437 - Hati Yang Wajar (1)
Hari ini kita mengulas ‘Hati yang wajar’. Kita sering mendengar kalimat: “Hati Buddha adalah hati yang wajar.”dan “Hati yang wajar adalah Bodhimarga.” (Jalan Pengetahuan Agung), ‘Hati yang wajar’ ini sangat sukar diungkapkan dan tidak mudah untuk dipahami.
Ada sebuah koan dalam sekte Dhyana, seorang Bhiksu Dhyana bernama Jidun pergi mengunjungi Bhiksu Dhyana Cuiwei, dengan harapan bisa mengetahui satu patah kata yang paling utama dalam Buddhisme. Setibanya di sana, ia menetap dalam waktu yang sangat lama, namun Bhiksu Dhyana Cuiwei belum juga menjawabnya, tidak memberitahunya, bahkan tidak pernah berceramah sepatah kata pun. Maka Bhiksu Jidun memutuskan untuk bertanya kepada Bhiksu Cuiwei: “Saya sudah di sini demikian lama, mengapa Anda sama sekali tidak membabarkan sepatah kata yang paling utama?”, Bhiksu Cuiwei menjawabnya: “Apa yang Anda curigai?” dalam Bahasa Taiwan adalah: “Xianxiami.”, karena tidak juga memperoleh jawaban apa pun, maka Bhiksu Jidun memutuskan untuk pergi dari situ.
Dia pergi mengunjungi Bhiksu Dhyana Deshan, ia juga minta diberitahu sepatah kata yang paling utama dalam Buddhisme, dia juga menetap sangat lama, juga tidak memperoleh apa pun, Bhiksu Deshan juga tidak membabarkan apa pun kepadanya, bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Maka Bhiksu Jidun berkata: “Mohon Anda membabarkan sepatah kata Dharma yang paling utama!”, Bhiksu Deshan menjawab: “Curiga apa?”, “Xianxiami.” (Bahasa Taiwan). Jawaban keduanya sama, semua adalah “Xianxiami.” (Bahasa Taiwan), dia tidak memperoleh apa pun.
Akhirnya, dia tidak tahan lagi, dia pergi menjumpai Bhiksu Dhyana Dongshan, dia juga menetap sangat lama di sana, namun dia tidak memperoleh pembabaran Dharma, tidak memperoleh pengajaran, tidak memperoleh apa pun. Akhirnya, lagi-lagi dia melontarkan pertanyaan lama: “Mohon Bhiksu Dhyana Dongshan membabarkan sepatah kata yang paling utama dalam Buddhisme.”, Bhiksu Dongshan mengatakan: “Baiklah, saya dapat mengatakannya kepada Anda, tapi akan saya katakan saat air sungai mengalir terbalik.” Kapan air sungai akan mengalir terbalik? Tentu saja sangat jarang ada air sungai yang mengalir terbalik, konon dalam Tantrayana ada sebuah metode yang bisa membalikkan aliran air sungai.
Coba Anda renungkan koan ini, sesungguhnya di manakah ‘Bodhimarga’? Di manakah Buddha? Setelah membaca koan ini, saya merasa koan ini sungguh baik untuk kita yang kelak menjadi guru, tidak perlu mengatakan apa pun! Sepatah kata yang paling utama tak terungkapkan, tidak perlu diungkapkan, apa itu sepatah kata yang paling utama? Sebenarnya di dalam sudah ada petunjuk, yaitu ‘Hati yang wajar’, dia tidak perlu membabarkannya, sebab itu adalah ‘Hati yang wajar’! Di dalamnya terdapat Misteri Zen yang sangat mendalam, tak terungkapkan. Hati yang wajar sangat sukar dipahami dan sangat sukar diungkapkan. Secara sederhana seperti kisah ini, Bhiksu Zhaozhou bertanya kepada Bhiksu Dhyana Nanquan: “Apa itu Bodhimarga?”, Nanquan langsung mengatakan: “Hati yang wajar adalah Bodhimarga.”, Bhiksu Zhaozhou bertanya lagi: “Apa maksudnya? Apa dasarnya? Apa yang menjadi dasarnya?”, Nanquan menjawab: “Api bisa memadamkan api, demikian pula api dapat menguapkan air sampai kering.” Saat apinya sangat besar dan airnya sangat sedikit, air ini juga bisa lenyap oleh api, dapat dikatakan, air dapat memadamkan api, api juga dapat melenyapkan air. Ia bertanya balik: “Apa yang disebut dasar? Apa yang menjadi dasar Anda?”. Coba Anda renungkan, air sungguh bisa memadamkan api, kita semua tahu saat api berkobar, air dapat digunakan untuk memadamkannya, namun saat airnya terlampau sedikit dan apinya lebih besar, air pun akan kering, apakah dasar itu? Tidak ada dasar, kebenaran yang umum, di antara air dan api, mereka memiliki sifat api dan sifat air, saat air lebih kuat daripada api, maka api akan padam, saat api lebih kuat daripada air, air juga akan sirna, tidak ada dasar apa pun.
Setelah mendengar ucapan Bhiksu Dhyana Nanquan, Bhiksu Zhaozhou langsung Tercerahkan, tidak perlu dasar apa pun, itu merupakan prinsip yang alami, oleh karena itu inilah dasarnya ‘Hati yang wajar adalah Bodhimarga.’, juga tiada dasar apa pun, dasar yang demikian, tiada dasar apa pun, bagaimana pun adalah kewajaran. Ini harus Anda renungkan sendiri dengan sebaik-baiknya, Anda Cerahi sendiri, dari situ Anda dapat memahami makna ‘Hati yang wajar’ dan Anda pun Tercerahkan. Sekarang saya juga mengatakan kepada kalian, saat aliran air berbalik arah, barulah akan diungkapkan kepada Anda. Saya juga mengatakan kepada Anda, saat bumi berhenti berputar, barulah diungkapkan kepada Anda! Inilah ‘Hati yang wajar’, ‘Hati yang wajar’ sedang berputar, tunggu saat bumi berhenti berputar jadinya malah tidak wajar!
Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.