432 - Cheda Sadhana (2)
Kita kembali mengulas Cheda Sadhana (Sadhana Persembahan Tubuh). Dalam Tantrayana terdapat Sadhana Persembahan Tubuh, merupakan prayoga yang paling akhir dalam Enam Prayoga.
Sesungguhnya Cheda Sadhana adalah vipasyana anatman (Metode Pengamatan Pada Sifat Tiada Ego), apabila Anda ingin merealisasi anatman, maka tekunilah Cheda Sadhana, sehingga Anda dapat mengenali sifat ‘ego’ sebagaimana adanya, menyadari bahwasanya tubuh jasmani ini bukan milik Anda, ‘ego’ ini pada dasarnya tiada, semua elemen tanah, air, api dan angin pada tubuh Anda telah berubah menjadi gunung, perairan dan daratan, daging tubuh Anda telah dipersembahkan kepada semua makhluk di tiga alam rendah.
Seperti saat Sakyamuni Buddha menjalankan laku Bodhisattva, Ia merelakan daging tubuh-Nya untuk memberi makan elang, merelakan tubuh untuk memberi makan harimau, ini semua tergolong Cheda Sadhana. Sesungguhnya setelah Anda menerima Bodhisattva-sila, berarti Anda harus merelakan diri, Bodhisattva-sila merelakan tubuhnya untuk mempraktikkan laku Bodhisattva, mengembangkan maitri-karuna kepada semua makhluk. Menerima Bodhisattva-sila berarti merelakan tubuh, tidak ada yang menerima Bodhisattva-sila demi keuntungan pribadi, yang demi ego sendiri bukanlah Bodhisattva. Bodhisattva adalah demi semua makhluk. Oleh karena itu setelah menerima Bodhisattva-sila, bukan berarti diri ini menjadi sangat agung, jangan menyangka setelah menerima Bodhisattva-sila berarti Anda adalah Bodhisattva yang harus dihormati dan diberi persembahan, bukan demikian. Menerima Bodhisattva-sila berarti menjadi Bodhisattva Tanpa Ego, mengutamakan memberi manfaat kepada semua makhluk, tiada diri, inilah Bodhisattva, oleh karena itu Cheda Sadhana adalah vipasyana anatman. Bagi Anda yang terbiasa memikirkan ego, setelah Anda menerima Bodhisattva-sila, Anda harus memikirkan para insan, jangan lagi mementingkan ego.
Secara sederhana, Cheda Sadhana adalah vipasyana anatman, namun Anda jangan menjadi dungu, saya ingat di Tiongkok Daratan ada sebuah tempat bernama Vihara Shanming, seperti di Gunung Emei, konon ada jurang pengorbanan diri, apabila Anda ingin berpujana, maka Anda harus terjun ke bawah, ini adalah kedunguan. Sebab dalam Buddhisme diajarkan, penguasaan atas kelahiran dan kematian bukanlah demikian, melainkan alamiah, manusia memandang dirinya sebagai Buddha karena bertekad menuntun semua makhluk, memandang diri sebagai Bodhisattva demi menuntun semua makhluk, inilah persembahan tubuh, jadi bukan meminta Anda untuk lompat ke dalam jurang mempersembahkan tubuh, itu perbuatan dungu, menyia-nyiakan kehidupan Anda sendiri, jangan sampai menjadi dungu.
