438 - Hati Yang Wajar (2)
Kita melanjutkan pengulasan ‘Hati yang wajar’, ini memang sukar dijabarkan, namun apabila berusaha dengan sebaik-baiknya untuk memahaminya, maka Anda akan tahu bahwa dalam kewajaran, kita dapat memahami Bodhimarga yang sesungguhnya.
Dia mengatakan, saatnya makan, maka makanlah, saatnya tidur, maka tidurlah. Apabila cuacanya dingin, maka kenakanlah pakaian yang lebih tebal. Apabila cuacanya panas, maka kenakanlah pakaian yang lebih tipis, namun apabila terlampau panas, maka pergilah berenang! Demikianlah ‘Hati yang wajar’, dari kewajaran hidup sehari-hari yang aktual, berusaha memahami di manakah Bodhi, berdiam dalam batin yang tak kacau, saat batin Anda kacau, merasa tidak tenang, berarti itu bukanlah ‘Hati yang wajar’.
Oleh karena itu, makan di saat waktunya makan, benar-benar tidur di saat waktunya tidur, kenakanlah mantel di saat cuaca dingin, lepaskan pakaian di saat cuacanya panas, berusaha menyadarinya dalam kehidupan sehari-hari. Ada orang yang begitu risau, ia tidak punya nafsu makan, tidak bisa tidur, pikirannya bingung, yang demikian ini telah kehilangan kewajaran.
Di manakah Bodhimarga? Ada dalam kehidupan sehari-hari, makna yang dikandungnya sangat mendalam. Sebagai seorang sadhaka, kita harus menjalani kehidupan yang murni, makan dengan tenang, tidur dengan tenang, penuh daya hidup, senantiasa bahagia, senantiasa murni, inilah Bodhimarga yang sesungguhnya. Batin yang tenang adalah Bodhimarga. Bagaimana mengambil Bodhimarga untuk diperlihatkan kepada Anda? Anda harus menenangkan batin Anda.
Guru Sesepuh Naropa menyebutkan ‘Enam Tidak’, apa itu ‘Hati yang wajar’? Yaitu, tidak mengambil, tidak mencampakkan, tidak mendirikan, tidak menghancurkan. Tidak mengambil, Anda tidak menyukai sesuatu secara berlebihan, tidak memaksa untuk memiliki sesuatu, ini adalah ‘Hati yang wajar’. Tidak mencampakkan berarti Anda tidak memusuhi dan tidak membenci sesuatu. Tidak mengambil dan tidak mencampakkan adalah dasar untuk mencapai ketenangan batin. Saat Anda memaksa ingin memiliki sesuatu, berarti Anda telah kehilangan ‘Hati yang wajar’. Saat Anda terlampau membenci sesuatu, Anda juga kehilangan ‘Hati yang wajar’. Tidak mendirikan adalah tidak mendirikan sebuah tujuan untuk mengejar sesuatu diluar akal sehat. Tidak menghancurkan adalah tidak berniat menghancurkan insan lain, tidak bertujuan menjatuhkan insan lain. ‘Enam Tidak’ yang disebutkan oleh Guru Sesepuh Naropa hampir sama dengan penjabaran ‘Hati yang wajar’ ini, di dalamnya terdapat kealamiahan.
Setelah Bhiksu Zhaozhou Tercerahkan, Mencerahi Kebenaran Agung Alam Semesta, ada orang yang melihatnya sedang bersujud pada Buddha dan menanyainya: “Eh! Bhiksu Zhaozhou, bukankah Anda adalah Buddha? Mengapa Anda bersujud pada Buddha?”, Bhiksu Zhaozhou menoleh dan berkata: “Menyesuaikan dengan para insan.”, makna yang terkandung di dalamnya adalah ‘Hati yang wajar’. Hari ini Mahaguru melakukan puja pada Buddha, melakukan mahanamaskara, mengikuti kalian melakukan sadhana yang sama, sama seperti kalian makan nasi, minum kuah, sangat wajar, tidak ada sesuatu yang tidak wajar, juga tidak menunjukkan tingkah yang aneh, saya tidak akan tiba-tiba menyatakan: “Saya tidak bersadhana lagi!”, Anda menanyai saya: “Apa sebabnya?” , “Tidak ada sebabnya!”, tidak ada sebabnya? Kewajaran bukanlah demikian, tapi ada beberapa siswa yang seperti ini, ada beberapa siswa yang saat suasana hati sedang tidak baik, maka ia tidak ingin berjumpa dengan Mahaguru, dia tidak mau datang puja bakti, ini bukan kewajaran, kewajaran adalah Anda tidak bisa datang kemari karena sedang flu atau ada urusan penting, yang tidak berdasar adalah hanya karena Anda merasa tidak senang. Saat Mahaguru tidak menuruti kemauan dia, Mahaguru ingin ‘enjoy’ sejenak, dia langsung merasa tidak senang, dan dia pun tidak datang. Ini hal yang merepotkan, ini bukan ‘Hati yang wajar’, ‘Hati yang wajar’ adalah menyesuaikan dengan para insan, siswa juga perlu menyesuaikan dengan Mahaguru, Mahaguru juga perlu menyesuaikan dengan siswa, Mahaguru bersikap wajar saja, tidak akan memaksakan harus ada pujana setiap hari, inilah kewajaran, Mahaguru menyikapi insan dengan kewajaran, namun para insan dengan hati yang tidak wajar menyikapi Mahaguru, timbullah persoalan semacam ini.
Oleh karena itu, sepatutnya kita tidak mengambil, tidak mencampakkan, tidak mendirikan dan tidak menghancurkan, apabila Anda hidup dengan ‘Hati yang wajar’, berarti Anda dekat dengan Bodhi. Anda tidak boleh meminta Bhiksu Zhaozhou untuk tidak memuja Buddha, untuk apa memuja Buddha? Bhiksu Zhaozhou menjawab: “Menyesuaikan dengan insan.”, Mahaguru juga menyesuaikan dengan insan! Kita semua harus saling menyesuaikan diri, sebuah jalan kewajaran yang sangat sempurna, dari sinilah Bodhimarga akan nampak, Tao adalah alamiah, alamiah adalah Tao, ini dekat dengan Bodhi. Pada dasarnya musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin adalah alami, Anda menyesuaikan diri dengan berbagai musim tersebut, berarti menyesuaikan diri dengan alam, angin sepoi bertiup lembut dan air berombak, ini adalah alamiah. Sebuah kehidupan yang sangat alami di dalam Bodhi, Anda menjadi sangat sempurna.
Dalam segala hal kita perlu menyesuaikan, hati bhavana adalah ‘Hati yang wajar’, melalui berbagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari, sandang, pangan dan papan, kita menghadirkan Bodhimarga.
Om Mani Padme Hum.