi banyak, kemudian menjadi tak terhingga.
Om Mani Padme Hum.