Selain itu, dalam Tantrayana ada sebuah metode, yaitu Ilmu Dakini, sebenarnya dakini adalah sebutan bagi makhluk halus yang sangat beringas ( Berbeda dengan Dakini manifestasi Buddha ), kemudian ditaklukkan oleh Sang Buddha, Buddha memberitahunya: “Mulai saat ini Anda tidak boleh memangsa manusia.”, dia mengatakan: “Saya tidak berdaya.”, Sang Buddha mengatakan: “Setelah bersarana kepada Buddha, Anda tidak boleh lagi memangsa manusia.”, ia menjawab: “Saya telah terbiasa, tidak bisa berhenti makan manusia.”, akhirnya Sang Buddha mengatakan: “Demikian saja, mulai saat ini Anda makan yang telah meninggal, jangan memangsa yang hidup.”, akhirnya dakini menyanggupinya. Oleh karena itu dalam Ilmu Dakini ada perjanjian kelak setelah Anda meninggal dunia, Anda mempersembahkan tubuh kepada Dakini. Apabila semasa hidup Anda menekuni Ilmu Dakini, maka kelak setelah meninggal dunia, darah Anda diberikan untuk diminum Dakini, daging Anda dimakan oleh Dakini, menekuni sadhana itu perlu membuat sumpah seperti itu. Penekunan ilmu tersebut tidak boleh dihentikan, dengan kata lain begitu memulainya, maka harus terus ditekuni sampai akhir, sampai Anda meninggal dunia, tidak boleh berhenti, apabila Anda berhenti di tengah jalan, berarti Anda telah merusak samaya, akan muncul malapetaka, oleh karena itu ilmu ini tidaklah mudah untuk ditekuni, memang ada ilmu semacam ini.
Namun ilmu semacam itu bukanlah Cheda Sadhana, penekunan Ilmu Dakini dapat mendatangkan kekayaan, Dakini akan membantu Anda memperoleh segala kebutuhan Anda, ilmu yang demikian dapat membuat Anda kaya raya di dunia ini, hanya saja kelak setelah Anda meninggal dunia harus mempersembahkan tubuh, inilah yang harus dibayar. Misalnya saya memperoleh kekayaan, kelak setelah meninggal dunia tubuh saya digunakan untuk membayar Anda, yang demikian bukanlah Cheda Sadhana. Ada yang bertanya kepada saya, apakah Ilmu Dakini adalah Cheda Sadhana, menurut saya Ilmu Dakini adalah sebuah transaksi dan bukan Cheda Sadhana.
Cheda Sadhana yang sesungguhnya adalah penekunan anatman, merelakan tubuh bukan demi suatu tujuan pribadi. Makna sesungguhnya dari Cheda Sadhana bagi siswa Buddha adalah Anda telah bersarana kepada Buddha, Dharma dan Sangha, dan Anda sanggup merelakan diri demi menjalankan aktivitas Buddha.
Sesungguhnya sadhaka yang telah meninggalkan kehidupan duniawi, menjadi bhiksu-bhiksuni, berarti Anda telah merelakan diri, inilah persembahan diri, saya telah mempersembahkan tubuh ini kepada Buddha Bodhisattva, biarlah Buddha Bodhisattva memakainya untuk aktivitas Bodhi, untuk menjalankan ajaran Buddha, inilah persembahan tubuh. Oleh karena itu meninggalkan kehidupan duniawi juga mengandung arti mempersembahkan tubuh, Anda telah melepaskan semua hiburan, keinginan dan kesenangan duniawi, Anda telah melepaskan usaha meraih harta dan kekuasaan, melepaskan kebahagiaan pernikahan, melepaskan ikatan dengan putra putri, melepaskan kegembiraan hubungan antara suami dan istri, melepaskan usaha mengejar harta kekayaan, inilah persembahan tubuh. Cheda Sadhana yang sejati adalah tiada ego. Seorang bhiksu-bhiksuni juga seharusnya tiada ego, jangan gemar meributkan persoalan-persoalan tidak bermanfaat, sebab Anda telah menapaki jalan persembahan diri, Anda harus mencapai tiada ego, sepenuh hati dan pikiran mempersembahkan tubuh dan batin kepada Hyang Tathagata, mengemban tanggung jawab dari Tathagata, menyelami ajaran-ajaran Tathagata, menjadikan hati Tathagata sebagai hati sendiri, menapaki jalan bhavana yang suci, sepenuhnya tiada ego, demikianlah sesungguhnya kebhiksuan juga mengandung makna persembahan tubuh.
Om Mani Padme Hum.